Mengusung tagline Play, Learn, and Fun, Wisata Gunung mengajak adik-adik dari SDI Ruhul Amin untuk berkemah ceria di Bumi Perkemahan Mandalawangi, Cibodas. Charity Trip 2016 yang diketuai oleh Mas Adhi ini, ingin mengajak adik-adik untuk mengenal alam dan merasakan bagaiman hidup bersatu dengan alam. Waktu pelaksanaan acara ini (10-11 Des 2016), bertepatan dengan mereka libur sehabis UAS. Jadi pas lah ya sebagai hadiah telah menyelesaikan UAS.
Ini kali pertama saya ikut serta dalam Charity Trip, apalagi berkemah ceria bareng anak-anak SD. Suatu pengalaman yang luar biasa. Ditambah lagi saya bisa terlibat mengenalkan Keanekaragaman Hayati yang ada di Indonesia, khususnya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Pagi itu kami awali dengan games memasak. Setiap grup yang terdiri dari siswa-siswi, guru, dan kakak-kakak peserta memulai perlombaan memasak nasi goreng. Mereka bekerjasama satu sama lain untuk menyajikan nasi goreng yang enak dilidah dan sedap dipandang mata. Ada nasi goreng yang mereka bentuk hati, ada yang dipadu padan dengan snack kentang secara bertumpuk layaknya burger, bahkan ada yang penyajiannya memanjang dengan aksen daun-daun liar dan bunga dikanan kirinya, menyerupai kuburan.
Seusai memasak dan menyantap makanan hasil karya mereka sendiri, tibalah kami untuk belajar dan bermain bersama. Saya dan Fia mengajak anak-anak ini bermain kartu. Tepatnya sih mencocokan foto hewan, tumbuhan, dan jamur terhadap clue-clue yang sudah kami tempel pada kertas karton. Ada lima kelompok yang akan bertanding dan ada dua belas foto yang harus mereka cocokan.
Keributan mulai terjadi, perdebatan tak bisa dihindari, mereka heboh membaca dan mengoper-ngoper foto-foto tersebut.
“Ayo cocokkan foto-fotonya ya adik-adik, ayo baca petunjuknya.” seru saya
“Waktunya 15 menit dan yang sudah selesai boleh acungkan tangan” tambah saya tidak kalah heboh
Satu persatu grup mengacungkan tangan. Kami mengurutkan mereka berdasarkan waktu tersingkat untuk menyelesaikan permainan. Lima grup telah berdiri berjajar dan siap mendengarkan penilaian.
Kak Fia mulai membacakan clue yang pertama.
“Aku adalah tumbuhan yang memiliki daun kecil-kecil. Bungaku berwarna merah, berbentuk seperti rambut. Aku memiliki buah berbentuk menyerupai petai cina. Siapakah aku?”
Semua kompak berteriak “Kaliandra.”
“Ayo siapa yang jawabannya salah?” tambah saya.
Tak ada yang salah untuk gambar pertama. Kak Fia melanjutkan ke gambar berikutnya, hingga tibalah saya untuk menjelaskan.
“Gantian Kak” seru Fia yang suaranya sudah hampir habis.
“Siapakah aku? Aku hewan yang suka makan daun. Aku lebih suka bermain dan menghabiskan waktu di atas pohon. Tubuhku penuh dengan rambut yang berwarna hitam atau oranye.” saya memulai membacakan clue berikutnya.
“Lutung” teriak mereka kompak.
Tampaknya ada beberapa grup yang salah karena tertukar dengan monyet ekor panjang, dan keributan dimulai kembali. Saya sampai beberapa kali mengeluarkan jurus tepuk diam agar konsentrasi mereka kembali. Tak mudah ternyata mengambil perhatiaan anak SD. Salam hormat untuk guru-guru SD. 🙂
Juara kami dapat dan permainan kami sudahi. Hadih demi hadiah yang begitu melimpah karena kebaikan banyak orang yang telah berdonasi sudah kami bagikan. Itu artinya sebentar lagi kami harus berpisah dan kembali kerumah masing-masing. 🙁
Saya seketika teringat hari kemarin saat mereka baru tiba ditempat ini, Bumi Perkemahan Mandalawangi. Sebelum dzuhur mereka tiba secara bergerombol mengendong tas ransel masing-masing, menjinjing bekal dengan wajah-wajah penuh antusias dan beberapa tampak lelah. Saya dan beberapa teman yang sudah stand by dari pagi menyambut mereka dengan suka cita.
