Ketika yang lain pergi, kami masih asik berlima di Situ Gunung. Pukul sebelas siang kami kembali menapaki jalan-jalan berbatu di area Situ Gunung. Kali ini kami berlima hendak mengunjungi Curug Sawer yang konon katanya bagus.
Beberapa meter berjalan, saya seperti teringat sesuatu.
“Kok gue kayak pernah jalan ke sini ya. De javu nih” ungkap saya sembari terus berjalan
“Keseringan masuk hutan kali lu, kan semua mirip-mirip” salah satu deri ke empat pria menjawab.
“Iya kali ya” mungkin berasa ke Gunung Gede kali ya, karena dengan formasi personil satu perempuan dan empat laki-laki. Yah, jika saya masih mereka anggap perempuan. haha
Kami terus berjalan dan saya sesekali mengambil foto. Hingga tiba di persimpangan jalan kami berhenti.
“Eh bentar gue mau liat gelang-gelang dulu nih”
“Itu teh ada cincin anyam, tadi pas di danau kan pengen beli” Angga mengingatkan
Akhirnya kami rehat sebentar. Ukuran gelang dan cincin yang ready ga ada yang cukup di saya. Semuanya kebesaran.
“Pak, boleh minta dibikinin ga?” saya berujar pada bapak penjual yang sedang mengayam gelang.
“Bisa neng” jawab bapaknya singkat
“Saya mau dibikinin cincin ini, tapi ukurannya kecil” saya menjelaskan
“Iya boleh” tegas bapak penjual
Ia kemudian mengukur jari saya dan membuatkan cincin anyaman itu buat saya.
Lama saya memperhatikan. Kemudian saya bertanya kembali
“Pak kalau gelang bisa juga ga?”
“Bahannya ga ada neng kalau gelang”
“Yah pak, padahal pengen”
Saya kemudian melancarkan pandangan ke tumpukan gelang setengah anyam (belum beres dianyam), dan mencoba satu persatu ukurannya. Alhasil, saya menemukan satu yang ukurannya pas di lengan saya.
“Pak, ini ada yang ukuran saya, bikinin yang ini ya pak” saya kembali merajuk
“Iya neng boleh”
Lama kami menunggu hingga akhirnya anyaman yang saya inginkan selesai. Terimaksih banyak bapak yang say lupa tanya namanya. Lumayan bisa istirahat ngatur nafas kan ya sebelum melanjutkan perjalanan.
Tiba di pintu gerbang kami bertemu beberapa teman relawan Kelas Inspirasi Sukabumi yang ternyata sama-sama memilih berlibur sebelum kembali ke kota masing-masing.
Melihat pemandangan di sekitar curug, saya bisa pastikan pernah ke tempat ini. Saya sedang tidak de javu. Sebelum tulisan ini di buat, saya bongkar folder foto lama ternyata memang benar. hehe *saking penasarannya
Curug Sawer yang dalam bahasa Indonesia berarti air terjun yang airnya jatuh dan menjiprat. Iya menjiprat, cipratan air terjunnya keman-mana saking derasnya. Curug ini masih masuk kedalan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Curug ini dikelilingi pepohonan yang rimbun, hijau dan membuat mata menjadi teduh. Hati juga sih. *eits no baper
Melihat air deras rasanya ingin mandi saja, tapi kondisi ramai membuat malas juga sih. Mari main air saja, berfoto, bercengkrama lalu pulang, maklum saja saat itu hari libur. Kami asik berfoto, terutama saya, yang asik memfoto, harus undur diri ketika hujan mulai menghampiri dan waktu tak berpihak lagi. Pukul empat lewat duapuluh menit kereta saya akan tiba dan membawa saya ke kota hujan.
Selama perjalanan kami banyak membicarakan mengenai gunung, hewan, dan budaya. Terimakasih untuk kenang yang menyenangkan.
Kita memang tidak bisa memilih kenangan seperti apa yang seharusnya tersimpan. Tapi kita bisa memilih kenangan seperti apa yang ingin kita ciptakan dan bagikan.
Bagi yang berminat ke sana, ga usah khawatir sulit kendaraan atau sulit penginapan, sulit makan atau sulit-sulit yang lainnya. Mau liburan kok dibawa sulit. Ini akomodasi dan transportasinya. Paling gampang kalau naik kereta turun di Stasiun Cisaat kemudian nyambung angkot merah.
Angkot Merah dari Situ Gunung-Stasiun Cisaat Rp.10.000,-
Tiket masuk Weekend Rp.16.000,-
Penginapan Rp. 250.000-300.000,- (bisa diisi berapa pun orangnya)
Selamat berlibur,
Nunuz
2 comments
Suka banget travel eksplor alam, apalagi yang seperti ini
Pepohoanan rimbun dan nuansa hijau buat adem hati #eh
Setuju mba rosa, adem mata adem hati..
Lokasi tak jauh pula dari ibu kota.