Akhir pekan lalu, tepatnya 11 Februari 2017. Masyarakat Bogor melaksanakan Pesta Rakyat yang bertajuk Bogor Street Fest CGM 2017, bertepatan dengan perayaan Cap Go Meh yang merupakan bagian dari perayaan Tahun Baru Imlek. Nama Cap Go Meh sendiri berasal dari dialek Hokkian yaitu Cap= sepuluh, Go= lima, dan Meh= malam.
Acara ini dihadiri oleh Mentri Agama Republik Indonesia, Walikota Bogor, beberapa perjabat penting dan pemuka agama lainnya. Perayaan yang dilakukan masyarakat Thionghoa ini juga melibatkan komunitas dan paguyuban non masyarakat Thionghoa.
Sore itu, sekitar pukul setengah empat sore, saya berjalan menyusuri jalanan Suryakencana yang becek lantaran hujan. Banyak sudah manusia-manusia yang berdatang berdesakan mengambil posisi untuk menyaksikan acara ini. Mereka peserta Cap Go Meh tengah bersiap dengan konstumnya masing-masing.
Area panggung terbagi dua, panggung acara dan media. Sekitar area panggung dan jalur yang akan digunakan festival dibatasi dengan pagar-pagar layaknya konser band ternama. Para awak media sudah siap dengan kamera masing-masing, polisi serta satpol PP dengan senjata masing-masing di dalam jalur. Kami, para manusia yang haus akan hiburan, sudah siap dengan payung dan jas hujan masing-masing, karena hujan di Bogor, sedang tak ingin libur.
Pukul empat sore, acara dimulai dengan sambutan ketua acara, sambutan-sambutan dan sambutan, entah berapa orang yang sambutan. Meskipun diselingi dengan hiburan berupa tarian atau pementasan seni, tapi saya tidak bisa menyaksikannya karena berdiri terlalu jauh dari panggung.
Acara sambutan-sambutan yang dilanjutkan doa dari enam pemuka agama cukup memakan waktu. Kami yang tak sanggup diguyur hujan satu persatu berbalik badan, untuk sekedar mencari ruang bernapas.
“Ini lama banget sambutannya.” seorang ibu disamping saya berujar
“Iya biasanya udah mulai pawai jam setengah lima tuh.” ibu-ibu yang disebelahnya menjawab
“Mah pegel.” seorang anak dengan rambut lepek terguyur hujan mulai merengek
“Iya, mana gerimis nih. Keburu hujan gede lagi.” seorang ibu lagi mulai mengeluh
Tapi rasa penasaran akan parade dalam perayaan Cap Go Meh 2017, tetap membuat mereka termasuk saya, setiap menunggu dan berdiri dibawah guyuran hujan.
Kira-kira pukul setengah enam, parade dimulai. Ketika kami bersorak kegirangan, tepat ketika rombongan pertama lewat didepan kami, tiba-tiba berberapa orang berkaus hijau bergambar angsa putih menghalangi pandangan kami.
“Oi awas jangan ngehalangin. Ga kelihatan.” seorang ibu-ibu mulai protes
“Iya ih ga kelihatan.” ibu-ibu yang lain ikut protes
Hingga beberapa menit kemudian, bapak-bapak, anak kecil, dan saya pun ikut protes.
“Awas coba jangan ngalangin. Ga akan loncat pager lah. Orang pagernya tinggi. Ngangkat kaki aja susah, apalagi ngangkat badan.” saya mulai geram
“Mana kotak saran nih.” salah seorang penonton berteriak minta kotak saran
Saya tersenyum getir. Terlihat banyak orang yang mulai kesulitan menggambil gambar. Padahal mereka ingin mengabadikan momen itu dihandphone mereka masing-masing. Saya pun merasakan yang sama meski sudah mengangkat kamera tinggi-tinggi dan posisi berdiri tepat menempel ke pagar pembatas.
Kami meminta mereka berjongkok untuk tak menghalangi pandangan. Hingga pada akhirnya setelah berdebat cukup lama, dan mengungkapkan kesulitan kami untuk mengabadikan parade, seseorang , yang tampaknya panitia, meminta mereka menyingkir dan menjaga area lain yang tidak berpagar. Terimakasih sudah mendengar, sehingga parade bisa kami saksikan dengan leluasa.
Tak lama Adzan Maghrib berkumandang, semua kegiatan dihentikan, dan kami yang sedang menyaksikan acara diminta untuk diam ditempat dan tak masuk ke jalur parade. Hingga entah pada menit keberapa banyak orang masuk diarea parade dan menghalangi pandangan saya, pandangan kami yang setia menanti tanpa pindah posisi.
Detik itu juga, saya berbalik badan dengan rasa kesal. Hingga saat meninggalkan acara, saya berpapasan dengan barongasai, naga, dan hiasan ayam yang menjadi simbol tahun baru Imlek 2017.
Selamat Tahun Baru, semoga berkah berlimpah. Semoga perayaan Cap Go Meh 2018 lebih seru lagi, lebih rapih lagi, hingga benar-benar menjadi pesta rakyat. Dan semoga penontonnya lebih disiplin juga. Aamiin 🙂
Mari berkelana, Bahagia!
NB: Tulisan ini hanyalah curhat belaka, jangan baper ya.
2 comments
Waah tahun ini saya sudah bela-belain ke Bogor, tapi karena macet di mana-mana dan hujan, akhirnya batal Cap Go Meh-an. Mustinya cari hotel sekitar Suryakencana yak biar gampang aksesnya! Salam kenal 🙂
Yup, bener banget harus cari penginapan di daerah suryakencana. Sama sedia payung deh.:)