Menghabiskan Tahun 2017 di Pulau Liwungan, Banten

Awalnya, akhir tahun ini saya berencana untuk menghabiskan tahun 2017 dengan tidur di rumah. Tapi ternyata, kali ini saya berkesempatan memindahkan tempat tidur saya ke Pulau Liwungan. Sebuah Pulau yang berada tak jauh dari Tanjung Lesung, Citeureup, Pandeglang, Banten. Pulau yang katanya pernah dipakai syuting film horor.

Pulau Liwungan Banten
Selamat datang di Pulau Liwungan

Saya baru sampai rumah pukul 2 siang dan langsung buru-buru berkemas untuk berangkat lagi ke Pulau Liwungan setelah Ashar. Butuh waktu perjalanan kurang lebih satu setengah jam dari Menes untuk bisa sampai Citeureup, darmaga penyeberangan ke pulau tersebut.

Pukul 4 sore mobil kami melaju menuju Labuan, kemudian Panimbang. Di Panimbang kami berhenti sejenak untuk berbelanja logistik. Perjalanan kami lanjutkan kembali sampai Citeureup.

“Kita berhenti di Citeurepnya dimana Qi?” tanya saya pada Rifqi yang tengah menyetir.

“Coba lu cek WA gue deh. Katanya setelah pasar Citeureup.”

Saya mengecek WA dari Pak Agus yang tak lain pemilik kapal yang akan mengantar kami ke Liwungan.

“Coba telepon aja Teh.” Pinta Rifqi

Tut tuuut tuuut” nada telepon tersambung. Seseorang menjawab diujung telepon.

“Pak, sebelah mananya pasar? kami sudah lewat pasar.”

“Lanjut lurus bu.”

“Ke arah Tanjung Lesung? ini kami sudah lurus. Bapak posisi dimana? patokannya apa?”

“Saya sudah di depan jalan, di depan pagar.”

Saya mendadak bingung. Kami belum pernah bertemu Pak Agus, rupanya seperti apa, dan pagar itu banyak. Pagar yang manakah itu? Coba kita tebak 🙂

Kami memutuskan untuk berjalan terus secara perlahan. Tak lama kami melihat seorang bapak, tidak terlalu tua tapi tidak juga terbilang muda berdiri didepan pagar setengah jadi karena belum dicat, dibawah Plang bertulisakan samar-samar Liwungan.

Kendaraan kami parkir dihalaman rumah serupa villa milik Pak Agus. Kami bebenah dan bersiap untuk menyeberang setelah kesepakatan harga dan masalah tiket selesai dibicarakan.

Kapal yang kami gunakan bermuatan cukup banyak, karena kami yang betiga belas pun masih menyisakan ruang yang cukup luas. Kapal melaju melintasi ombak senja itu. Senja terakhir dipenghujung 2017 dengan langit yang mulai berubah warna menjadi sedikit oranye. Sayangnya cuaca tidak begitu cerah hari itu, namun ombak cukup tenang.

Menuju Liwungan
Menyeberang ke Pulau Liwungan

Dua puluh menit kemudian kami telah tiba di Pulau Liwungan. Ditemani senja dan manusia-manusia yang tengah bermain kano di sekitar darmaga.

“Darmaganya bagus nih.” ungkap say ketika menginjakan kaki di sana.

Bermain cano di Liwungan
Bermain Kano Saat Senja di Liwungan

Kami membayar tiket dan mencari lahan yang pas dan tidak dibawah pohon kelapa untuk mendirikan tenda. Kami membayar tiket 300K/13 orang untuk bermalam di sini, termasuk biaya tiket masuk dan menyewa lahan tenda. Terbilang mahal sih menurut saya, yang sedang melalui fase pengangguran ini. Kami juga diberi pengarahan untuk tidak berada dipantai ketika waktu dzuhur dan magrib.

Darmaga Pulau Liwungan
Darmaga Pulau Liwungan di awal Januari 2018

Malam beranjak ketika tenda kami berdiri. Memasak, makan malam bersama, dan bermain musik menjadi hal yang kami lakukan setelahnya. Bosan bernyanyi dan bermusik, saya memutuskan masuk tenda dan tidur. Beberapa ada yang ke darmaga untuk memancing, beberapa di luar tenda untuk menyaksikan pergantian tahun.

Dalam tidur yang tidak terbilang pulas, karena kepanasan dan nyamuk, saya mendengar ledakan demi ledakan kembang api yang menandakan tahun telah berganti 2018.

Pagi pertama di Januari 2018, saya habiskan dipinggir pantai menyaksikan mentari terbit sembari memancing di darmaga. Kemudian memasak dan sarapan. Sedikit siang, saya berjalan menyusuri jalan setapak mencari dimana kiranya spot berpasir di Liwungan ini. Karena sejauh mata memandang, Pulau Liwungan hanya sedikit memiliki pantai berpasir putih, lebih didominasi karang-karang.

Selamat Pagi Liwungan
Selamat Tahun Baru 2018 dari Liwungan
Pagi pertama di 2018 Pulau liwungan
Memancing di Darmaga
Baby Fish at Liwungan
Ikannya cilik, kami lepas lagi 🙂

Dibalik hutan rimba dan tebing-tebing saya temukan spot berpasir putih. Memang tak begitu luas namun bersih. Lokasinya tak jauh dari jalan setapak ke arah kanan jika dari darmaga Pulau Liwungan.

Liwungan Banten_
Hidden spot di Pulau Liwungan

Di Pulau Liwungan sudah terdapat fasilitas berupa warung, gajeboh, toilet, mushola, dan rekreasi air berupa kano dan banana boat. Tapi untuk itu semua kalian harus merogoh kocek lebih dalam lagi. Untuk urusan toilet, kalian harus membayar 5K/ember air. Iya, hitungannya per ember, karena akan ada petugas yang memberikan kalian seember air ketika akan ke Toilet. Maklum saja di sana belum terdapat sumber air, sehingga air tersebut mesti diangkut menggunakan kapal dari darat. Mungkin biaya angkut itu yang membuat harga air terbilang mahal.

Buat kalian yang suka mencari spot yang instagramable, Liwungan tak banyak memiliki spot itu. Tapi, untuk kalian yang ingin menyepi, berkemah, memancing, menyaksikan matahari terbit, dan tenggelam di Pulau yang tak berpenghuni, boleh lah Liwungan menjadi pilihan.

Sedangkan untuk kalian para eksplorer, yang hobi mengeksplorasi keragaman hayati, Pulau Liwungan mungkin bisa untuk melakukan pengamatan, karena terdapat hutan-hutan dengan vegetasi yang cukup rapat. Sepertinya hutannya masih perawan.

Selain itu, karena di Pulau Liwungan juga terdapat Petilasan Prabu Siliwangi, Prabu Kiansantang, dan Syekh Nurjati, tak jarang orang datang pula untuk berziarah ketempat ini.

Meski sudah diambil alih sektor swasta, tampaknya Liwungan harus terus bebenah diri untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara agar bisa meningkatkan pendapatan pajak daerah. Bisa juga kan meningkatkan ekonomi penduduk daerah sekitar.

Untuk yang tertarik ke Pulau Liwungan berikut rute dan tiketnya:

Rute:

  • Serang/Rangkasbitung-Pandeglang-Menes-Labuan-Panimbang-Pasar Citeureup-berhenti sebelum Tanjung Lesung
  • Cilegon/Merak-Anyer-Labuan-Panimbang-Pasar Citeureup-berhenti sebelum Tanjung Lesung

Tiket Masuk:

  • 10K/orang per hari (kalau bermalam dihitung 2 hari)

Sewa Kapal:

  • Harga tentatif, kemarin kita dapet 600K pulang pergi, atau bisa hubungi Pak Agus di 083877621281

Selamat Tahun Baru 2018

Mari Berkelana, Bahagia!

6 comments

  1. Air harganya Rp. 5.000/ ember. Kalo lagi pas kondisi itu, kayaknya berasa mensyukuri kalo kita hidup dengan air berlimpah tanpa harus beli.?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *