“Loh Vihara Dhanagun toh namanya. Setau Gue Klenteng.” saya mendadak bingung
Sepuluh tahun di Bogor, baru kali ini saya berkunjung ke tempat ini. Tempat yang Saya tahu sebagai Klenteng.
Saat memasuki area vihara, saya melihat tembok yang dihias dengan tokoh Biksu dan kera sakti, serta kedua kawannya. Jadi inget film kera sakti mencari kitab suci ke barat. 🙂
Disisi lain, terdapat pula ukiran perahu yang membawa lima berberapa orang menyusuri sungai. Bagus banget!
Vihara Dhanagun atau Klenteng Hok Tek Bio yang berarti “Tempat Kebijakan Dewa”, sudah berdiri lebih dari 300 tahun yang lalu. Berlokasi di daerah pecinan, tepatnya di Jalan Surya Kencana Bogor. Vihara ini pernah tenggelam di Era Orde Baru dan menggeliat kembali di Era pemerintahan GusDur.
Kalau yang saya baca di lovelybogor, tempat ini digunakan sbagai tempat beribadah tiga aliran kepercayaan, yaitu penganut Tao, Konghucu, dan Budha.
Baca Juga:Â Sehari Menjadi Turis Lokal di Kota Bogor (Bagian 1): Museum Perjuangan
Saya melihat sedang ada beberapa pelancong luar negeri yang sedang mengambil gambar orang-orang yang sedang beribadah. Saya memilih duduk sebentar untuk beristirahat dan melihat-lihat sekitar. Vihara ini sedang dibenahi.
Tak lama setelah bule-bule itu berlalu, kami masuk kedalam vihara.
“Masuk aja ga apa apa” seorang bapak yang tengah duduk menyilahkan kami masuk
“Iya Pak, makasih” sembari kami berjalan menghampiri beliau
“Dari mana? Dari sekolah?” tanyanya
“Bukan Pak, main aja. Kami kuliah di Bogor.”
“Oh, saya kira sedang ada tugas, atau memang kunjungan dari sekolah.”
“Bukan Pak, main saja. Sering ada kunjungan dari sekolah ke sini?” tanya saya penasaran
“Iya sering. Mereka datang terus mewawancarai sejarah vihara ini. Apa mungkin masuk ke pelajaran ya?”
“Mungkin Pak.”
“Silahkan lihat-lihat dan tanya-tanya saja ga apa-apa kalau ingin tahu. Jalan ke belakang untuk lihat Mbah Bogor.”
“Mbah Bogor?”
“Iya Mbah Bogor, pohon besar di belakang sini. Nanti disamping kiri ada Mbah Suryakencana. “
Baca Juga:Â Sehari Menjadi Turis Lokal di Kota Bogor (Bagian 2): Wajah Kota Bogor
Ketika teman saya hendak melepas alas kaki untuk masuk, mengikuti petunjuk yang tertera. Dan melihat orang-orang yang beribadah pun melepas alaskaki mereka. Tiba-tiba
“Pakai saja sepatunya, kotor, soalnya lagi diberesin viharanya untuk Imlek.”
Saat itu rasa canggung menghampiri kami berempat. Kami tamu di rumah ibadah mereka.
“Iya Pak, terima kasih”
Tiba-tiba saya teringat “ Oh ya Cap Gomehnya kapan ya Pak?”
“Nanti 11 Februari. Mungkin bakalan lebih rame dari tahun lalu. Karena jatuh di malam minggu. Jadi orang-orang yang dateng mungkin lebih banyak, karena besoknya hari minggu.”
Setelah berpamitan, kami mulai menjelajahi ruang demi ruang didalam vihara. Kami melihat Mbah Bogor, Mbah Suryakencana yang bapak tadi jelaskan. Vihara ini ternyata tidak terlalu besar, hanya perlu beberapa menit untuk mengelilinginya.
Puas berkeliling, kami pamit untuk undur diri.
“Toleransi itu indah”
Mari berkelana, Bahagia!