Kaki Gunung Salak, Badai Pasti Berlalu

Perjalanan yang tidak direncanakan tidak selamanya tidak menyenangkan. Siang itu selagi mengikuti seminar (14/05/2011), saya kabari seorang teman bahwa hari senin (16/05/2011) libur dan tak ada jadwal kuliah. Tiba-tiba dia mengajak saya untuk camping di Area Gunung Salak. Jelas saya tidak menolak. Pas banget otak lagi mumet diajak Tracking..yuhuu

Akhirnya saya kabari teman-teman yang lain agar bisa bergabung. Tapi sayang yang bisa hanya kami berempat. Tak masalah perjalanan tetap dilanjutkan.

Rencana pergi tanggal 14 sore, namun terhalang hujan. Diputuskanlah berangkat keeskoan harinya. Panas terik matahari menemani perjalanan, saya kelaparan karena tidak sarapan. Lupa. Lemes dah. 🙁

Setelah berjalan kurang lebih 2 jam dan mecari-cari tempat yang enak untuk melihat view kota bogor dari ketinggian. Tibalah kami di tempat yang bersebrangan dengan Pura Jagatkarta. Sebuah tempat yang sebenarnya merupakan area kebun, namun ada lahan kosong cukup untuk satu tenda.

Dengan semangat kami mendirikan tenda, bersiap-siap memasak untuk makan siang yang menjelang sore. Tiba-tiba kami tersadar, membutuhkan air banyak untuk memasak dan disana tak ada sumber air.

“Santai aja tar cari air, gampang tuh ke bawah” seorang teman meyakinkan

Baru saja kami mulai memasak dan saling bercanda mengharapkan hujan agar mendapat sumber air, tiba-tiba Tuhan berbaik hati pada kami. Dia mengirimkan hujan yang super lebat tapi lengkap dengan angin yang kencang. Kami kalang kabut menyelamatkan diri dan barang bawaan. Tapi tak lupa menampung hujan yang berlangsung cukup lama, kurang lebih 1 jam.

Kami akhirnya memasak di dalam tenda. Saya ingat jelas menu apa yang kami buat, tempe oreg dan tumis kangkung. Rasanya nikmat banget. Mungkin karena lapar.

“Kalau hujannya gede terus gimana nih? ngeri badai” saya khawatir

“Tinggal pulang tar malem” teman saya santai saja

Kami pikir kami tidak akan mendapatkan hal yang menarik dari perjalanan ini, dan berencana pulang setelah hujan reda. Tapi ternyata sunset sodara-sodara keren banget. Semua sibuk mengabadikannya. Langit berubah dari biru, jingga, abu-abu dan menghitam.

Sang dewi siang telah kembali keperaduan. Beralihlah perhatian kami kearah yang berlawanan. Tiba-tiba seberkas cahaya muncul dari balik awan, ternyata Sang dewi malam mulai menampakkan pesonanya. Wow lengkap sudah keindahan alam yang bisa disaksikan.

Malam menjemput, cacing diperut mulai berdemo. Masak makan malam, dengan menggunakan air hujan. Saya mencoba mencicipi air hujan tanpa dimasak, rasanya aneh, bau besi, dan agak asam.

Malam makin larut, lampu-lampu di kota bogor makin terlihat terang. Ternyata Bogor padat sekali. Sayangnya kamera saya tak mampu menampung keindahan itu.

Di tiga perempat malam saya terbangun, saya keluar tenda. Langit tak lagi mendung, lampu-lampu kota makin bersinar terang. Hanya ada saya, seorang teman, Tuhan dan semesta malam itu.

Pagi-pagi setelah sarapan kami memutuskan pulang melewati jalur yang berbeda, ternyata lebih dekat dan keluarnya dipertigaan Curug Nangka, Ciapus.

Jika ingin ke sana ini rutenya :

Bogor (baranang siang) – BTM = angkot 06 (buat mastiin tanya lagi aja abangnya)

BTM-Ciapus = angkotnya 03 jurusan ciapus tapi ada tulisan Virus atau BFC

Rute ini bisa digunakan untuk mengunjungi Curug Nangka, Curug Luhur, Curug Sawer dan tentunya Pura Jagatkarta.

Mari berkelana, bahagia!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *