Perempuanpuisi: Ketika perempuan berekspresi menyuarakan aspirasi

Gerimis, Bogor yang basah karena hujan, udara yang dingin serta beberapa bait puisi yang dilantunkan oleh Perepuampuisi membuat malam semakin berbeda dipenghujung Bulan November. Bertempat di Warung Hitz dibilangan Bantarjati-Bogor, Perempuanpuisi unjuk gigi untuk ketiga kalinya.

Ini kali pertama saya menyaksikan pembacaan puisi selepas masa sekolah, rasa penasaran membawa langkah kaki saya ke tempat ini. Perempuanpuisi tak lain merupakan komunitas perempuan-perempuan yang mencintai puisi. Komunitas yang didirikan oleh Teh Betta ini memang baru seumur jagung, tapi penggemarnya cukup banyak loh. Terbukti malam itu, Warung Hitz ramai pengunjung, terutama mereka yang ingin menyaksikan perempuan-perempuan ini berekspresi melalui puisi.

teh-betta
Teh Betta, Chef of Perempuanpuisi
lima-perempuan-revolusi_402
Lima perempuan revolusi

Menghadirkan Lima Perempuan Revolusi, Dyah Arum, Bonitz Notz, dan Juniati Naibaho berserta putri kecilnya Zhifa, pementasan kali ini bertemakan “Kau Kukenang”. Tak lupa sang bintang tamu Widi Dwinanda  yang tak lain seorang penggiat sastra, aktris, presenter dan sekaligus reporter membawakan dua buah puisi karyanya, yang salah satunya berjudul Kau yang dikenang.

bonit_perempuanpuisi_451
Mba Bonitz
mba-dyah
Mba Dyah on action

Pembacaan puisi dari setiap penampil memiliki gaya yang berbeda-beda. Dibuka oleh penampilan Lima Perempuan Revolusi yang membawakan puisi layaknya pertunjukan teater, kemudian disusul oleh Mba Bonitz berkolaborasi dengan seorang gitaris membawakan puisi berjudul Kau dan pejuang yang mencinta. Lain lagi dengan Mba Dyah, ia mengkombinasikan tarian, serta nyanyian saat melantunkan puisi. Yang membuat saya berdecak kagum adalah penampilan Mba Junita yang berduet dengan sang puteri kecil Zhifa membawakan puisi berjudul Negeri Para Pemburu.

junita-and-zhifa_480
Kolaborasi Ibu dan Anak di perempuanpuisi

Saya jadi teringat masa kecil ketika melihat Zhifa sang puteri kecil membacakan puisi bersama ibunda. Ia begitu menggemaskan dan penuh ekspresi. Yang mengejutkan, ia hafal bait-bait puisi tersebut. Waktu kecil, rasanya saya pernah ikut lomba puisi, terakhir baca puisi mungkin SMA, karena pelajaran Bahasa Indonesia. Hemph, next time mungkin bisa dicoba baca puisi lagi bareng-bareng Perempuanpuisi.

dua-seniman_536_copy
Widi dan Mia

Pementasan ini rutin dilakukan tiap bulan di Warung Hitz dengan mengambil tema yang berbeda-beda serta bintang tamu yang tak kalah keren. Pengen tau acaranya seperti apa? ikutin infonya di @perempuanpuisi_

Perempuan dan Puisi

Apa yang kamu lakukan ketika kamu sedih?

Membuat puisi

Apa yang kamu lakukan ketika kamu marah?

Membuat puisi

Apa yang kamu lakukan ketika jatuh cinta?

Membuat puisi

Apa yang kamu lakukan ketika patah hati?

Membuat puisi

Apakah hanya itu yang bisa kau lakukan?

Setidaknya puisi mengajariku berbicara tanpa berucap

Puisi merekam semua jejak yang terasa dihati dan teraba dalam imaji

Karena kadang, lewat puisi perempuan menyampaikan maksud yang tak bisa ia sampaikan melalui lisan

Dan membaca puisi, adalah wujud keberanian menyuarakan aspirasi yang ingin didengar

Maka dengarlah ketika Perempuanpuisi berekspresi

Kadang, saya pun menulis puisi ketika sedang berkelana. Merekam kenangan dalam kiasan.

Salam,

Nunuz

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *