Apa rasanya nikah sama teman? aneh kali ya
Buku bersampul hijau ini kelanjutan cerita dari buku sebelumnya yang bersampul kuning. Kalau dibuku kuning Ayudia dan Ditto menceritakan kisah persahabatan mereka dari SMP sampai akhirnya Ditto ga tahan untuk bilang suka sama Ayudia. Nah, dibuku kedua mereka kali ini, mereka bercerita gimana akhirnya bisa menikah dan hidup bersama teman sendiri sebagai suami isteri.
Bukunya campur aduk banget sih ini. Mulai dari geli sendiri baca kisah mereka, ketawa-ketawa, sedih, dan terus bahagia lagi. Buku ini berkisah melalui dua sudut pandang penulis yaitu Ayudia dan Ditto.
Baca buku sebelumnya : Dari Temen Jadi Demen: #Temantapimenikah-Ayudia dan Ditto
Berawal dari lamaran sok-sok romantis yang failed banget, karena pas buka kotak cincin eh ternyata terbalik dan cincinnya amblas. Dilanjutkan kisah bagaimana mereka mempersiapkan lamaran dan pernikahan yang pastinya ada drama-dramanya. Pindah kerumah baru yang sudah Ditto persiapkan,dan kehamilan yang ga direncanakan.
Setelah tiga belas tahun berstatus sebagai teman atau sahabat, akhirnya Ditto naik status nih jadi suaminya Ncipo alias Ayudia. Yang saya suka dari buku ini adalah kejujuran dari kedua pasangan ini dalam bercerita. Mereka cerita kalau sebelum menikah itu mereka memastikan diri bahwa mereka siap baik mental maupun materi. Mereka juga sempet salah paham sama orang tua dan teman-teman yang mengira mereka selingkuh dari pasangan masing-masing sejak lama.
“Ngga ada dalam kamus hidup gue nikah cuma biar ‘yang penting halal’.”-Ditto
Nikah sama sahabat juga ga berarti kalian bakalan hidup mulus-mulus aja. Mereka pun bercerita kalau sering barantem. Tapi, mereka berkomitmen untuk membereskan masalah sebelum mereka beranjak tidur. Ini sih keren menurut saya. Tidur dengan penuh masalah itu ga enak pan yak.
“Saking takutnya kehilangan, setiap gue dan Ayu berantem, kami selalu membicarakan kalau di dunia ini hidup itu singkat. Bagaimana kalau salah satu dari kami meninggal duluan? Siap ga? Nah, karena kita semua pasti ga siap, maka gue dan Ayu berinisiatif untuk segera menyelesaikan permasalahan kami secepat mungkin.”-Ditto
Saat kehamilan Sekala yang tidak direncanakan, ternyata mereka mengalami pergulatan batin yang luar biasa. Tapi berkat komitmen untuk selalu berkomunikasi dan berdiskusi mereka bisa melewatkan itu semua. Akhirnya Dia Sekala Bumi yang menggemaskan bisa kita lihat ada di bumi.
Buku ini memberi gambaran bagaimana hidup berumah tangga sih. Bagaimana harus saling percaya, harus saling mendengar, harus saling peka, harus saling memaafkan, dan tentunya saling mendukung. Ada percakapan dimana Ayudia ga rela Ditto meninggalkan Passion-nya, hanya karena materi.
“Aku langsung menolak ide itu mentah-mentah. “Nggak, To, nggak ada yang namanya berhenti main perkusi. Materi bisa dicari, tapi gue ga mau lo ninggalin passion lu cuma gara-gara materi. Gue suka Ditto yang main perkusi, yang hidup dengan passion-nya.”-Ayudia
Nih, ada pesen dari Ayudia,
“Percaya deh, laki-laki itu nilai plusnya melejit kalau dia punya tujuan hidup yang pasti dan selalu passionate terhadap apapun yang dikerjakannya.”
Saya juga suka dengan buku ini, dengan bagaimana mereka belajar untuk menjadi orang tua. Menjadi orang tua adalah proses belajar seumur hidup. Mereka melakukannya sejak Sekala masih berupa bayi kacang dalam perut Ayudia Chaerani Bing Slamet. Untung Ditto ga salah sebut ya pas Ijab Kabul. hahaha
Pasangan ini inspiratif banget sih menurut saya. Mereka seperti potongan puzzle yang melengkapi satu sama lain, yang ketika bersatu ‘BOOM‘, karyanya selalu bikin tersipu dan berdecak “gile nih orang, ada aja yang dikerjain”.
Sukses untuk karya-karya kalian berikutnya. Mari belajar berkomunkiasi dengan lebih baik. Mendengar dan mengungkapkan pada porsi yang seharusnya.
Oh ya, buku ini dilengkapi dengan Album karya mereka berdua, “Dengarkan Dia”. Saya sudah mendengarkan semua lagunya. Ini lagu favorit saya:
BERSENYAWA
Terjadi satu ikatan lebih dari persahabatan
Ku hanya beri isyarat agar kau merasa
Apa yang aku rasakan di dalam dada
Kita tumbuh dan bersenyawa
Mendekat dan mendekap dalam jiwa
Sampai tua
Beruntng bisa bersama terikat satu rasa
Kita mau dan tak malu menyatakannya
Semesta pun mendengarnya dan menjaganya
Reff:
Kita tumbuh dan bersenyawa
Mendekat dan mendekap dalam jiwa
Bersamamu tak mungkin keliru
Yang bahagiakan kita berdua
Sampai tua
Coda:
Kita tumbuh dan bersenyawa
Mendekat dan mendekap dalam jiwa
Bersamamu tak mungkin keliru
Yang bahagiakan kita berdua
Sampai tua
“Kamu harus janji, kita harus bareng-bareng melewati semua ini.” Ayudia-Ditto
Bukunya cocok loh dibaca oleh kamu yang sedang mempersiapkan pernikahan atau mungkin yang baru-baru menikah.
Selamat berkelana lewat kata! 🙂
5 comments
Ini pasti buku yang menarik. Biasanya orang menikah berawal dari pacaran kalau Ayu dandito berawal dari persahabatan. Walau mereka juga sering berantem, tapi karena sudah bersahabat cukup lama mereka pastinya sudah mengenal karakter satu sama lain, jadinya berantem tak perlu lama-lama ya
Iya. Bukunya menarik untuk dibaca dan dikoleksi 🙂 Seru
Penasaran sama buku ini, buku pertamanya baca tapi belum beli buku keduanya ini.
Buku kedua ini lebih bagus dari yang pertama. Karena ga soal cinta-cintaan doang 😉