Saya datang untuk kenangan indah delapan tahun lalu, untuk keinginan yang belum terwujud, main flying fox di atas Situ Gunung.
Hari itu selepas Kelas Inspirasi Sukabumi usai (23 Januari 2014), saya beserta tujuh belas orang lainnya, yang notabene baru dikenal, beranjak pergi dari Pendopo Sukabumi menuju daerah Cisaat. Tempat dimana Situ Gunung berada.
Situ Gunung merupakan danau yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Tepatnya berlokasi di Kecamatan Kadu Dampit, kurang lebih 16km dari Kota Sukabumi. Menggunakan angkot sewaan kami sampai di penginapan yang tak jauh dari pintu masuk Situ Gunung, menjelang magrib.
Kami memutuskan ke danau alias situ esok hari, ketika hari masih remang-remang untuk merasakan udara segar di sana. Ada yang beda dengan tempat ini sejak delapan tahun lalu, udara dingin yang menusuk sirna sore itu.
Malam hari kami isi dengan berkenalan lebih dekat melalui obrolan random dengan topik yang bergantian, seperti ada episode-episode namun tetap ujung-ujungnya nyerepet ke hubungan personal antara dua makhluk berlainan jenis. Hingga terciptalah #jodohpositif
Ada kegundahan yang tersirat dari pertanyaan-pertanyaan yang terlontar ke Pak Dicha. Ya, Mario Teguh versi kita malam itu. Yang curhat ngaku oi. Mulai impian, karier, yang ujung-ujungnya balik lagi ke hastag jodoh positif. Duh..
Jika hidup, mati, dan jodoh adalah rezeki yang sudah digariskan bahkan sebelum tangis pertama kita pecah di bumi. Maka, bukankah ia tak akan tertukar? tetap berada ditempatnya? Kita hanya perlu menjemputnya, meluangkan waktu untuknya, mengusahakannya. Jika kita disibukkan menjemput rezeki yang lain, impian kita yang lain, dan tidak meluangkan waktu untuk menjemputnya, maka kita takkan sampai ke tempat Jodoh itu berada bukan?
Malam makin larut dan pagi pun menjelang dengan antrian di Toilet. Kurang dari pukul 6 (24 Januari 2016), kami sudah beranjak pergi meninggalkan penginapan menuju Situ Gunung. Saya begitu antusias untuk melihat danau itu. Danau yang jadi saksi bisu, dari kegilaan kawan-kawan semasa kuliah, sampai betapa irinya saya melihat teman-teman main flying fox dan saya harus terisolasi mengisolasi Cendawan Selulolitik.. Fiuh
Situ gunung masih tetap cantik seperti dahulu, namun saya tak lagi melihat bangunan-bangunan tempat saya menginap dulu. Yang saya lihat hanya puing-puingnya saja, yang menunjukan kerusakan yang amat parah. Duh, sayang banget, padahal seru abis menginap di pinggir danau.
Udara segar pun menghampiri, namun tak terlalu dingin seperti dulu, yang membuat saya ga mandi 3 hari. Mari lupakan delapan tahun lalu dan menikmati hari ini, dimulai dengan foto wefie dengan berbagai pose, dari yang normal hingga abnormal.
Kita bertemu, kemudian bersenang-senang, saling menginspirasi kemudian berpisah kembali
Lebih dari separuh dari kami hanya punya waktu hingga pukul sembilan di tempat ini. Hingga harus bergegas jika ingin melihat air terjun di dekat danau. Kami berjalan beriringan menembus hutan Situ Gunung, mengandalkan ingatan saya. Setengah jam berikutnya kami sudah sampai di Curug Cimanaracun. Sedikit kecewa karena curugnya kering, atau mungkin bukan kering tapi dibendung untuk dialirkan sebagai sumber air. Kerena saya melihat ada pipa paralon disana.
Memang dasar saya yang tidak bisa melihat spot bagus untuk berfoto, tepatnya tidak bisa lihat batu nganggur. Akhirnya saya coba memanjat batu yang sebenarnya licin itu. Dan kamu tahu, rasanya menyenangkan ketika gemericik air jatuh tepat diwajahmu. Nah itu juga #jodohpositif guys, karena kita usahakan. haha *ga nyambung sambungin aja
Puas berfoto, kami kembali kepenginapan. Lebih dari separuh rombongan pulang. Tersisalah Saya, Bang Ombi, Adit, Bang Yudi, dan Angga. Orang-orang yang masih betah di Situ Gunung dan masih ingin mengeksplorasinya..
Ada salam dari dua sejoli mencari #jodohpositif nih.
Bersambung…