Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten, yang berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang. Kalau kalian sering main ke Ujung Kulon, Tanjung Lesung, Pulau Umang, Pulau Oar, atau Pantai Carita atau malah naik Gunung Pulosari, nah itu masuk kawasan Kabupaten Pandeglang.
Berdasarkan yang saya baca dibuku legenda, zaman masih putih abu-abu, kata Pandeglang sendiri berasal dari kata “pandai” dan “gelang” yang berarti tukang membuat gelang. Alkisah, pada zaman Kesultanan Banten, sebuah gelang meriam bernama “Si Amuk” berhasil dibuat oleh seorang Pandai Besi di Kadupandak, salah satu daerah di Pandeglang. Ada juga yang berkisah bahwa Pandeglang berasal dari kata “Paneglaan”, yang berarti sebuah tempat untuk melihat ke berbagai arah. Namun, ada yang menyebutkan Pandeglang adalah “Pani-gelang” yang berarti tepung gelang (source: wikipedia).
Baca juga: 6 Wisata Pantai di Pandeglang, Banten
Berdasarkan staatsblad 1874 No. 11 Ordonansi tanggal 1 Maret 1874, mulai berlaku 1 April 1874 menyebutkan pembagian daerah, salah satunya Kabupaten Pandeglang yang terdiri dari 9 kewedanaan/distrik. Maka dari itu, 1 April diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Pandeglang (source: kabarpandeglang).
Nah, untuk memperingati hari jadinya yang ke 144 tahun, Kabupaten Pandeglang mengadakan sebuah pagelaran bertajuk Pandeglang Culture Festival dengan tema “Pandeglang Boga Urang”. Diikuti oleh perwakilan empat negara, sepuluh provinsi di Indonesia, tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Banten, serta kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang, festival ini berlangsung meriah.
Pandeglang Culture Festival diharapkan bisa meningkatkan minat wisatawan ke Kabupaten Pandeglang serta melestarikan dan mengangkat seni tradisional yang ada di Kabupaten Pandeglang. Yuks, kita tengok ada apa saja di Pandeglang Culture Festival ini.
Sepanjang kurang lebih satu kilometer dari Lapangan Sukarela hingga alun-alun Pandeglang, para peserta festival sudah berbaris rapih. Mereka menggunakan kostum khas daerah masing-masing yang keren-keren abis. Mereka akan berjalan menghampiri panggung utama yang berisi pejabat Kabupaten Pandeglang dan menampilkan kebolehannya di sana.
Dimulai sekitar pukul dua siang, acara ini dibuka dengan sambutan dari Bupati Pandeglang beserta wakilnya kemudian disusul penampilan tari-tarian dari berbagai provinsi di Indonesia. Arak-arakan peserta festival satu-persatu memasuki panggung utama. Peserta yang menggunakan kostum tematik dari Batik Pandeglang, Paskibraka, dan marching band menjadi yang pertama kali masuk ke area panggung. Didepan panggung utama mereka bermain musik, berlenggak-lenggok bak pragawati, dan tentunya memamerkan kostum yang mereka gunakan.
Karena unjuk kebolehan peserta festival ini hanya dilakukan di depan panggung utama, maka banyak dari penonton merangsek mendekat ke arah panggung. Mereka ingin menyaksikan apa yang dilakukan para peserta festival yang tadi berjalan melewati mereka, di depan panggung utama. Selain itu, alat-alat musik yang dibawa pun oleh peserta, hanya dibunyikan ketika mendekat ke arah panggung. Ga salah dong semua orang jadi penasaran apa yang terjadi di depan panggung, termasuk saya.
Perlahan tapi pasti saya berjalan mendekat ke arah panggung utama. Tapi ternyata susah euy, emak-emak lebih gesit dari saya 🙂 the power of emak-emak. haha
Baca juga: Panorama Pulau Oar yang Memukau
Berbekal lensa tele, akhirnya bisa juga mengabadikan momen-momen Pandeglang Culture Festival ini. Mulai dari tarian dan kesenian dari Provinsi Bengkulu, Bali, Lampung, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Papua, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Penampilan mereka kesemuanya ciamik.
Tak kalah dengan perwakilan dari beberapa provinsi, masyarakat dari berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Banten pun tampil memukau dengan kesenian yang khas. Mulai dari tarian saat menanam padi (ngaseuk) dari Kabupaten Lebak, permainan alat musik angklung, hingga permainan urlar naga merah dari Kota Tangerang. Semua penonton berdecak kagum dengan penampilan mereka. Riuh tepuk tangan selalu hadir disetiap akhir penampilan.
Perserta dari berbagai kecamatan di Kabupaten Pandeglang pun tak mau kalah unjuk kebolehan. Mereka terdiri dari enam grup gabungan dari belasan kecamatan yang ada di Pandeglang. Mereka menampilkan tarian yang menggunakan haseupan (alat untuk menank nasi), angklung, calung, menggunakan cangkul, pencak silat, menggunakan enggrang, singa-singaan, dan tentunya tak lupa debus.
Debus ini nih yang paling membuat ngeri-ngeri sedap. Duri-duri tanaman dilibas di atas perut. Pecahan beling digores-goreskan ke tangan, leher, serta lidah. Senjata tajam ditusukan pada leher perut, dan pipi bagian dalam. Semuanya tak menyisakan luka sedikit pun pemirsa. Terakhir, anak remaja dilehernya ditusuk jarum, kemudian orang-orang menyawernya dengan menusukan uang pada jarum dilehernya tersebut. Luar biasa, luar biasa ngeri.
Baca juga: Menghabiskan Tahun 2017 di Pulau Liwungan, Banten
Begitulah sekelumit cerita dan kemeriahan Pandeglang Culture Festival yang bisa saya saksikan. Semoga tahun depan bisa lebih meriah lagi dan panggungnya diperbanyak. Jadi penonton tidak terpusat pada satu panggung saja. Haha ngarep mode on.
Selamat hari jadi kota kelahiran saya, Kabupaten Pandeglang, yang Ke-144 tahun. Semoga menjadi lebih baik kedepannya, lebih maju dan sejahtera masyarakatnya.
Mari berkelana, bahagia!
4 comments
Wahhh…. di Pandeglang ada acara keren gini toh mba.
Duh saya ketinggalan info. Kayanya seru bisa merasakan langsung meriahnya hari jadi Pandeglang yang ke-144.
Ada mba, ini baru tahun ke-2 kyknya pagelaran kyk gini. tgl 20-22 april ada seba baduy mba. tgl 29 april ada cilegon night carnaval. kyknya banten lg rame nih bln ini. 🙂
Keren reportnya.
Rugi nih, Saya orng Pandeglang ga hadir.
Thanks. Masih ada event seru tuh di Banten. Di Lebak, serang dan cilegon bulan-bulan ini.. jangan lewatkan.. hehe