Tik tok tik tok tik tok, jarum jam menunjukan pukul 10.30 WIB (28/01), ketika saya mulai masuk dalam antrean. Ya, antrean, untuk bisa naik ke puncak Tugu Monas.
Tebak-tebakan tidak berhadiah pun dimulai antara saya dan sepupu-sepupu saya.
“Liftnya ada berapa sih?” tanya sepupu saya
“Dua kali, eh tapi masa sih cuma dua, empat kali.” kesotoyan saya dimulai
“Ini antinya bisa panjang banget gini.”
“Iya kayaknya liftnya dikit deh.” sepupu yang lainya mulai bersuara
“Katanya bisa antre sampai dua jam.” Om saya yang sudah bertanya kepada petugas kemudian memilih menyerah. Duduk dipojokan sambil nyemilin snack.
Ini kali kedua saya akan naik ke puncak Tugu Monas setelah belasan tahun yang lalu. Ya, paling kalaupun ke Monas ya cuma diareanya saja. Duduk-duduk digelaran tikar yang disewakan buat kopdar kalau mau ngetrip. Tapi kali ini, judulnya nganterin sepupu-sepupu yang mau naik ke Tugu Monas.
Sekitar pukul setengah sembilan kami tiba di Monas. Saya sedikit terkejut karena Monas bisa bersih banget dari sampah, gelaran tikar, dan pedagang kaki lima. Pintu masuk dan keluar pun hanya satu yang dibuka, yaitu depan Istana Negara.
Kami menuruni tangga untuk bisa membeli tiket masuk ke Tugu Monas. Saat hendak membeli tiket, penjaga tiket memberitahu bahwa kami harus membeli kartu yang didalamnya terisi saldo sesuai yang dengan jumlah pengunjung. Harga untuk anak-anak, mahasiswa, dan dewasa beda-beda, yaitu 4K, 8K, dan 15K. Nah, kalau kalian mahasiswa jangan lupa tunjukin Kartu Tanda Mahasiswa untuk dapat harga mahasiswa. Hidup mahasiswa 🙂
Balik lagi keantrean. Jam menunjukan pukul 12.00 WIB saat kami bisa memastikan jumlah lift yang tersedia hanya satu.
“Pantesan lama, cuma satu teh.” sepupu saya langsung berkomentar
“Iya yah, satu lift paling 10 orang.”
Kami pun mulai berhitung, kira-kira pukul berapa kami bisa menjejakan kaki di puncak Tugu Monas.
Begitu sampai di puncak Tugu Monas. Gerimis yang tak kunjung reda dan kabut yang cukup tebal menghalangi pemandangan. Gedung-gedung menjulang menembus kabut. Bapak saya yang emang kayaknya doyan baca atlas, malah cari arah mata angin buat tahu posisi pantai ancol sebelah mana.
“Yuk, kita antre turun lagi.” ujar tante saya
“Udah nih, gini aja. Antre dua jam diatasnya ga sampai 10 menit.” jawab saya
“Ya, udah ngapain lagi. Udah tahu kan Monas atasnya kayak apa?” tanya tante saya
“Ya udah yuk, judulnya juga nyabakeun budak* biar tahu Monas.” jawab saya singkat
Nah, saat dalam antrean, saya baru menyadari kalau salah stategi untuk bisa naik ke puncak Tugu Monas. Harusnya, begitu tiba dan memperoleh tiket, saya langsung naik ke Tugu Monas terlebih dahulu, baru setelahnya berkeliling museum yang berisi puluhan diorama perjuangan rakyat Indonesia, bukan sebaliknya.
Baca Juga: Menemukan Harta Karun di Marine Heritage Gallery, Jakarta
So, bagi kalian yang mau naik ke puncak Tugu Monas, datanglah lebih pagi dan segera naik setelah memperoleh tiket. Selain itu, kalian juga jadi punya waktu untuk naik kereta keliling area Monas. Atau, datang lah sore hari untuk menikmati Monas di malam hari. Toh, jam oprasional Monas cukup panjang yaitu 07.00-00.00 WIB.
Selamat libur dengan keluarga 🙂
2 comments
Iya loh mbak sekarang Monas lebih bersih, rapi dan teratur..
Kemarin saya mampir antar mertua ke Monas sekitar akhir Desember waktu anak sekolah lagi libur.
Antrian untuk naik ke atas lamanya minta ampun, sampai sekitar 4 jam perkiraan nya. Akhirnya kita mundur pelan – pelan setelah antri 10 menit, dan lebih milih keliling keliling di museum dan sekitarnya aja Hehe 🙂
Iya mba, bersih dan rapih. Seneng lihatnya.
Mesti dateng pagi-pagi banget kalau mau naik ke atas, biar ga ngantre.