Rumah Burung di Pinggiran Jakarta

Rumah adalah tempat terbaik yang kami punya. Kemanapun kami pergi, rumahlah tempat kami kembali….

Seorang temen mengajak saya berlibur ke suatu pulau di pinggiran Jakarta, November 2013 silam. Pulau tersebut sangat terkenal bagi mereka para pencinta Bird Watching. Ya, Pulau tersebut adalah Pulau Burung atau lebih dikenal Pulau Rambut yang termasuk kawasan Kepulauan Seribu. Pulau rambut merupakan Kawasan Konservasi Margasatwa yang termasuk kategori ekosistem lahan basah (Wetland) sesuai dengan Inpres 03 Tahun 2010.

Jika merunut sejarahnya, P. Rambut merupakan cagar budaya sejak tahun 1937 melalui Surat Keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda No. 7 tanggal 3 Mei 1937 dengan luas 20 ha. Tahun 1999, barulah berganti menjadi Suaka Margasatwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 275/kpts-II/1999 tanggal 7 Mei 1999 dengan luas 90 ha. Luas wilayah terdiri dari 45 ha daratan dan 45 ha perairan.

Membaca sejarahnya tentu terbayang sudah keindahan yang akan tersaji di Suaka Margasatwa ini. Saya sangat antusias ingin segera menginjakan kaki di Pulau ini. Apalagi beberapa kali melihat tayangan di televisi, betapa menariknya mengamati Burung di menara penamatan Pulau ini.

Pukul tujuh kami berempat beranjak meninggalkan kosan masing-masing menuju Stasiun Bogor. Kami berencana menggunakan Kereta Api untuk bisa sampai ke Tanggerang (menghindari macet) dan kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan angkot ke darmaga penyebrangan Tanjung Pasir. Butuh waktu hampir enam jam untuk bisa sampai ke Pulau ini. Sedikit info, jarang sekali ada kapal yang menyebrang ke P. Rambut, sehingga kami harus menyebrang ke P. Untung Jawa dan dilanjutkan dengan menggunakan speedboat.

Kami memilih untuk menginap di P. Untung Jawa, karena di Pulau inilah banyak terdapat penginapan dan homestay. Begitu turun dari kapal, kami langsung menuju penginapan yang sebelumnya telah kami booking. Kami bergegas makan siang agar segera bisa menyebrang ke P. Rambut. Saya sudah tak sabar untuk sampai di sana.

Begitu sampai di P. Rambut saya begitu terkejut melihat sampah berserakan dan tersangkut di pohon-pohon mangrove. Mulai sampah plastik sampai kasur ada disana. Sedih melihat pulau konservasi kondisinya jauh dari kata bebas sampah. Usut punya usut ternyata sampah ini merupakan sampah kiriman dari kota-kota disekitar pulau ini. Hemph, *elus dada 🙁

Lupakan sejenak soal sampah, karena belum ketemu solusinya. Daripada saya ga mood untuk mengeksplorasi Rumah Burung ini. Pulau ini katanya Surga Burung atau kerennya The Heaven of Bird, so mari melihat burung di menara pengamatan.

 

 

Dari menara pengamatan saya seperti melihat hamparan karpet hijau tepat di bawah saya, dan terlihat beberapa jenis burung hilir mudik kesana-kemari. Menurut Informasi, pulau ini memiliki beberapa jenis burung seperti Cangak Abu (Ardea cinerea), pecuk ular (Anhingga melanogaster), blueok (Mycteria cinerea), kowak malam (Nycticorax nicticorax), cangak merah (Ardea purpurea), dan lain sebagainya. Banyaknya jenis burung disini karena daya dukung lingkungan yang baik di Pulau ini, terutama vegetasi tumbuhannya. Tumbuhan yang ada di pulau ini diantaranya Cemara laut (Casuarina equisetifolia), Ketapang (Terminalia catappa), Centigi (Pemphis acidula), Soka (Ixora timorensis), Mengkudu (Morinda citrifolia) dan lain sebagainya. Waktu menunjukkan pukul 17.30 ketika kami kembali ke P. Untung Jawa untuk bermalam disana.

Keesokan harinya kami kembali ke P. Rambut untuk meneruskan eksplorasi. Teman saya memang sedang melakukan eksplorasi mengenai vegetasi lamun di sana, terkait dengan studinya. Saya sebut mereka “Pejuang Lamun” hehehe.

 

 

Terlalu pagi kami sampai di P. Rambut, kami bergabung dengan beberapa orang yang sedang memancing dan malah ikut memancing. Kami beberapa kali mendapatkan cumi-cumi disini. Ternyata masih banyak ikan yang bisa bertahan di Laut Coklat seperti ini. Saya jadi berpikir kalau laut ini biru, mungin lebih banyak lagi ikan yang bisa hidup disini. Ekosistem laut akan membaik. Pikiran saya terusik kembali oleh sampah.

 

Sampah, tetap membuat miris hati saya. Menjadi tanggung jawab kita semua untuk membuat Pulau ini dan pulau-pulau sekitarnya menjadi bersih. Sampah yang menggunung merupakan ulah kita. Buang sampah pada tempatnya merupakan langkah kecil dengan imbas besar. Sampah seperti kasur, sendal jepit, dan alat-alat rumah tangga yang saya lihat diduga kiriman dari kota-kota sekitar pulau yang terkena banjir. Kasihan Rumah Burung ini kotor, tentunya kita juga tak ingin kan jika rumah kita dikotori.

Waktu eksplorasi usai, waktunya kami kembali ke P.Untung Jawa untuk membersihkan diri dan berisap pulang. Ketika sore hari kami kembali menyebrangi lautan untuk pulang. Pemandangan ini yang kami dapat.. so beautiful!

 

Sekali lagi, yuk tuntun sampah ke jalan yang benar. Bumi sehat akan menyehatkan manusianya.
Sampai detik ini saya masih belajar menuntun sampah ke jalan yang benar.

Bagi yang tertarik kesana ini rute saya:

Bogor-Tanggerang via Commuter Line = Rp.6000

Tanggerang-Dinas Kesahatan via angkot 01 atau 02= Rp. 3000

Dinas Kesehatan-Teluk Naga via Elf = Rp. 5000

Teluk Naga-Tanjung Pasir = Rp. 4000

Tanjung Pasir-P. Untung Jawa- Tanjung Pasir = Rp. 30000

P.Untung Jawa-P. Rambut via Speedboat *dibayarin temen

Penginapan *dibayarin temen

Kalau kalian rombongan bisa sewa Kapalnya sampai Pulau Rambut.

See u on next trip.. save our earth

 

Mari berkelana, bahagia!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *