Jam menunjukan Pukul 11.40 WIB ketika gerimis tak juga habis, langit yang terus berawan, dan kabut yang semakin tebal. Kami memutuskan untuk tidak melanjutkan pendakian ke Kalimati. Kami menunggu alam berbaik hati untuk memberikan kami ruang menikmati Ranu Kumbolo versi cerah dan untuk melakukan perjalanan setidaknya sampai ke Oro-oro Ombo.
Kira-kira pukul dua siang, setelah perut ini kenyang dengan masakan para koki handal, langit mulai cerah. Tanjakan cinta kami daki untuk bisa sampai di lembah berwarna ungu. Lembah ini tergolong cukup dekat dari Ranu Kumbolo. Karena kami tak membawa beban di punggung, mendaki tanjakan cinta terasa lebih mudah. Kami berjalan lurus dengan bonus yang cukup panjang. Tadaaa, selamat datang di Oro-oro Ombo.
Oro-oro Ombo merupakan salah satu magnet Gunung Semeru selain Ranu Kumbolo. Hamparan bunga berwarna ungu menjadi pesona yang tidak dapat dipungkiri. Seperti bunga lavender yang sedang bermekaran, dan menutup permukaan dengan luasan hampir 20 ha. Meskipun tergolong alien atau spesies asing yang menginvasif, bunga ungu yang memiliki nama Verbena brasiliensis Vell. ini tak bisa dipungkiri keindahannya.
Bunga tersebut sebenarnya menjadi ancaman untuk tanaman-tanaman lokal yang ada di sana. Namun, sampai saat ini belum ada solusi yang tepat untuk bisa menghentikan penyebarannya. Bunga yang berupa semak ini tumbuh dengan cepat, bijinya bisa terbawa angin, hingga sangat mudah menyebar. Maka dari itu, tidak seperti edelweiss yang memang sangat dilindungi hingga tak boleh dipetik. Bunga ini malah diperbolehkan untuk dipetik, asalkan bijinya tidak tercecer ketika dibawa.
Kami bergegas turun menuju lembah, untuk mendekati bunga ungu ini. Kami tentu tidak melewatkan moment untuk berfoto. Kalau bunganya cantik macem gini sih ga tega juga buat musnahi. haha
Mari atur posisi, cari angle yang bangus. Mari membekukan kenang. Ckrek!
Abis ini ngapain lagi ya? masih ada waktu semalam lagi di Ranu Kumbolo nih.
Mari berkelana, bahagia!
