Tiga hari dua malam di Ujung Genteng (18-20 Mei 2012), bersama keluarga OWA dalam rangka kegiatan tahunan yaitu Eksplorasi Alam (Eksam), membuat saya semakin menyadari jika negeri kita kaya. Selain menyajikan pesona alam nan rupawan serta flora dan fauna di lautan, ternyata Ujung genteng memiliki kesan tersendiri bagi saya. Ujung genteng tepatnya Pantai Selatan Jawa Barat (Pangumbahan, Cikepuh, Ujung genteng, Sukabumi) merupakan salah satu tempat konservasi Penyu di Indonesia. Tentulah banyak orang mengenal hewan ini. Namun, tak banyak orang tahu mengenai status keberdaan hewan ini. Hewan ini dapat ditemukan di semua samudera di dunia. Penyu dapat bermigrasi sekitar 3.000 Km dalam waktu 58-73 hari. Siklus bertelur hewan ini sekitar 2-4 tahun sekali dimana hanya Penyu betina yang ke darat untuk bertelur sedangkan yang jantan tetap di laut. Penyu memang bertelur dalam jumlah yang banyak, namun hanya belasan tukik (bayi penyu) yang bisa bertahan dan kembali ke laut.
Indonesia memiliki 6 spesies penyu dari tujuh yang ada di Dunia karena adanya persimpangan Samudera Pasifik dan Hindia. Lima diantaranya penghuni tetap membentuk kelompok populasi tersendiri. Spesies tersebut yaitu penyu hijau/ green turtle (Chelonia mydas), penyu sisik/hawksbill turtle (Eretmochelys imbricata), penyu belimbing/leatherback turtle (Dermochelys cariacea), penyu lekang/olive ridley turtle (Lepidochelys olivacea), dan penyu tempayan/loggerhead turtle (Caretta caretta). Namun, menurut Red List of Threatened Species (daftar merah spesies terancam) dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) hewan ini termasuk spesies terancam punah. Hal tersebut dikarenakan eksploitasi telur penyu, daging, serta karapas yang berlebihan untuk kebutuhan komersil. Selain juga karena pemangsa alaminya seperti kepiting, burung dan tikus di pantai, serta ikan-ikan besar.
Kaadaan tersebut mau tak mau menggugah hati kita untuk bisa melestarikannya. Maka, Pantai Pangumbahan dijadikan sebagai tempat konservasi tersebut. Spesies penyu yang dikonservasi disini adalah Penyu hijau (Chelonia mydas). Saya berkesempatan mengunjungi tempat ini dan mendapat pengetahuan mengenai konservasi Penyu serta bisa melihat secara langsung seekor penyu hijau betina bertelur. Disini kita bisa melihat Penyu betina bertelur pada malam hari dan pelepasan tukik yang dikonservasi dilakukan pada sore hari. Pengunjung memang diberi kesempatan untuk melihat penyu bertelur, tapi harus tanpa cahaya (minim pencahayaan) dan jangan ribut. Pengunjung boleh mengambil foto, tapi ingat tanpa blitz. Pengunjung juga diberi kesempatan untuk mengikuti prosesi pelepasan tukik ke lautan. Tukik-tukik tersebut memang menggemaskan, tapi jangan main-main dengan mereka karena mereka akan stress. Kasihan jika mereka harus kehilangan orientasi arah ketika mereka harus kembali kelautan yang ganas.
Masih pedulikah kita?? Karena kalau bukan kita siapa lagi.
Save Our Sea Turtle!
2 comments
Kak Nunuz, di Belitung pernah beberapa kali makan telur penyu, karena memang umum dijual (walaupun jarang-jarang). Enak banget. Tapi kok jadi merasa bersalah ye huhu
Iya memang umum di jual sih fad,
tapi liat kondisinya kayak gitu agak segan buat makan.
Makanya di konservasi biar penjualan bisa diatur ga kelawat batas.
Saya ga pernah makan telur penyu,tapi katanya enak. bener ga sih?