Sehari di Surabaya, Bisa kemana aja?

Perjalanan yang membawa saya pada sisi lain Surabaya.

Perjalanan yang tak direncanakan. Hanya karena tertarik untuk mengikuti Seminar International Anthropology sampailah saya di Kota Surabaya (5 Juni 2012). Berbekal peta jalur kereta Pulau Jawa tibalah saya di Statsiun Pasar Turi. Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia yang terletak di Provinsi Jawa Timur yang merupakan Kota Pahlawan. Namanya diambil dari dua binatang yang menjadi Icon-nya kota ini yaitu Suro (Ikan hiu) dan Boyo (Buaya). Surabaya dulunya merupakan pintu gerbang Kerajaan Majapahit sehingga nama Surabaya pun memiliki arti Suro (berani) dan Boyo (bahaya). Nama ini juga menggambarkan kondisi kala itu dimana Pasukan Mongol yang datang dari laut dan dihalang oleh pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat sehingga secara harfiah berarti berani menghadapi bahaya yang datang mengancam.
Seminar yang saya ikuti hanya satu hari, masih banyak waktu tersisa sebelum saya pindah ke kota berikutnya 2 hari kedepan. Untunglah ada teman yang bersedia menemani saya berjalan-jalan menjelajahi sudut-sudut kota Surabaya.

1. Monumen Tugu Pahlawan
Tempat yang pertama kali saya kunjungi adalah Monumen Tugu Pahlawan. Monumen setinggi 41,15 m, berbentuk lingga atau paku terbalik yang berbentuk lengkungan-lengkungan (Canalures) sebanyak 10 lengkungan dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945, yang merupakan hari pertempuran arek-arek suroboyo melawan pasukan Belanda.

Lingga di Museum Pahlawan
Lingga di Museum Pahlawan

Dibawah monumen ini terdapat museum yang memajang diorama-diorama perjuangan arek-arek Suroboyo mempertahankan kemerdekaan dari pasukan Sekutu bersama Belanda. Untuk mahasiswa gratis loh masuknya, hanya diminta menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Lumayan..hiii
Hari sangat panas, ditambah lagi saat itu tepat tengah hari. Tujuan saya berikutnya adalah Jembatan Suramadu.

2. Jembatan Suramadu

Jembatan yang menghubungkan dua Pulau yaitu Pulau Jawa dan Pulau Madura yang melintasi Selat Madura. Panjangnya sekitar 5.438m dan merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Waktu ini biaya tol saat melintasi jembatan ini, yaitu Rp. 30.000,- untuk roda empat dan Rp. 3.000,- untuk roda dua, entahlah untuk saat ini. Menggunakan motor melintasi jembatan ini membuat saya leluasa mengamati sekitar dan mengabadikannya dalam lensa kamera saya. Angin semilir, sedikit membantu menghilangkan panasnya kala itu. Sekitar 45 menit waktu yang dibutuhkan untuk menyebrangi jembatan ini, sampailah saya di Pulau Madura tepatnya di Bangkalan sebelah timur Kamal. Senang rasanya bisa menjejakan kaki di Pulau selain Jawa..*norak

Jembatan Suramadu
Jembatan Suramadu

Sepuluh menit rasanya cukup untuk kami beristirahat, membidikkan kamera kesana-kemari, dan melanjutkan perjalanan pulang menuju Surabaya. Malam harinya teman saya berjanji akan menjemput saya untuk melihat sisi lain dari Surabaya…

3. Gang Dolly
Sisi lain itu adalah Dolly, hampir semua orang tahu tempat ini. Sebuah tempat Lokalisasi. Hemph, saya penasaran dengan tempat ini. Jadilah saya minta diantar ketempat ini. Kira-kira pukul 9 malam saya menyusuri gang Dolly ini. Sebuah gang yang penuh hiruk pikuk kegiatan malam, musik yang menghentak-hentak dan wanita berparas rupawan tentunya. Wanita berparas rupawan yang duduk manis dalam ruangan dengan kaca transparan mirip seperti etalase. Sehingga siapapun yang lewat di gang ini dapat menyaksikan wajah-wajah wanita yang rupawan. Menurut mbah Google Gang Dolly ini sudah ada sejak zaman Belanda dan dikelola oleh seorang perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama Tante Dolly van der mart. Keturunan dari Tante Dolly tersebut sampai sekarang masih ada di Surabaya meskipun sudah tidak mengelola bisnis. Saya tak cukup berani mengeluarkan kamera saya ditempat ini. Cukup tahu saja. Waktu itu gang Dolly masih beroprasi sebagai lokalisasi, tapi saat ini lokalisasi sudah ditutup. Tapi yang penasaran bentuk gang dolly seperti apa, silahkan melintas.

4. Balai Kota, Perkampungan Arab dan Pecinaan
Masih terlalu petang bagi saya jika segera pulang ke penginapan. Akhirnya saya putuskan untuk melihat-lihat Balai Kota Surabaya yang dihiasi lampu bertuliskan Hut Surabaya ke 719 tahun. Melihat perkampungan Arab serta perkampungan China yang dikenal dengan Kya-kya. Menikmati Roti maryam dan kare kambing. Karena saya tidak terlalu suka bau kambing, so makan roti maryamnya saja, cukup.

Balai Kota Surabaya
Balai Kota Surabaya
Kya-Kya (Pecinaan di Surabaya)
Kya-Kya (Pecinaan di Surabaya)

Saya selalu berpikir, mengapa di setiap kota yang pernah saya kunjungi perkampung arab dan cina berlokasi berdekatan tapi terpisah mengelompok layaknya clan. Hal ini ternyata terkait dengan sejarah dimana Belanda ingin memisah-misahkan mereka agar kekutan mereka terpecah dan tak mampu mengalahkan Belanda.

5. Taman BMX Surabaya
Malam makin larut, kami menyempatkan diri ke Taman BMX Surabaya. Hanya untuk sekedar mengambil gambar sang Icon kota ini. Banyak muda-mudi Surabaya penggemar sepeda BMX dan sketer berkumpul disini menyalurkan hobi.

Icon Surabaya di Taman BMX
Icon Surabaya di Taman BMX

Sepertinya cukup untuk saya berkeliling Surabaya satu hari penuh. Keesokan paginya 7 Juni 2012, waktunya saya untuk meninggalkan kota ini menuju kota berikutnya. Saya diantar seorang teman menuju terminal Bungurasih yang akan membawa saya ke tempat berikutnya. Saya kaget ada orkes dangdut di dalam terminal. Saking kerasnya suara orkes yang beradu dengan pengumuman di terminal, hampir membuat saya ketinggalan Bus ke Pare, kota tujuan saya berikutnya. Untunglah saya masih sempat melihat Bus itu melintas. Waktunya mengejar Bus…

Mari berkelana, bahagia!

NB: Makasih Ilham yang bersedia menemani saya muter-muter Surabaya.

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *