Berkunjung ke Kampung Naga ga pake ribet

Sejak beberapa tahun lalu saya ingin mengunjungi perkampungan ini. Saya sudah mencari refrensi bagaimana transportasi untuk mengunjungi perkampungan ini? jauh ga ya dari jalan raya? jika ingin menginap bagaimana? cari guidenya gimana?

Biasa lah sindrom jika akan bepergian sendirian. Hingga akhirnya diundur terus sampai tidak jadi. Akhir tahun lalu, akhirnya saya berkesempatan mengunjungi tempat ini. Hasil tebengan dari tante saya yang akan pergi ke Singaparna, Tasikmalaya.

Ternyata berkunjung ke Kampung Naga tuh gampang banget. Transportasinya mudah, kalau kelewatan sampai Singaparna pun ya tinggal naik angkot saja putar balik ke Kampung Naga.

Jika kalian dari Jakarta naiklah bus jurusan Tasikmalaya dari Kampung Rambutan dengan tarif 75 ribu sampai 110 ribu. Mintalah pada kondektur untuk menurunkan kalian di pintu masuk Kampung Naga. Pintu masuknya pinggir jalan banget, sebelah kiri jalan raya yang menghubungkan Garut dan Tasikmalaya. Jika kalian dari arah Bandung pun demikian. Tarif Bus Bandung-Tasikmalaya 40 ribu rupiah sudah dapat bus yang super nyaman (minggu lalu coba ke Tasik dari Bandung pakai Budiman).

Sesampainya di Kampung Naga, tidak usah bingung. Kalian cukup mencari guide yang menggunakan name tag dipakaiannya. Saya sih kemarin tanya sama tukang parkir. Dan ternyata semua guide disana sudah terorganisir dengan baik. Sehingga mudah untuk mendapatkannya. Namun sayang tarifnya masih belum jelas, sehingga tergantung kita  mau kasih berapa. Tak ada tiket retribusi untuk masuk perkampungan ini.

Mengunjungi Kampung Naga sebenarnya tak diharuskan menggunakan guide, karena lokasi dan jalurnya jelas, serta perkampungannya juga hanya satu, tidak banyak seperti di Baduy. Namun, karena merasa masuk ke rumah orang dan ingin tahu lebih detail mengenai kampung ini, jadilah menggunakan jasa guide adalah solusi yang tepat. Karena ternyata ada beberapa bagian di dalam kampung yang memang seharusnya tidak difoto. Kalau tidak menggunakan guide, kita tidak tahu bukan?

Kampung Naga yang berlokasi di lembah pebukitan
Kampung Naga yang berlokasi di lembah pebukitan

Saya mulai menuruni tangga demi tangga untuk kemudian berjalan di pinggir sawah. Kampung Naga terletak di lembah perbukitan. Rumah panggung tersusun rapih sejajar dan saling berhadapan. Penduduk Kampung Naga sebagian telah tinggal di luar Kampung Naga. Karena lahan yang hanya sekitar 1.5 hektar tak cukup untuk menampung mereka.

Terdapat kurang lebih 110 rumah dengan total penduduk sekitar 330 orang di Kampung ini. Kampung ini sepi, dan akan ramai ketika ada acara adat, seperti maulid nabi, panen raya, atau lebaran. Mereka juga memiliki hutan larangan dan keramat di sekitar pemukiman. Sehingga mereka tak boleh mengambil apapun di hutan tersebut.

Rumah-rumah di Kampung Naga
Rumah-rumah di Kampung Naga
Menjual oleh-oleh Kampung Naga
Menjual oleh-oleh Kampung Naga

Filosofi hidup mereka ada tiga yaitu amanah, wasiat, dan akibat. Mereka percaya bahwa leluhur telah mengamanatkan dan mewasiatkan sesuatu yang harus mereka amalkan dikehidupan sehari-hari, karena jika tidak mereka akan mendapat akibat yang tidak mereka harapkan.

Saya tampaknya setuju dengan ini, karena pepatah juga menyebutkan “apa yang kita tanam itu yang kita tuai”.

Membuat anyaman dari rotan
Membuat anyaman dari rotan

Saya terus menyusuri jalanan di kampung ini, hingga kaki mulai terasa pegal.

“Pak, kalau mau menginap di kampung ini bisa?” tanya saya pada Pak Dar

“Bisa aja neng, tapi harus ngasih tau dulu sebelum ke sini dan ada aturannya”

“Oh jadi boleh ya pak, saya kayaknya ingin coba menginap pak. Nanti saya tanya-tanya bapak deh ya aturannya” jawab saya

“Boleh neng”

Saya kemudian memutuskan meminta nomor kontak beliau. Ayo, ada yang mau ikut saya menginap di Kampung Naga. Tapi saya tidak mau terlalu ramai ya. Esensinya nanti berkurang.

Seperti kata Pak Dar “Kampung Naga bukan kampung wisata, bukan tontonan melainkan tuntunan“. Jadi paham kan maksudnya apa.

Salam,

Nunuz

25 comments

  1. saya setuju, bahwa adat atau budaya seperti ini bukan hanya tontonan, kita datang memotret lalu pulang. banyak hal yang bisa kita pelajari sebagai seorang pejalan, bukan hanya turis 🙂

  2. Assalamualaikum,,mba saya dengan leni,,sebelumnya mhon maaf mengganggu,,
    saya berencana mengadakan homestay di kampung naga untuk anak2 sekolah,,kira2 saya boleh mnta no kontak pak dar?atau baiknya sya ksna dlu/gmn ya mba??sya berdomisili di bandung,,
    Mhon saran dan informasinya
    Terimakasih ?

    1. Waalaikumsalam. Hai mba leni salam kenal.
      Sebaiknya survey dulu aja mba dan ngobrol langsung dengan pak dar di Kp. Naga.
      Maaf, karena saya kehilangan no pak dar.
      Trims

  3. mbak, jika kami ingin menginap di
    kampung naga untuk observasi, bisa tidak langsung izin ketika sampai di tempat dan tidak izin terlebih dahulu? terima kasih

    1. Hallo mba tri, saya kurang tahu sih teknisnya gimna. Karena saya pun wktu itu cuma berwisata dan tidak menginap.
      Karena kalau akan menginap harus izin dan ngasih tahu dulu, karena ada aturannya, seperti yang saya utarakan diartikel.

  4. Teh Nunuz,

    Salam kenal, kapan ada rencana ke Kampung Naga?
    Kalau boleh InshaAllah mau gabung. Thanks.

  5. halo kak, mau tanya kalau nginap di kampung naga harus buat surat dulu atau bisa pas datang dan langsung izin disana kak ? dan peratuan apa aja ?

  6. Assalamu’alaikum Mb Nunuz, kalo saya berkunjung ke kampung naga dan rencana mau menginap semalam, lebih baik menemui siapa dulu ya mb? Dan apakah perlu membawa surat izin atau semacamnya? Terima kasih.

    1. waalaikumsalam wr.wb. Mba datang saja ke sana. Ada banyak guide di sana yang sudah dikolektif dan sanga memungkin bisa membantu Mba. Saya kehilangan kontak orang sana, dan belum sempat juga untuk balik lagi ke sana dan menginap.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *