Merdeka bagiku adalah bebas dari rasa takut…
Saya takut ah kalau harus melakukan ini, takut salah, takut ini, takut itu. Takut itu manusiawi, tapi mau sampai kapan memelihara rasa takut hingga kamu tak pernah mau mencoba hal baru.
Semakin beranjak dewasa, kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Semakin banyak pertimbangan, semakin banyak yang dipikirkan dan tak jarang itu menyulitkan kita untuk melangkah.
Tak pernah ada rencana sedikitpun untuk beranjak pergi dari kasur empuk di hari ketujuh belas dibulan Agustus, tanggal merah. Hari dimana seluruh umat manusia Indonesia merayakan kemerdekaan. Merayakan hari dimana Republik Indonesia menjadi negara yang merdeka.
Sebelum hari ke-17, saya bertemu dengan seorang kawan yang mengajak saya untuk ke sebuah tempat yang tak jauh dari tempat tinggal saya. Mereka akan mengunjungi Gunung Kapur di daerah Ciampea, Bogor. Bagi saya, penyuka ketinggian, ingin rasanya bernostalgia dengan tempat tersebut. Sudah tujuh tahun dari kali pertama dan terakhir saya ke Gunung Kapur.
Dengan mengendarai sepeda motor saya beserta sembilan orang kawan tibalah kami di pintu masuk Gunung Kapur, tak sampai 20 menit waktu yang kami tempuh. Kami memarkir kendaraan di depan SMA Ciampea, jangan lupa untuk izin dengan penduduk setempat, dan menitipkan kendaraan kalian. Atau lebih mudahnya ada pintu masuk yang lain dan kalian bisa memarkir kendaraan di warung yang tersedia, aman kok.
Jalur trekking di sini lumayan sulit, karena batuan kapur dan licin. Jadi sebaiknya menggunakan alas kaki yang sesuai. Namun, waktu tempuh untuk sampai ke Puncaknya hanya 30 sampai 40 menit saja. Kami disambut oleh beberapa tenda yang berdiri kokoh, beberapa orang yang sedang bersantai dan memasak, serta monyet ekor panjang. “Bisa nenda disini toh. Duh ni monyet ada dimana-mana deh” guman saya dalam hati.
Sedikit informasi, monyet ekor panjang disini masih alami perilakunya. Jadi jangan kasih mereka makan yang kita bawa, jangan meninggalkan sampah sisa makanan kita. Biar dia tetap makan makanan alaminya dan tidak teradaptasi dengan kehadiran kita. Jadi kalau kita datang dia akan menjauh, bukan mendekat. Ga mau kan tar barang-barangnya mereka rampok. 🙂
Selama di Puncak Gunung Kapur, yang tak lain puncaknya adalah batu-batuan yang menjulang yang diatasnya ada bendera merah putih berkibar, saya mendengar lagu Indonesia raya dikumandangkan. Terdengar megah, namun terasa sendu. Karena teringat kondisi negeri dan anak mudanya saat ini. Saya kadang bertanya pada diri sendiri, apa itu merdeka, apa arti Indonesia bagi saya, yang saya tahu hanya Alam Indonesia itu indah.
Saya duduk diatas bebatuan, sambil sesekali mengabadikan landscape. Saya mencari-cari area dimana tujuh tahun lalu di hari yang sama saya memberanikan diri masuk dalam perut bumi untuk pertama kalinya. Teknik SRT (Single Rope Technique) yang dipelajari sehari sebelumnya saya praktekan dengan seksama. Goa Gunung Kapur adalah cinta pertama saya pada keindahan bawah tanah. Setelah sebelumnya dihantui rasa takut untuk menuruni gua ini. Tujuh belas Agustus 2008 adalah hari dimana saya memerdekakan diri saya untuk mencoba hal-hal baru, membebaskan saya dari rasa takut dan khawatir berlebihan. Tentunya dengan bekal teknik yang cukup, saya melihat indahnya stalagmite stalactite dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya dalam Camber Goa. Ada haru yang diam-diam menyelinap dalam kalbu.
Alam mengajarkan saya keberanian untuk menghadapi semua yang tanda tanya, mengikis rasa takut, mengumpulkan keyakinan, kalau saya BISA. Itu kenapa saya akan terus pergi dari bangku tempat saya duduk manis saat ini.
“Alam adalah panggung dengan melibatkan kita sebagai tokoh didalamnya. Mau seperti apa panggung itu hidup, kitalah penentunya.”
Tips:
- Gunakan alas kaki khusus outdoor
- Jangan gunakan Jins ketat ya, karena menyulitkan pergerakan
- Safety first bukan selfie first
Mari berkelana, bahagia!