“Aaaah… iih ih..apa ituh”
Tiba-tiba suara teriakan yang tidak asing memekakan telinga saya.
Ketika menengok kebelakang saya tertawa melihatnya. Adik saya ternyata yang berteriak.
“Hahaha..kenapa ti? “
“Ih itu minuman gue diambil monyet. Kaget tahu…”
“Lagian minumannya ditenteng, ya iya lah diambil”
“Ih, kan gue ga tau teh bakalan diambil monyet. Mana masih penuh lagi” gerutu adik saya
Dilain pihak, saya dan Fia sibuk mengabadikan moment sang monyet nakal ini menenggak minuman dingin di siang hari. Sedangkan adik saya masih mencoba menenangkan diri. hehe
“Seger banget kayaknya ya, puasa-puasa gini minum yang dingin”
“Iya kak” sahut Fia
Saya lupa memperingatkan adik saya untuk tidak menenteng makanan atau minuman di Pantai Bama-TN Baluran, karena menurut informasi yang saya dapat, monyet-monyet disini sudah terhabituasi dengan manusia, so ga ada takut-takutnya dengan manusia, sering merebut bawaan pengunjung katanya.
Ini kali ke tiga saya melihat seekor monyet merebut makanan atau minuman dari pengunjung. Pertama di TWA Pangandaran, kemudian di TWA Telaga Warna, Bogor, dan terakhir di pantai ini. Perubahan prilaku yang mengkhawatirkan, dan membutuhkan kewaspadaan ketika berkunjung ketempat seperti ini. Sebagai pengunjung, biasakan untuk tidak memberi makan pada hewan ini, karena dia akan belajar bahwa jika ada manusia pasti ada makanan, jika melihat kantong plastik dan minuman dia akan merampasnya. So, belajar bijak dalam bertindak.
Balik lagi ke Pantai Bama. Hari itu tepat di pertengah bulan Ramadhan, Purnama, lautpun pasang. Kami hanya mengamati Pantai yang tak terlalu luas ini hanya dari bibirnya. Melihat beberapa turis yang berjemur, dan beberapa pengunjung yang akan melakukan canoing. Selain itu, di pantai ini bisa melakukan kegiatan outdoor, macem gelantungan diatas pohon, biar ga kalah sama monyet-monyet disini. hehe :). Tapi hari itu tak ada satupun yang melakkan aktifitas ini, lemes kali ya bulan puasa. 🙁
Kemudian kami diajak Arif ke hutan mangrove di sebelah kanan Pantai Bama, jika dari pintu masuk. Memasuki hutan yang rimbun dengan semilir angin yang menyejukan, mengurangi lelah yang ada siang itu.
“Wah ada jembatannya, asik nih. Mangrove-nya gede-gede banget lagi. Keren nih” saya berkomentar, sambil tetap menggambil gambar.
Jembatannya lumayan panjang, di ujung jembatan kita langsung disajikan pemandangan Pantai Bama yang kaya akan Mongrove-nya. Saya senang melihat mangrove yang subur dan terawat, karena mangrove memiliki banyak fungsi untuk keseimbangan alam. Manfaat dari hutan mangrove atau bakau ini sangat banyak diantaranya mengurangi abrasi sehingga garis pantai tidak berubah alias daratannya tidak terkikis, meredam gelombang besar, serta sebagai daerah penyangga. Selain itu, hutan ini juga berfungsi sebagai tempat tinggal burung-burung pantai. Bahkan mangrove pun memiliki nilai ekonomi yang lumayan tinggi selain dari sektor ekowisatanya. Oke info lebih lanjut cari sendiri ya… 🙂
Ditepian jembatan terdapat sejenis gazebo untuk bersantai. Seharusnya kami bisa menuruni tangga di ujung jembatan ini. Untuk merasakan air lautnya menyentuh jemari kaki-kaki kami. Tapi karena pasang jadi takut. Maklum saya tidak bisa renang, bawaannya jadi parno. Teriknya matahari siang itu membuat kami tak berlama-lama ditempat ini, tapi Bama yang indah menjadi kenangan akan pantai di Timur Jawa.
Bagi yang ingin menikmati surise maupun sunset, kalian bisa menginap di beberapa penginapan yang tersedia di Pantai Bama ini (Range harga 200-500 ribu rupiah).
Cheers,
Nunuz