Seba Baduy, Tradisi Tahunan Selepas Panen

Seba yang berasal dari kata saba yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti berkunjung merupakan salah satu tradisi dari Suku Baduy yang dilakukan setiap tahunnya. Tradisi ini dilakukan setelah panen padi dan berakhirnya masa kawalu.

Masyarakat Baduy, baik Baduy Luar maupun Baduy Dalam berbondong-bondong mengunjungi Bupati Lebak di Kota Rangkasbitung yang nantinya di lanjutkan ke kota Serang menemui Gubernur Banten. Mereka membawa hasil huma sebagai buah tangan.

Tradisi ini hanya diikuti oleh pria Suku Baduy saja. Karena jarak yang cukup jauh dari Desa Kanekes ke Kota Rangkasbitung, maka untuk Baduy Luar mereka diangkut menggunakan mobil. Lain halnya dengan Baduy Dalam yang dilarang menggunakan kendaraan jika hendak pergi kemanapun, maka perjalanan Seba ini mereka tempuh dengan berjalan kaki. Oleh karena itu, Baduy Dalam berangkat lebih awal beberapa jam sebelum rombongan Baduy Luar. Tapi prosesi ini dilakukan berbarengan oleh keduanya.

Tujuan Seba sebenarnya silaturahmi, yang didalamnya berisi laporan-laporan mengenai keadaan Masyarakat Baduy setahun belakangan dan harapan mereka terhadap pemerintah. Tahun 2014 silam, saya menyaksikan prosesi ini di Pendopo Kabupaten Lebak. Acara ini di mulai sekitar pukul 7 malam dan selesai kurang dari pukul 9 malam.

Acara dimulai dengan kehadiran Bupati Lebak di tempat prosesi Seba. Kemudian dilanjutkan laporan dari perwakilan masyarakat Baduy. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Bupati Lebak, yang menerima kehadiran dan laporan mereka, serta mengajak masyarakat Baduy bersama-sama memajukan Kabupaten Lebak. Acara kemudian diakhiri dengan laporan dari Kepala Desa Kanekes.

Acara yang singkat ini kemudian di lanjutkan di Kantor Gubernur Banten, dengan prosesi yang hampir sama ke esokan harinya. Perjalanan jauh pun ditempuh kembali oleh masyarakat Baduy Dalam dengan berjalan kaki  menuju Kota Serang malam itu juga seusai prosesi di Kabupaten. Sedangkan masyarakat Baduy Luar beristirahat sejenak untuk berangkat kesokan harinya ditemani hiburan layar tancep yang disediakan.

Sayangnya saya tak turut serta mereka untuk mengikuti Seba di Provinsi. Budaya Indonesia itu kaya, layaknya alam yang Tuhan anugerahkan laksana surga.

Salam,

nunuz

*Tulisan ini di posting juga disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *