Konspirasi Alam Semesta: Ketika Kata dan Nada Berpadu Mesra

Berawal dari ketidaksengajaan saya menemukan lagu berjudul Sepasang Pendaki, tibalah saya pada karya-karya Fiersa Besari. Lagu yang begitu jelas menggambarkan romansa muda-mudi yang dilanda cinta namun bertema pendakian. Liriknya indah, saya amat menyukainya.

Alhasil, saya mulai kepo dengan Fiersa Besari. Saya mulai mengikuti kicawannya di twitter hingga foto-foto dan cerita-cerita singkatnya di Instagram, serta sepak terjangnya di dunia musik. Saya mendapati karyanya berupa buku dan album yang berjudul Konspirasi Alam Semesta di pasarkan secara online. Tak banyak berpikir saya langsung membelinya.

Dua puluh delapan desember dua ribu lima belas, tibalah karya tersebut dalam genggaman tangan saya. Ditemani Bogor yang kala itu hujan, dan letihnya badan seusai perjalanan berlibur dari Garut dan Tasikmalaya, tak munyurutkan saya untuk segera membaca dan mendengarkan karyanya. Tak lupa sebelum membaca saya foto dan posting di Instagram dan cc langsung @fiersabesari. Kemudian dibalasnya, dan saya mendadak alay. 🙂

Baca Juga: Catatan Juang: Menyentuh Hati Yang Paling Dalam

Novel ini atau tepatnya Albuk (Album dan Buku), bercerita tentang sosok pria bernama Juang Astrajingga yang jatuh hati pada seorang wanita bernama Ana Tidae. Juang dikisahkan sebagai tokoh pria yang senang berpetualang, dan seorang pemburu buku. Tahukah kamu bahwa saya berpikir Juang adalah Fiersa Besari. Sedangkan sosok wanita digambarkan berparas rupawan, yang tak lain anak dari seorang seniman bernama Shinta Aksara.

Mereka tak sengaja dipertemukan di Palasari, sebuah tempat surganya pemburu buku langka di Bandung. Mereka saling bertabrakan badan, ya mungkin kalau dikiaskan seperti venus dan mars bertabakan kali ya, yang kemudian menyebabkan bumi gonjang-ganjing. 🙂 🙂

Juang terhipnotis Ana detik itu juga dan semesta mengamini pertemuan itu dengan pertemuan berikutnya yang tak pernah mereka duga. Juang mewawancarai Ana mengenai karya-karya sang ibu. Obrolan demi obrolan mengalir hingga ke ranah pribadi.

Baca juga: [Review] Arah Langkah-Karya Teranyar Fiersa Besari

Buku ini berjudul sama dengan albumnya dan didalamnya terdapat empat belas cerita bersambung dari kisah cinta Juang dan Ana yang seolah mereprsentasikan lirik-lirik dalam lagu yang mengalun merdu dari pita suara Bung Fiersa. Lagu ini berkisah tentang perjalanan cinta mereka.

Saya terus membacanya sembari mendengarkan lagunya, ada rasa ngilu, rasa haru, rasa malu, rasa bahagia, dan rasa rindu berpadu jadi satu.

Konspirasi Alam Semesta, Kau, Juara Kedua, Sepasang Pendaki, Rumah, Bandung, Kawan Yang Mengagumkan, Telapak Kaki, Garis Terdepan, Nadir, Hingga Napas Ini Habis, Tanpa Karena, Lembayung, dan Epilog adalah untaian kata dan nada yang begitu mesra, begitu menggoda, begitu melekat dalam jiwa.

“Ketika semesta berkonspirasi, apapun bisa terjadi”

Buku ini juga tak hanya berkisah soal cinta Juang dan Ana saja, namun juga tentang persahabatan, impian, keluarga, dan tenang cinta pada Ibu pertiwi. Satu lagi, buku ini mengingatkan saya untuk melakukan hal ini: mengikhlaskan dan belajar untuk bisa percaya, karena nyatanya hidup ini indah.

“Hidup ini indah, bila kau mengikhlaskan yang harus dilepas-Fiersabesari”

“Belajarlah berjalan lagi walau langkahmu rapuh. Belajarlah percaya lagi, kau tak pernah sendiri-Fiersabesari”

Semoga saya bisa belajar percaya dan membiarkan diri ini jatuh secara sukarela, sebab yakin seseorang akan menangkap dengan sigap.

Baca juga: Garis Waktu: Quote Ala Fiersa Besari

Buku tersebut sudah berpindah tangan entah untuk keberapa kali, dan akhirnya kembali dalam genggaman untuk saya baca sekali lagi.

Salam,

Nunuz

4 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *