Saat mengetahui Bung sapaan Fiersa Besari, akan mengeluarkan buku, saya sudah berniat untuk membelinya. Apalagi Bung sesekali memposting quote-quote dari buku teranyarnya yang bertajuk Garis Waktu ini. Bung pun memposting video berupa cuplikan dari lagu yang ia tulis untuk mengiringi kelahiran buku keduanya ini via Instagram pribadinya. Saya semakin dibuat penasaran.
Hidup adalah serangkaian kebetulan. ‘Kebetulan” adalah takdir yang menyamar.
Garis waktu atau lini masa atau bisa berarti alur waktu merepresentasikan buku kedua Bung. Berisi kisah Aku dan Kamu yang dimulai di tahun pertama hingga tahun kelima. Buku ini merangkum semua peristiwa, semua rasa, atas tokoh Aku. Membaca buku ini seperti membaca buku diary sang tokoh Aku yang ia tulis setiap bulannya. Berasa lagi dengerin orang curhat loh.
Terkadang, pertemuan dan perpisahan terjadi terlalu cepat. Namun, kenangan dan perasaan tinggal terlalu lama.
Jika kalian membaca bab “Mengenai Garis Waktu”. Di sana Bung menyatakan yang intinya bahwa buku ini merupakan kumpulan seluruh karya yang sempat berserakan, yang kemudian ia susun menjadi rangkaian cerita yang padu padan. Saya curiga sang tokoh Aku adalah Bung pada masanya. Karena jika ditilik dari beberapa bab cerita yang ada, seperti ada yang pas dengan lagu-lagu yang diciptakan Bung di Album Tempat Aku Pulang dan ada alur yang sedikit bersambung dengan buku sebelumnya Konspirasi Alam Semesta.
Seseorang yang tepat tak selalu datang tepat waktu. Kadang ia datang setelah kau lelah disakiti oleh seseorang yang tidak tahu cara menghargaimu.
Tak kurang dari tiga puluh bab dituturkan dalam Garis Waktu. Dan setiap babnya diakhiri dengan sebuah foto yang merepresentasikan cerita tiap Bab-nya. Diakhir Bab, sang tokoh Aku juga menuliskan quote-quote yang akan membuat pembaca baper. Buku ini sederhana dalam bingkai monochrome dari mulai sampul hingga foto-foto didalamnya.
‘Perasaan’ laksana hujan; tak pernah datang dengan maksud yng jahat. Keadaan dan waktulah yang membuat kita membenci kedatangannya.
Garis Waktu menggambarkan bagaimana seseorang melewati fase-fase kehidupan yang mungkin kebanyakan orang mengalaminya. Namun, lantas bagaimana mereka bisa belajar untuk memetik hikmah didalamnya. Mereka yang mau belajar akan berkembang menjadi manusia yang lebih dewasa dan bijaksana.
Sahabat mencarimu ketika yang lain mencacimu. Mereka merangkulmu ketika yang lain memukulmu.
Saya melihat tokoh Aku berkembang dalam pemikiran dan sikap ketika satu persatu masalah dalam hidupnya ia selesaikan. Baik itu cinta, persahabatan, maupun masalah yang ada pada dirinya sendiri. Dan tokoh Aku, mengajak saya untuk memetik hikmah dan pelajaran disetiap kejadian yang ada dihidup kita. Belajar mengikhlaskan apa yang memang harus dilepaskan, belajar menerima.
Jangan berusaha menjadi keren, berusaha saja menjadi jujur.
Kakimu bisa kau taruh di tempat tertinggi, tapi apakah hatimu bisa kau taruh ditempat terendah.
Ketika saya merekomendasikan buku ini kepada teman saya, kalimat ini yang saya utarakan padanya “Buku ini bikin baper, tapi yang menguatkan. Karena hidup memang begitu adanya“
Cinta bukan melepas, tapi merelakan. Bukan memaksa, tapi memperjuangkan.
Bukan menyerah, tapi mengikhlaskan. Bukan merantai, tapi memberi sayap.
Jika kita berjodoh, walaupun hari ini dan di tempat ini tidak bertemu, kita pasti akan tetap dipertemukan dengan cara yang lain.
Pada akhirnya, jemari akan menemukan genggaman yang tepat, kepala akan menemukan bahu yang tepat, hati akan menemukan rumah yang tepat.
Hati-hati membaca buku ini, karena bakalan ada baberapa efek samping sebagai berikut: senyum-senyum sendiri, mengutuk diri sendiri, baper, kesel sendiri, tapi lebih dari itu, silahkan baca bukunya sendiri. haha
Baca juga buku Bung sebelumnya di sini dan beli bukunya disini
6 comments
aku blum punya buku ini T.T pdhl ngikutin terus petualngannya keliling indonesia bbrp tahun yg lalu.
Wajib baca sih.. bisa buat perenungan juga..
udah kubaca bukunya..
bener bener bikin baper, kebawa sama tokoh aku nya …
berasa diajakin curhat ,
ceritanya hampir sama kaya kehidupan pribadi ..
intinya harus belajar ikhlas … 🙂
setuju.