Jangan main-main karena ini bukan main-main!
Kali ini saya ingin bercerita mengenai buku karya Djenar Maesa Ayu. Kali pertama saya mengenal karyanya Djenar, saya langsung suka dengan caranya bertutur. Berani, gamblang, dan unik. Ia sering mengangkat tema-tema yang tak lazim, yang mau tak mau harus kita akui dalam kehidupan nyata itu ada.
Djenar bisa menjelma jadi sosok Nayla, laki-laki yang tak puas dengan istrinya, istri yang dikhianati suaminya, perempuan penghibur, atau anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual, dan kaum minoritas lainnya. Selain itu, kadang ia menghidupkan benda mati menjadi sosok yang mampu bercerita mengenai apa yang ia lihat maupun rasa.
Kumpulan cerpen “Jangan main-main (dengan kelaminmu)” ini terdiri dari sebelas cerita yaitu Jangan main-main (dengan kelaminmu), Mandi sabun mandi, Moral, Menyusu ayah, Cermin, Saya adalah seorang alkoholik!, Staccato, Saya di mata sebagian orang, Ting!, Penthouse 2610, dan Payudara Nai Nai.
Baca juga: Review: Cerita Cinta Enrico-Ayu Utami
Jangan main-main (dengan kelaminmu) berkisah mengenai seorang suami, sahabat suami, selingkuhan suami, dan seorang istri. Djenar membuat cerita ini dari empat sudut pandang tokoh-tokoh tersebut. Seperti kalimat berikut ini yang dituturkan oleh keempat sudut pandang tokoh-tokoh tersebut. Menarik bukan?
Saya heran, selama lima tahun kami menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala saya tentang pernikahan. Tapi jika dikatakan hubungan kami ini hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan tegas saya akan menolak. Saya sangat tahu aturan main. Bagi pria semapan saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam lima tahun.
“Menyusu Ayah” dan “Saya di mata sebagian orang” adalah cerita favorit saya di buku ini.
“Menyusu Ayah” bercerita bagaimana seorang bayi yang bercerita harus menyusu pada penis Ayahnya bukan pada puting payudara Ibunya. Kisah yang sangat ironis. Saya jadi berpikir, bisakah bayi mengingat semua yang terjadi dihidupnya kala itu. Maka jika bisa, jangan main-main dengan ingatannya.
Nama saya Nayla. Saya perempuan, tapi saya tidak lebih lemah dari laki-laki. Karena, saya tidak menyusu puting payudara Ibu. Saya mengisap penis Ayah.
“Saya di mata sebagian orang” bertutur mengenai tokoh saya, seorang perempuan yang menjalani hidupnya jauh dari norma-norma yang di bentuk masyarakat.
Sebagian orang menganggap saya munafik. Sabagian lagi menganggap saya pembual. Sebagian lagi menganggap saya sok gagah. Sebagian lagi menganggap saya sakit jiwa. Sebagian lagi menganggap saya murahan!
Padahal saya tidak pernah merasa munafik. Tidak pernah merasa membual. Tidak pernah merasa sok gagah. Tidak pernah merasa sakit jiwa. Tidak pernah merasa murahan!
Dan apa yang saya rasa toh tidak membuat mereka berhenti berpikir kalau saya munafik. Berhenti berpikir kalau saya pembual. Berhenti berpikir kalau saya sok gagah. Berhenti berpikir kalau saya sakit jiwa. Berhenti berpikir kalau saya murahan!
Sementara saya sudah berusaha mati-matian menjelaskan kalau saya tidak munafik. Kalau saya tidak membual. Kalau saya tidak sok gagah. Kalau saya tidak sakit jiwa. Kalau saya tidak murahan!
Tapi penjelasan saya malah semakin membuat mereka yakin kalau saya munafik. Yakin kalau saya pembual. Yakin kalau saya sok gagah. Yakin kalau saya sakit jiwa. Yakin kalau saya murahan!
Gaya bahasa Djenar memang berani, lugas, gambalang, atau malah mungkin sebagian orang menganggap vulgar. Tapi saya merasa setiap ceritanya meninggalkan pesan, kadang harus di baca berkali-kali dulu sih baru bisa paham. Seperti “Saya di mata sebagian orang”, bahwa hidup itu pilihan, ketika memilih kita akan dihadapkan pada penilaian orang terhadap pilihan tersebut. Kadang benar atau salah bisa sangat relatif, kadang membela diri tak diperlukan atas penilaian orang lain yang tak sesuai dengan harapan.
Tapi tokoh Saya di “Saya di mata sebagian orang” emang edan deh.
Penasaran dengan cerita lainnya, beli bukunya dan bacalah. Tapi khusus dewasa ya dan jangan beli buku bajakan ya.
Baca juga: Review: Divortiare by Ika Natassa
Mari berkelana lewat kata!
*cover dari google dengan modifikasi