Berlokasi tak jauh dari Talaga Bodas, tanpaknya tempat ini jarang dikunjungi wisatawan, kecuali untuk tujuan tertentu.
Saya selalu penasaran ada apa dengan angka “Tujuh”. Sumur tujuh, bunga tujuh rupa, air tujuh sumber mata air, tujuh lapis langit, dan tujuh-tujuh yang lainnya. Angka tujuh yang kadang bertajuk mistis.
Menjelang magrib, seusai dari Talaga Bodas saya mampir sebentar ke tempat ini. Jika Talaga bodas belok ke kanan, maka pancuran tujuh belok ke kiri dari gerbang pintu masuk. Dengan membayar 3000 rupiah, kami mulai memasuki rimbunnya hutan yang hampir gelap.
Ada beberapa petunjuk jalan yang menuju lokasi pemandian yang berbeda ternyata. Saya pikir hanya pancuran tujuh saja yang ada disini. Saya terus berjalan mengambil jalur kanan, dan tibalah kami di pancuran tujuh.
Saya melihat sebuah kolam kecil dengan asap mengapung diatasnya, air belerang ternyata. Air dalam kolam tersebut kemudian dialirkan pada tujuh pancuran bambu yang konon katanya jika dicicip rasa airnya berbeda. *jangan ditelan tapi
Di lokasi ini ada beberapa gubuk yang bisa digunakan untuk menginap. Katanya juga sering orang menginap disini untuk maksud tertentu. Salah satunya untuk pengobatan penyakit.
Hari mulai gelap, kami menyudahi bermain-main dengan air hangat dari tujuh pancuran ini. Sedikit relaks kaki yang pegal ini, di siram air hangat bersulfur. Kami berjalan cepat, khawatir terjebak gelap di hutan, maklum saja tak ada persiapan, jadi tak membawa headlamp.
Diarea pintu masuk terdapat penginapan dan tak jauh dari situ ada lapangan yang cukup luas, bisa lah Camping Ceria disini.
Selamat berlibur!