Luka Dalam Bara, buku teranyar Bernard Batubara

Dari judulnya saya bisa menebak buku ini bercerita tentang kegalauan seorang Bernard Batubara. Jujur, meskipun ini bukan buku pertama Bernard yang saya baca, tapi ini buku pertama Bernard yang saya beli. Hehe πŸ˜‰

Alasannya sederhana. Sampulnya bagus dan kalimat bagian dibelakang sampul menggerakan hati saya untuk membaca kisah didalamnya.

“Aku mencintainya karena ia mencintai kata-kata. Aku mencintainya lebih lagi karena ia mencintai buku-buku. Aku mencintainya karena ia adalah buku bagi kata-kata yang tak bisa aku tulis. Aku mencintainya karena ia menjadi rumah bagi setiap kecemasan yang tidak perlu aku tunjukan.”

Membaca buku ini seperti membaca buku harian seseorang. Bab-babnya berisi paragraf-paragraf pendek. Saya seperti bercermin pada kebiasaan saya membuang kalimat-kalimat untuk setiap kegelisahan yang saya rasakan. Dan Bernard melakukan itu dibuku ini.

Berkisah tentang rumah, kesedihan, percaya, doa, tentang cinta, kerinduan, patah hati, serta obrolan-obrolan orang yang lagi pacaran. Buku ini seru, seperti mengintip kehidupan sehari-hari seseorang. Mengintip bermacam obrolan tentang kehidupan sehari-hari hingga isu terkini.

Berkisah dua manusia yang punya frekuensi sama dan kegemaran akan buku, menjadikannya menarik bagi saya. Mau juga dong dikasih hadiah buku Pramudya Ananta Toer sekardus. Hihi πŸ™‚ Emang cinta, ya suka berlebihan, tapi suka.

“Cinta bukan sekedar persoalan bagaimana melangkah bersama, tetapi juga tentang mempertahankan langkah pada saat salah satu mulai lelah, agar tetap mampu berjalan.”

Buku ini juga mengajak saya berjalan-jalan ke Yogyakarta, Kota Cinta katanya. Kota yang menjadi latar “Adegan-adegan yang tercipta diudara”. Salah satu Bab yang cerita-ceritanya saya suka. Yang paling seru sih “Kekonyolan”.

“Dalam hidup yang rumit namun sederhana ini, kita memang membutuhkan seseorang yang bisa menghadirkan keseriusan dalam suasana santai. Sekaligus, mengeluarkan kekonyolan di saat-saat yang terlalu serius. Kita akan mudah jatuh cinta dengan orang seperti itu.”

Pokoknya bukunya asik untuk dibaca diantara kesibukan yang melanda, karena ceritanya ringan dan jujur. Ada cara mengobati patah hati juga loh, barang kali kamu butuh?

Ah, jadi kepikiran buat ngumpulin kalimat-kalimat yang terserak milik saya. Sama…. pasangan yang seru diajak berdiskusi. πŸ™‚

Baca juga :Elegi Rinaldo: Setiap orang pasti takut kehilangan

Selamat membaca.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *