Perjalanan berliku menuju Merbabu

Hari itu kalender menunjukkan tanggal 28 Desember 2013. Waktunya bersiap untuk melakukan perjalanan panjang. Pukul 3 sore saya bergegas menuju Stasiun Rangkasabitung. Menggunakan Kereta Kalimaya saya melaju menuju Stasiun Tanah Abang. Pukul 5 sore saya tiba di Stasiun Tanah Abang, kebingungan mulai mendera, ke Pasar Senen naik apa ya?

Setelah bertanya ke Stapam stasiun akhirnya saya dianjurkan untuk menggunakan Comuter Line tujuan Jatinegara. Sampailah saya di Stasiun Jatinegara dengan tampang tak kalah bingung.

“Naik apa gue nih ke senen dari Jatinegara?” begitu kiranya kalimat saya ketika menelepon salah satu teman yang berdomisilir di Jakarta.

“Lu naik Kereta Lokomotif yang mau ke Senen aja.” Di ujung telepon teman saya menjawab.

“Lu dirumah ga? apa gue ke rumah lu dulu aja ya, baru ke Senen, masih lama nih ke Jam 10 malam. Boleh?”

“Boleh lah, sini naik angkot no sekian, terus sambung lagi naik angkot no sekian.”

Kepala saya mendadak puyeng, membayangkan crowded-nya Jakarta.

“Eh, dari sini ke rumah Dara deket ga Al?” tiba-tiba saya teringat rumah teman saya yang sering saya kunjungi. Karena paling gampang transportasinya.

“Deket kok, lu naik comuter ke Cikini aja.”

Dengan sigap saya memutuskan untuk mengakhiri telepon dan memutuskan menelepon dara.

“Ra, ada dirumah?, gue mau kesana.”

Diujung telepon, “Ada, kesini aja”.

Dan saya pun melaju cepat dengan KRL ke Cikini. Daripada garing di Pasar Senen nunggu sampai jam 9 malam. 😉 Lumayan sekalian beli logistik yang belum sempat terbeli.

Ternyata dari Jatinegara ke Cikini hanya melewati Stasiun Manggarai. Alamak kemana aja lu ah. 🙁

Pukul 9 malam saya melaju di Jalanan ibu kota menggunakan Bajaj. Saya tiba tiga puluh menit sebelum kereta Kertajaya melaju. Saya menelepon salah seorang teman untuk memastikan lokasi tampat kami bertemu. Ah leganya ketika saya menemukan segerombolan manusia-manusia yang wajahnya tak asing.

Perjalanan Semarang-Wekas

Semarang aku datang….

Pukul 5.40 WIB (29/12/2013), kami tiba di Stasiun Semarang Poncol. Rasa senang membuncah dalam hati, karena sudah lama sebenarnya saya ingin berkunjung ke kota ini. Kami berbenah diri dan mengisi ulang logistik, serta sarapan.

Pukul 06.30 WIB, kami melaju meninggalkan Poncol menuju Wekas-Salatiga menggunakan Elf. Butuh waktu 3 jam untuk sampai tempat ini. Selama perjalanan saya mengagumi Semarang yang rapih, bersih, dan tidak macet. Pemandangan indah pebukitan ungaran, telomoyo, dan Desa Ngablak. Wekas mengingatkan saya pada Dieng juga Bromo, kebun sayur terhampar indah dan udara yang sangat sejuk. Tepatnya dingin sih.. 🙂

Pendakian Gunung Merbabu

Basecampe Wekas adalah salah satu gerbang pendakian Gunung Merbabu. Kami membayar retribusi disini seharga 4 ribu rupiah. Kira-kira pukul 13.00 WIB pendakian kami mulai. Langit yang cerah menjadi kawan perjalanan. Jalanan yang terus menanjak tanpa bonus membuat saya kelelahan. Empat jam lebih yang saya butuhkan untuk bisa sampai di Pos 2. Pos dimana kami akan bermalam.

Gunung Merbabu
Berdoa Bersama sebelum pendakian

Gunung Merbabu
Cape nih, istirahat dulu oi…
Gunung Merbabu
Sore hari di Pos 2 (Alhamdulillah sepi)

Malam beranjak, saya tertidur amat lelap.

Sebelum cahaya kami meninggalkan tenda untuk bergegas menuju puncak merbabu, kira-kira pukul 3.30 WIB. Jalanan yang terus menajak, oksigen yang menipis, penglihatan yang terbatas membuat saya frustasi melewati jalanan ini. Pemandangan kota dan lembah yang berkilauan layaknya bintang menyihir saya, namun tak menghilangkan lelah saya. Hanya memfoto, membuat video,  dan mendengarkan musik di earphone yang membuat frustasi saya hilang. Jalan saya melambat, maklum faktor U. Rombongan saya sudah tak sabar ingin sunrise di Puncak. Saya sudah jelaskan tak mungkin terkejar. Karena yang saya tahu, sunrise biasanya pukul setengah 6. Saya tak bisa mengimbangi kecepatan mereka. Jadilah saya dan dua orang teman tertinggal dipaling belakang. Tak apalah, toh Puncak bukan satu-satunya tujuan dari saya mendaki. Saya menikmati prosesnya. Pada akhirnya sunrise tak jua bisa kami kejar.


Jalan terjal kudaki, hanya untuk bersamamu oh Merbabuku… :0

Sesampainya di Puncak, sebenarnya persimpangan antara dua Puncak. Lima ratus meter menuju Puncak Ketong Songo saya menyerah. Puncak bagi saya adalah tempat dimana saya berdiri. Saya keluarkan buku catatan, dan mulai menulis.

“Sekarang pukul 8.30 WIB, satu jam berlalu dari saat saya sampai ditempat ini. Disuguhkan pemandangan indah Indonesiaku. Ya,  bagi gue ini pucak, tapi bagi orang lain ini persimpangan. Bagi gue Puncak itu reward, tapi lebih asik kalau lu bisa menikmati perjalanan lu, setiap detik yang lu lewati. Mengabadikan kenangan dalam data digital. Merbabu indah banget. Pemandangan yang sangat indah. Gunung-gunung terlihat dan terasa lebih dekat. Ada Sindoro-Sumbing, dan ada Merapi. Berharap bisa nginjekin kaki di gunung lainnya.”

Tahun 2012 saya hanya bisa mengabadikan indahnya Merbabu dari Ketep Pass. Tapi hari ini, 30 Desember 2013, saya burcumbu dengannya. Mengabadikan rupanya. Merekam semua lekuk tubuhnya. Merbabu, sekali lagi membuat saya bangga menjadi Indonesia.

Gunung Merbabu
 Menulis catatan perjalanan sebelum lupa

Angin semakin kencang, beberapa dari kami ada yang melanjutkan perjalanan ke Puncak Kentong Songo. Saya sudah terlalu asik mengabadikan semua keindahan yang tersaji di depan mata. Saya sadar entah kapan lagi bisa ke sini, duduk ditempat ini, dan menikmati hidup yang Tuhan beri.

Gunung Merbabu
Tower dari salah satu Provider terbesar di Indonesia. Bisa terima pesan Whatsapp nih.

Bererapa teman ada yang membuka bekal, membuat kopi, atau susu untuk menghangatkan tubuh.

Angin bertiup lebih kencang lagi, membawa kabut yang turun secara perlahan, menyelimuti Merbabu. Rumput dan dedaunan bergoyang, menimbulkan suara alam yang syahdu. Ingin rasanya berlama-lama di tempat ini.

Gunung Merbabu
Para pendaki di Puncak Sebrang

Gunung Merbabu
Team 17…

Pukul 9.30 WIB, kami bergesas turun ke Pos tempat kami berkemah. Sebelum dzuhur kami sudah tiba di kemah, kami berhemat waktu setengahnya dari waktu tempuh ketika mendaki. Keindahan Merbabu masih terbayang di benak saya, indah, dan berharap bisa kembali mendaki lagi. Pukul 16.30 WIB kami meninggalkan Merbabu untuk kembali ke Wekas. Malam beranjak ketika kami masih harus menempuh seperempat perjalanan lagi. Ditemani gemericik hujan, sampailah kami di Base camp Wekas pukul 19.00 WIB.

Merbabu, izinkan saya kembali untuk menyapamu tahun ini, melalui jalurmu yang lain.

Bagi yang ingin mendaki, persiapkan fisik dan mental ya, dan jangan pas Musim Hujan. Sampahnya bawa pulang. Disana hanya boleh meninggalkan jejak, membunuh waktu, dan mengganti kenangan. 🙂

Rute dan Biaya Pendakian Gunung Merbabu

Pasar Senen-Semarang Poncol Rp.80.000,-/orang

Sewa elf (Poncol-Wekas) Rp. 40.000,-/orang

Retribusi Rp.4.000,-/orang

Mari berkelana, bahagia!

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *