Pernah mendengar #InternetBaik? Jujur saya sih baru mendengar ada tagar mengenai bagaimana sebaiknya berinternet dengan baik. Karena selama ini saya bebas saja mengakses konten apapun yang mau saya tahu. Karena baik atau buruknya kembali pada diri saya sendiri dalam mengelola informasi kan? Sebagai orang dewasa, kita bisa memilih hal itu. Tapi bagaimana dengan anak-anak dan remaja?
Di era digital ini, Internet adalah hal yang tak bisa dipisahkan dari keseharian kita. Dari mulai main game online, belanja sayur, belanja keperluan rumah tangga, mencari berita terkini, mencari transportasi dan akomodasi, sampai gosip selebritis yang ga ada kelar-kelarnya dan penuh drama semuanya ada dalam satu genggaman berkat Internet. Dari informasi yang berfaedah sampai unfaedah, semuanya ada. Semuanya jadi serba mudah, serba cepat, dan tentunya menjadi serba instan.
Seperti layaknya kehidupan, segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti ada pro dan kontra dan setiap kegiatan ada efek baik dan buruknya. Begitu pun apa yang dihadirkan oleh kemudahan dengan ditemukannya Internet. Selain konten-konten yang baik dan mendidik di Internet, banyak juga loh konten-konten yang kurang dan atau tidak mendidik bahkan cenderung HOAX. Oleh karenanya, berselancar di dunia maya pun perlu ada filternya. Seperti yang saya bilang pintar-pintar lah mengolah informasi.
Tahun 2016, program #InternetBaik diluncurkan oleh Telkomsel sebagai bentuk kepeduliannya untuk mendukung ekosistem digital dengan menjadikan pengguna Internet menjadi smart user. Bersama beberapa mitra, yaitu Yayasan Kita dan Buah Hati, Kaktu, dan ICT Watch, Telkomsel berusaha untuk mengedukasi dan memberi panduan kepada masyarakat tentang bagaimana berinternet dengan aman, bertanggung jawab, inspiratif, dan kreatif.
Sebagai blogger dan aktif bermedia sosial yang membuat konten berupa tulisan, saya sedikit banyak mempengaruhi kehidupan orang lain dengan apa yang saya unggah di platform digital ini. Ada sekali waktu saya mengecek kisaran umur berapa sih yang mengakses blog dan media sosial saya? Saya jadi berpikir, bagaimana kalau saya mengunggah sesuatu yang tidak mendidik dan diakses anak-anak?
Bermula dari kesadaran itu pula, saya belajar dan selalu mencoba menyajikan konten yang kiranya baik dan bermutu. Saya berharap orang yang membaca tulisan saya menjadi terinspirasi dengan hal/kegiatan positif yang dibagikan. Bagi saya, itu salah satu upaya untuk bisa berkontribusi membuat #InternetBaik untuk pembaca-pembaca saya.
Upaya untuk mewujudkan #InternetBaik tak bisa hanya berjalan satu arah. Bagaimana pun Internet menjangkau semua lapisan dan semua kelas umur. Sehingga dibutuhkan juga peran dari para citizen untuk mampu memfilter konten mana yang baik untuk dikonsumsi. Karena tidak semua konten pun bisa dinikmati oleh semua usia, maka perlu peran aktif orang tua dan lingkungan untuk terlibat dalam upaya ini. Orang tua menjadi kontrol pertama untuk anak-anak mereka dalam mengakses konten-konten yang sesuai dengan usia mereka.
Telkomsel percaya bahwa untuk mendukung upaya tersebut perlu melibatkan berbagai kalangan tersebut. Dengan mengusung konsep Digital Citizenship Education (DCE) atau pendidikan, Telkomsel yang mengajak guru-guru di sekolah, orang tua, dan komunitas untuk terlibat dalam program #InternetBaik ini. Sampai saat ini, Telkomsel sudah memiliki 1630 duta #InternetBaik dan melakukan programnya di 27 Kota di Indonesia, yang melibatkan 84 sekolah, 6795 murid, 5897 orang tua, guru dan komunitas.
Smart country akan terwujud jika smart people berkembang dengan baik didalamnya. Karena mengakses informasi semudah beli kacang dikaki lima dan mengupload sesuatu kadang cuma jadi urusan jempol semata. Maka punya saringan yang baik diperlukan untuk kualitas hidup yang lebih baik kedepannya.
Sehat dimulai dari apa yang diserap oleh isi kepala ya guys!