Pertama kali menginjakan kaki di Stasiun Balapan Solo, saya langsung teringat lagunya Didi kempot..Gubrak..
Ini cerita saya berkunjung ke museum yang memang jadi incaran saya ketika hendak mengunjungi kota ini awal Mei 2012. Museum Manusia Purba-Sangiran. Tentunya kalian ingat situs trinil, Meganthropus paleojavanicus, Pithrecanthropus erectus, Homo wajakertensis dan genus Homo lainnya yang sering di ceritakan dalam buku sejarah SMP maupun SMA. Inget kan? inget dong ya, harus inget ih, #maksa. Dulu saya sebal banget harus menghafal nama-nama tersebut. Hingga semuanya berubah ketika saya menjadi mahasiswa yang memilih untuk mempelajari Biologi manusia.
Oke curhatnya sudah, kita balik lagi ke Museum yang mengagumkan ini. Museum ini terletak di Sangiran tepatnya di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah dekat dengan situs penggalian fosil Sangiran. Museum ini menyimpan berbagai koleksi arkeologi dan paleoantropologi dari berbagai wilayah di Indonesia. Koleksi tersebut bisa berupa batuan, fosil hewan, maupun fosil manusia.
Tata letak ruangan yang apik membuat kita nyaman untuk berkeliling museum ini. Ada 4 ruangan dari museum ini yang terdiri dari ruangan yang berisi bebatuan dan fosil, ruang yang berisi diorama mengenai teori evolusi dan situs kepurbakalaan, ruang teater, dan ruang miniatur/diorama manusia purba dan kondisi lingkungannya zaman dahulu kala.
Awal Mei 2012 tepatnya tanggal 9, saya berkesempatan untuk mengunjungi tempat ini. Ditemani teman saya Rezha wong asli Solo, sampailah saya di tempat ini. Agak kaget pertama masuk museum ini, museumnya bagus dan tidak seseram yang saya bayangkan. Hanya dengan tiket 3000 rupiah/orangnya, saya puas menikmati tempat ini.
Bangunan yang megah, dan tata letak yang apik membuat saya bergumam “kalau saja semua museum kayak gini, pasti orang-orang senang berkunjung ke museum”. Disuguhkan dengan macam-macam batuan dan beberapa fosil hewan vertebrata zaman dahulu saya langsung teringat kuliah saya mengenai evolusi organik. Ya, kuliah yang menceritakan bagaimana evolusi, bagaimana fosil terbentuk dan perubahan semesta ini.
Tiba-tiba Rezha menunjuk salah satu poster yang menjelaskan evolusi marmot. Dia bingung membacanya, maklum dia anak ekonomi. Saya coba menjelaskan sedikit yang saya tahu tentang pohon filogeni/pohon kekerabatan padanya. Tentang mamot yang merupakan ancestor/tetua dari gajah yang ada saat ini. Ah tambah rindu saya dengan kuliah. Padahal saya baru lulus kala itu.
Memasuki ruangan berikutnya, saya disuguhkan dengan replika fosil-fosil manusia purba. Saya melihat penjelasan mengenai Fosil Homo floresiensis disana, yang sedang marak diperbincangkan karena ada perbedaan pendapat mengenai fosil ini. Fosil ini di duga sebagai manusia Pygmy atau kerdil, tapi masih meragukan, dan diduga berbeda dari Homo erectus. Fosil ini diduga manusia yang hidup di kawasan pulau Flores 95,000 dan 17,000 tahun yang lalu.
Saya yang terlihat antusias melihat semua yang ada disana, ternyata menarik penglihatan salah seorang petugas disana, hingga salah satu petugas disana mengajak saya berbincang-bincang mengenai museum ini dan populasi Pygmy. Karena sedikit banyak saya mengerti apa yang ia perbincangkan, akhirnya Bapak tersebut bertanya
“Kuliah dimana, di jurusan apa?”
“Biologi pak, di Bogor, IPB” jawab saya.
Ia kemudian menunjukkan ruangan yang lain pada saya dan Rezha. Ia juga menjelaskan kalau museum ini bekerjasama dengan peneliti Prancis. Nice info. Terimakasih bapak untuk penjelasannya. Maaf saya lupa namanya (kebiasaan buruk, besok-besok langsung catat).
Kemudian, saya memasuki ruangan ke tiga. Saya disuguhkan dengan berbagai diorama serta poster-poster mengenai teori evolusi, mengenai ring of fire, dan lain-lainya termasuk tokoh-tokoh yang terkenal dalam dunia arkeologi, paleoanthropologi, dan anthropologi di Indonesia. Semuanya menakjubkan bagi saya. Seperti membawa saya pada hal yang saya inginkan yaitu menjadi bagian dari mereka dengan apa yang saya kerjakan.
Saya tak sempat menyaksikan teater hari itu, sudah bosan juga sih menonton pembentukan bumi dan isinya. Sudah kuliah 1 semester untuk belajar itu, ah apa 2 semester ya? lupa, walaupun saya belum faham sepenuhnya.. hehe
Diujung ruangan ketiga ini ada salah satu Diorama yang menggugah hati saya. Diorama mengenai persebaran atau migrasi manusia. Indonesia, darimanakah orang-orangmu berasal? Mungkin bisa dijadikan PR untuk bisa dipelajari.
Manusia hidup sebagai sistem hayati yang mengolah sumberdaya berupa energi, materi, dan informasi untuk mewujudkan apresiasinya-Bioman451
Saya melanjutkan berjalan memasuki ruang terakhir, ruang diorama kehidupan manusia purba. Ah, tambah membuat saya ingin berlama-lama di tempat ini. Membaca semua informasi di setiap sudut ruangannya, sepertinya cukup mengantikan kuliah saya untuk beberapa mata kuliah. Saya senang begitupun Rezha, karena ternyata dia baru pertama kali juga berkunjung ketempat ini. haha
Waktu menunjukkan tengah hari saat itu, saya harus bergegas kembali ke Solo. Jam menunjukkan pukul 13.00 WIB, ketika kami terdampar di sebuah warung rawon penjara. Namanya unik, karena diambil dari lokasinya yang berdekatan dengan penjara. Nama boleh aneh, tempat boleh biasa, tapi rasa rawonnya Enak. Serius 🙂
“Abis ini kemana nih?” tanya Rezha
Bersambung disini ya..
Cheers,
Nunuz