Menengok Keanekaragaman Hayati di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Mau trip 3 hari ga ke Halimun?. Begitulah kira-kira kalimat yang terlontar dari ujung telepon, Jumat sore itu (7 Februari 2014). Dengan cepat saya jawab MAU. Siapa pula yang nolak dapat liburan gratis. 🙂

Tujuan perjalanan kali ini adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Seseorang yang saya antar ingin mengetahui kehidupan alam liar di sana.  Senin siang (10 Februari 2014) saya beranjak meninggalkan kota Bogor menuju Halimun. Jalur yang kami lalui adalah Leuwiliang- Nanggung-Kebun Teh Nirmala-Halimun. Siap-siap sakit pinggang nih, karena jalanan ke sana rusak.

Ini kali kedua saya pergi kesana setelah hampir 5 tahun silam. Tapi sungguh pembangunan jalan disini cepat juga, jalanan bagus dan hanya membutuhkan waktu 4 jam untuk kami sampai di Cikaniki (Kantor Resort Kehutanan). Wah asik nih buat melarikan diri dari rutinitas. *pikiran busuk kembali hadir..hehe

Sebagai informasi, TNGHS ini merupakan salah satu taman nasional yang terletak di Pulau Jawa bagian barat dengan luas wilayah konservasi sebesar 113.357 ha.  Secara administratif, TNGHS termasuk ke dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Lebak.

Keanekaragaman hayati di TNGHS termasuk yang paling tinggi, dengan keberadaan beberapa jenis fauna penting yang dilindungi di sini seperti Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas), Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata comata), Lutung Budeg (Trachypithecus auratus auratus), dan lain sebagainya.

Saat saya berkunjung kesana, hewan, tumbuhan, lumut dan keanekaragaman hayati lainnya masih dapat saya temui. Tiga hari 2 malam disana saya banyak menemukan hewan baik suara, jejak maupun melihat sendiri mereka dialam liar. Saya berhasil menemukan jejak macan tutul, jejak babi huta, jejak musang, melihat katak tanduk, elang jawa, lutung budeg, bunglon, capung, elang yang wajahnya mirip burung hantu (Kata guide kami itu elang bukan burung hantu, hanya saja wajahnya mirip burung hantu), mendengar suara owa jawa, dan hewan lainnya.

Menurut salah satu teman yang kebetulan sedang melakukan pengamatan, katak tanduk disini ada beberapa jenis, karena pola warna kulitnya yang berbeda.

Katak Tanduk (Megophrys montana)
Capung berwarna merah
Capung berwarna biru
Lutung Budeg (Trachypithecus auratus auratus), TNGHS

Selain hewan yang beragam, saya juga menemukan beragam tumbuhan. Hanya yang berwarna mencolok yang saya ambil fotonya. 🙂

Beberapa tumbuhan yang mendominasi hutan di Taman Nasional Gunung Halimun antara lain rasamala (Altingia excelsa), jamuju (Dacrycarpus imbricatus), dan puspa (Schima wallichii). Ada sekitar 75 jenis anggrek dan beberapa jenis diantaranya merupakan jenis langka seperti Bulbophylum binnendykii, B. angustifolium, Cymbidium ensifolium, dan Dendrobium macrophyllum. (Sumber: dephut).

Daerahnya yang lembab dan basah juga menjadi habitat yang pas untuk tumbuhnya berbagai macam jenis lumut dan jamur. Ditempat ini, jika malam hari, kita bisa melihat jamur berpendar. Jamur Fluorescence saya menyebutnya.

Keanekaragaman Lumut di TNGHS
Keanekaragaman Flora di TNGHS
Keanekaragaman Jamur di TNGHS

Ah, sungguh lengkap sekali flora dan fauna di Taman Nasional ini. Semoga tetap lestari dan terkonservasi.

Save our earth and biodiversity. Biar 10, 20, 30 tahun kedepan kita masih bisa melihat mereka. Karena hidup butuh keseimbangan, maka jagalah keseimbangan itu.

Jangan sekali-kali datang untuk merusak. Jadilah pejalan yang cerdas.

Mari berkelana, bahagia!

1 comment

  1. kekayaan Halimun sungguh luar biasa, kebermampaatan pada lingkungan dan masyarakat sekitar dengan kunjungan wisatawan kedalam taman nasional tidak boleh menjadi penyebab kerusakan lingkungan. solusi nya adalah tidak menjadikan TNGHS adalah menjadi tempat wisata massal (mass tourism)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *