Alam selalu memberi tanda, tinggal bagaimana kita bisa merasakannya”
Yup, seperti pagi ini (16/10/2011), saya terbangun dari tidur yang cukup lelap dalam tenda berbalut sleeping bag karena suatu panggilan alam. Ayo lah kita ke Toilet.. haha 🙂
Kami bersiap untuk menyaksikan sunrise pagi itu. Kami berjalan beriringan menembus gelap dan dingin, menunggu mentari yang akan mengawali hari kami di Bromo. Entah mengapa, ketika mentari mulai menyapa dan hangatnya mulai menjalar disekitar tubuh, saya merasa ada yang kurang dengan perjalanan kali ini. Saya teringat teman-teman OWA yang selama ini selalu menyertai perjalanan saya. Tiba-tiba saya merindukan mereka, tapi kenyatannya hanya ada Iip, Tata, Rud-rud, Risma, Frita, Dian dan teman-teman lain yang baru saya kenal tiga hari ini.
Bukan kemana tapi dengan siapa kita akan melakukan perjalanan ini.
Puas menikmati sunrise kami bergegas kemabali ke tenda dan bebenah untuk melanjutkan eksplore Bromo ini. Kami diangkut Jeep dari Camping Ground ke parkiran menuju Puncak Bromo. Berikutnya trekking di hamparan Pasir dan terjangan debu bromo. Dan celaknya saya tak membawa kacamata. Untung Mas Zul, sang guide kami dari Uklam bebaik hati meminjamkan kacamatanya. Terimakasih ya 🙂
Dengan perjalanan yang cukup menguras energi, melewati tangga demi tangga, akhirnya saya berhasil sampai di puncak bersama Mba Silfi. Kami bergegas mengabadikan momen dengan berfoto. Angin begitu kencang hingga membawa pasir-pasir ini beterbangan mengibas wajah-wajah kami. Mas Zul mengintruksikan untuk tak berlama-lama di puncak, karena debu pasir semakin menggila.
Bromo amat tersohor baik dikalangan wisatawan lokal maupun manca negara. Yah, jika liburan seperti saat itu, Bromo bakalan macet seperti ini.
Puas berfoto dan bercanda di hamparan pasir, kami melanjutkan perjalanan menyusuri sabana bak bukit teletubies. Sayangnya kami tak berhenti di tengah-tengah hampara bukit ini, karena Jeep rombongan pertama tidak mendengar intruksi untuk berhenti. Ditengah perjalanan yang menanjak Jeep kami mogok, hingga kami harus berjalan dan menepi ditempat yang teduh. Hal ini saya manfaatkan untuk mengambil gambar bukit teletubies dari kejauhan.
Jeep kami bisa berjalan kembali, perjalanan dilanjutkan hingga kami bertemu angkot yang sudah disewa untuk ke stasiun Malang. Hampir semua orang mengantuk saat di Jeep, tak terkecuali saya dan Fajar yang teseok-seok dan akhirnya duduk sekenanya.
Sampai stasiun, kami bergegas mencari Toilet untuk membersihkan diri. Akhirnya saya bisa mandi setelah dua hari ga mandi. Kemudian Fajar, sang pemegang tiket kereta pun datang, jadilah kami bisa masuk dan selonjoran di Stasiun.
” Tolong jagain tas Mba Eno dan Henny ya, mereka lagi mandi” Mba Silfi meminta tolong
“Iya mba” jawab saya singkat
“Ini gimana ya konsumsi belum pada ambil semua, sebentar lagi kereta saya datang” Mba Silfi dan Irvan yang akan melanjutkan eksplore Jatim setelah ini panik mengingat harus segera pisah kereta dengan kami.
“Ya udah mba kita yang jaga” Sahut saya dan Ita
Kami pun meminta bala bantuan dari pria-pria yang tak saya tahu namanya untuk mengangkut makanan kedalam gerbong.
Matarmaja
Gerbong Kereta Matarmaja sudah terisi penuh, hanya tersisa beberapa bangku saja yang kosong. Kali ini patner duduk saya berbeda. Saya duduk bersama Mego dan Rini. Patner beda tapi tetep bikin gaduh dengan tetangga-tetangga yang tak lain patner duduk saat berangkat.
Karena cape dan takut masuk angin lagi, saya tidur pakai sleeping bag di Kereta ekonomi (*agak kurang waras emang saya ini). Ternyata posisi menentuka prestasi. Dan prestasi tidur saya nol besar, ga enak kursinya kependekan. Saya mencoba melipat badan, tapi tetap ga nyaman. Ya sudah nikmati saja. Yang penting sudah ke Bromo. 🙂 🙂
Perjalan pulang dirasa lebih lama, dan memang benar lebih lama, perjalanan ditempuh lebih dari 17 jam. Untuk mengisi waktu dan mengusir jenuh, kami pun mulai mengobrol kembali selepas pagi. Obrolan pun dimulai, tak lain dan tak bukan adalah obrolan mengenai trip berikutnya yaitu Sawarna, Pantai Selatan di Provinsi Banten.
Obrolan makin ramai dan seru hingga tiba-tiba
“Ada yang balik ke Bogor ga?” teriak saya
“Saya” Anggun menjawab
Kami pun berkenalan dan mengobrol satu sama lain. Usut punya usut ternyata Anggun adalah teman SMA dari teman kuliah saya dan dia teman kuliahnya teman se SMA saya. Ini kenapa kayak sinetron teman yang tertukar.
Kadang perjalanan mempertemukan kita pada manusia-manusia yang menyadarkan bahwa kami terhubung satu sama lain. Dan dunia terasa lebih sempit.
Kami turun di Statsiun Jati Negara dan berpamitan kepada yang lain.
Perjalan kali ini membuat saya jatuh cinta, melihat negeri di atas awan saat sunrise, melihat bukit teletubies di balik semak-semak pepohonan, trekking-trekking kecil. Bromo membuat saya jatuh cinta dengan keindahan yang dia sembunyikan dibalik debu-debu yang bertebaran dangan ganas. Melihat pelangi dalam biasan cahaya di Madakaripura, dan indahnya Air terjun tersebut.
Perjalanan ini membuat saya berinisiatif untuk melakukan perjalanan berikutnya sendirian, dan menggunakan KA ekonomi. Terimakasih PT. KAI yang telah memperbaiki kinerjanya, jadi ga desek-desekan di Kereta dan bisa dapat tempat duduk semua. Perlu diketahui, Oktober 2011 adalah bulan dimana PT.KAI mulai memberlakukan setiap orang mendapat tempat duduk di Kereta jarak jauh dan jumlah penumpang yang diangkut tidak melebihi jumlah tempat duduk tersebut. Jadi ga ada ceritanya tuh berdiri dari Jakarta sampai Malang atau sampai duduk di depan toilet lagi.
Baca Juga:Matarmaja, Madakaripura, Bromo dalam Cerita Perjalanan (Part 1)
see you next trip
nunuz
*ceritanya panjang, karena yang pertama selalu berkesan, dan terkenang dengan sempurna
*Terimakasih Uklam yang sudah memfasilitasi kami selama trip ini
3 comments
Saya rasa ini adalah Taman Nasional di Indonesia dengan view terbaik yang pernah saya kunjungi. Kita bisa mendapatkan pemandangan dan pengalaman yang mewah dengan budget yang cukup minim dengan lokasi yang tidak jauh dari kota besar.
Ada gunung, padang pasir, padang rumput, air terjun, dan pemandangan matahari terbit terbaik yang pernah saya rasakan selama ini.
Yup.