Kami berjalan beriringan menaiki tangga satu persatu, melewati terowongan hingga sampai ke tenda tempat kami akan bermalam. Mereka duduk di lapangan yang dikelilingi tenda, perkenalan kami mulai, pembagian tenda pun dilakukan. Saya mendapat tenda nomor tiga bersama ibu guru Novi dan dua siswi Alifah dan Reva. Tak lama Adzan dzuhur berkumandang dan menuntun kami untuk menyegerakan sholat.
Gerimis turun ketika kami baru saja mulai permainan untuk menghidupkan suasana. Tampaknya hari itu hujan sedang ingin turun dalam durasi yang lebih lama dan sedikit galau. Gerimis, hujan deras, reda, gerimis lagi. Hingga malam menjelang, ketika api unggun dinyalakan, hujan malah datang lagi. Ah, sudahlah. Mungkin ia sedang ingin menghalau orang-orang yang akan bermalam minggu. 🙂
Semua orang masuk kedalam tenda masing-masing menghindari hujan. Saya baru kembali ke tenda setelah tuntas menggoreng adonan bakwan dan mendapati bu guru masih terjaga dengan kedua murid yang tertidur pulas.
“Bu tendanya bocor ga?” tanya saya
“Iya ini masuk airnya”
Saya segera keluar dan membenarkan tenda, ternyata covernya terpasang kurang kencang. Ia tak mampu menahan hujan yang kian deras.
“Udah saya benerin bu, udah ga nempel lagi kan cover sama tendanya?” saya memastikan
Kami mengambil posisi masing-masing ditepi kanan dan kiri kedua siswi yang telah tertidur.
Kami mengobrol tentang banyak hal, tentang sekolah, tentang cita-cita, dan tentunya tentang siswa-siswi yang unik-unik yang saya temui. Saya baru menyadari setiap keunikan dari celotehan, tingkah laku yang ada didepan mata, memiliki kisah dibaliknya.
“Bu, Alifah kayaknya pendiam ya?”
“Iya sedikit pendiam, dia termasuk pintar dikelas”
“Oh gitu ya bu” kemudian saya menanyakan anak-anak yang lainnya.
Satu hal yang saya ingat tentang dongeng sebelum tidur tersebut, tentang seorang siswi yang kritis, yang bertahan menyelesaikan soal ujian meski dengan susah payah, meskipun teman sekelasnya telah keluar satu persatu meninggalkannya yang masih berkutat dengan soal.
“Kata mamih, Reva tidak boleh menyerah”
Sepenggal kalimat yang menyadarkan saya berjuang adalah keharusan. Kalimat yang menyadarkan saya betapa pentingnya peran seorang ibu dalam perkembangan anak-anaknya. Betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai baik pada seorang anak.
“Pemimpin masa depan ada ditangan ribuan bahkan jutaan anak-anak yang ada saat ini. Mari berikan pendidikan terbaik yang kita mampu untuk mereka. Mengajak mereka memiliki mimpi besar dan mendampinginya berjuang mewujudkannya”
Dari seorang anak saya juga belajar, pernahkah kamu mengkhawatirkan orang tuamu saat kau jauh darinya?
Mari berkelana, menebar tawa juga bahagia!
2 comments
Awesome, Keren bangets kayanya tempatnya, cocok buat anak muda yang positif 🙂
tas ransel sekolah | cotton on mapemall | | teknologi informasi tanpa satelite | Asuransi pendidikan Anak astra life
Keren bisa ikutan charity trip semacam ini.
Dari sini, pasti banyak hal yang bisa di petik ya..
Hmm bener juga. Anak kecil aja gak menyerah 😀
Apakabar kita?
harus lebih berjuang