Fort Marlborough: Berkisah Tentang Kekuasaan Inggris di Bengkulu

fort marlborough

Beberapa minggu ini saya sibuk dengan urusan pendaftaran dan tes untuk jadi Aparatur Sipil Negara. Sebagai warga negara yang wawasan kebangsaannya minim bahkan mungkin minus, perlu sekali meluangkan waktu untuk membaca. Nah, salah satu materi yang saya baca tuh tentang EIC atau East India Company. 

Melihat kata ‘EIC’ saya teringat tentang sebuah benteng yang megah waktu saya berlibur di Bengkulu, Fort Marlborough namanya. Karena tertarik dengan kisah dibalik kehadiran benteng ini, jadilah saya mencari informasi lebih lanjut di internet dan membaca ulang beberapa informasi yang saya dapat saat berkeliling di sana.

Sejarah terusirnya East India Company dari Jawa

Menurut Wikipedia nih ya, EIC yang merupakan kongsi dagang Inggris awalnya berada di Pulau Jawa. Namun tahun 1682, Belanda mengungguli Inggris dan melakukan perjanjian dengan Kerajaan Banten untuk monopoli perdagangan rempah-rempah. Akhirnya, Inggris keluar dari Jawa dan mencari tempat lain penghasil rempah-rempah.

Setelah gagal di Aceh, Pariaman, dan Barus, akhirnya mereka tiba di Bengkulu tahun 1685 dan diterima dengan baik oleh penguasa Bengkulu. Atas izin penguasa Bengkulu, mereka bisa membangun Fort York yang faktori dagangnya diberi nama Garnizun EIC di Pantai Barat Sumatera. Duapuluh sembilah tahun berselang, tepatnya tahun 1714, kondisi Fort York mulai kritis dan bangunannya rapuh, sehingga sanitasinya buruk dan banyak pasukan Garnizun terserang penyakit. Karena hal tersebut, dibangunlah Fort Marlborough  (tahun 1714 sampai 1719) atas inisiatif Joseph Collet yang saat itu menjabat sebagai pimpinan Garnizun.

Fort Marlborough
Lorong pertama atau Lapisan terluar/utama Fort Marlborough

Sejarah Fort Marlborough dari masa ke masa

Fort Marlborough atau Benteng Marlborough dibangun di Carrang, 2 mil dari Fort York memunggungi Samudera Hindia. Nama Marlborough sendiri diambil dari Duke of Marlborough, gelar dari Joseh Curchill untuk mengenang jasanya sebagai Pahlawan dalam perang Inggris-Prancis. Rampung seluruhnya pada tahun 1741, benteng ini resmi menggantikan Fort York dan mengukuhkan kekuasaan Inggris di Bengkulu hingga tahun 1825.

Selama Inggris menduduki Bengkulu, ternyata banyak perlawanan dari rakyat setempat. Tak kurang dari tiga kali penyerangan dilakukan rakyat setempat dan menewaskan opsir Inggris yaitu Robert Hamilton dan Thomas Parr diwaktu yang berbeda. Oh, jadi ini nih asal mula tugu-tugu yang berdiri disudut-sudut Kota Bengkulu. 🙂

Salah satu gubernur yang pernah menduduki Bengkulu dan cukup terkenal adalah Sir Thomas Stamford Raffles. Bersama istrinya Lady Sophia, mereka tiba di Bengkulu tahun 1818. Ia mendapati Bengkulu seperti ‘Tanah Mati’ lantaran telah diterpa gempa bumi. Nah, ini nih si penghuni rumah yang saat ini menjadi Rumah Dinas Gubernur Bengkulu. Selama enam tahun ia memimpin Bengkulu, ia sering berpergian sampai kepedalaman, hingga suatu ketika besama ahli Botani bernama Arnold menemukan bunga besar dan indah yang kemudian diberi nama Rafflesia arnoldi. Itu mengapa Bengkulu pun dikenal dengan Bumi Refflesia.

Fort Marlborugh
Makam Petinggi EIC di Bengkulu

Pada tahun 1825, Inggris memilih mundur dari Bengkulu dan digantikan oleh Belanda setelah dilakukan perjanjian antara kedua negara ini. Jadi tuh ya, tanggal 17 Maret 1824 terjadi perjanjian yang namanya Traktat London antara Kerajaan Britanian Raya (Inggris) dan Kerajaan Belanda yang tujuannya untuk mengatasi konflik mengenai daerah kekuasaan.

Lewat perjanjian ini, Inggris dan Belanda bisa bertukar wilayah pada British India, Ceylon (Sri Langka), dan Indonesia. Isi perjanjiannya tuh banyak banget, ya salah satunya Inggris melepas kekuasannya di Indonesia termasuk Sumatera dan Bengkulu, sedangkan Belanda melepas Pulau Singapura (Singapura dan Malaysia). Jadilah mereka tukeran kekuasaan deh! Tuker tempat deh!

Fort Marlborough kemudian digunakan Belanda sebagai benteng pertahanan hingga 1942. Ketika dikalahkan Jepang tahun 1942, benteng ini otomatis dikuasai Jepang hingga tahun 1948. Kemudian menjadi markas Polisi Republik Indonesia (Polri) meskipun hanya sebentar lantaran Belanda kembali menduduki. Baru di tahun 1950, benteng ini benar-benar bersih dari penjajah dan menjadi markas Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD). Hingga tahun 1977 diberikan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan dijadikan Cagar Budaya.

Arsitektur Fort Marlborough 

Benteng terbesar kedua setelah Benteng St. George di Madras, India ini berbentuk menyerupai kura-kura, berdiri ditanah seluas 44.000 meter persegi, dan sekilingnya terdapat parit. Disetiap sudut bangunan terdapat bastion atau pos pemantau/jaga dengan sebuah meriam menyertainya. Memiliki tinggi bangunan 8 sampai 8.5 meter, dinding dari benteng ini pun bisa mencapai 3 meter loh. Super tebal ya guys!

Sebagai Cagar Budaya, tentunya banyak sekali alih fungsi dari bagian bangunan-bangunan di Benteng Marlborough ini. Ayo lah kita muter-muter benteng super gede ini. Kita lihat didalamnya ada apa saja. 🙂

Fort Marlborough
Memasuki Barak Pegawai EIC

Saat memasuki benteng, saya harus melewati jembatan sepanjang kurang lebih satu meter diatas parit yang cukup dalam. Kemudian saya menemukan sepasang pintu berwarna hitam legam terbuat dari besi terbuka lebar. Saya memasuki lorong tersebut dan mendapati loket untuk membayar tiket wisata Fort Malrborough. Lorong yang saya lewati ini cukup lebar dan saya duga merupakan lapisan terluar/utama dari benteng ini.

Fort Marlborough
Barak yang berubah menjadi ruang koleksi

Pada dinding lorong ini terdapat empat prasati nisan bertuliskan George Thomas Shaw, Richard Watts, Henry Strirling, dan Capt. James Coney lengkap dengan tanggal meninggal dan usia mereka. Tepat didepan lorong terdapat tiga buah makam yang dibagian sisinya tertulis nama Chaless Murray, Robert Hamilton, dan Thomas Parr.

Kemudian saya terus melangkah dan mendapatai sebuah jembatan penghubung lagi. Nah, jembatan ini katanya sih penghubung antara tembok pertahanan utama (revaline) dengan benteng yang terletak antara dua bastion yang saya ceritakan diatas. Benteng yang berupa ruangan-ruangan dan lorong antar bastion ini disebut dengan curtine.

Fort Marlborough
Potret-potret pimpinan EIC

Tempo dulu, curtine berfungsi sebagai barak, ruang kerja, pos jaga, gudang senjata, hingga sel militer. Jika melihat kondisinya yang berbentuk lorong dengan sirkulasi berupa jeruji-jeruji besi. Saya sih susah membayangkan bagaimana para pegawai EIC ini bisa bertahan didalamnya. Enggap euy! 🙁

Fort Marlborough
Sirkulasi udara di Barak Pegawai EIC

Saat ini, ruangan tersebut beralih fungsi menjadi ruang pameran atau sejenis galeri dan museum. Didalam ruang pameran, saya menemukan banyak ilustrasi-ilustrasi dari pegawai EIC pada masa mereka menduduki Bengkulu. Selain itu, terdapat informasi mengenai Bengkulu, perdagangan, rempah-rempah yang menjadi komoditas utama, Traktat London, hingga mengenai arsitektur Fort Marlborough seperti yang saya ceritakan ditulisan ini.

Beralih keruangan yang dulunya berupa Ruang Jaga/Sel Militer, saya mendapati infografis-infografis mengenai perlawanan rakyat Bengkulu dan masa Belanda menduduki kawasan ini. Ruangan ini memiliki jeruji besi dan sirkulasi udara yang lebih kecil dari Barak Pegawai EIC. Ini salah satu potret penjara jaman dahulu serem ya?

Fort Marlborough
Jeruji besi di Ruang Jaga Sel Militer

Ruangan lain beralih menjadi Ruang Pamer 1 dan 2 yang berisi informasi mengenai sejarah Bengkulu dari masa ke masa dalam versi yang lengkap.  Terdapat patung Soekarno dan Sir Thomas Stamford Raffles yang seolah sedang mendiskusikan sesuatu. Ruangan ini terasa lebih tinggi dan luas, jadi tidak begitu pengap.

Fort Marlborough
Ruang Pamer yang berisi banyak informasi sejarah

Fort Marlborough menjelma menjadi lumbung informasi mengenai sejarah, perjuangan, dan perlawanan dari rakyat Bengkulu untuk sampai pada saat ini. Bagi pencinta sejarah, kalian akan senang berlama-lama ditempat ini. Membaca satu persatu informasi, atau memfotonya kemudian membaca ulang di rumah. Itu  tuh yang suka ngambil foto dan baca di rumah kayaknya siapa ya? 🙂

Fort Marlborough
Salah satu koleksi yang dipajang di Ruang Pamer

Meninggalkan ruang pameran saya berjalan menyusuri lorong dengan bangunan layaknya rumah atau perkantoran. Terdapat beberapa ruangan dengan pintu dan jendela terbuat dari kayu. Nah, yang ini nih kayaknya dulunya kantor dan ruang orang-orang penting. Soalnya bangunannya lebih baik dari segi bentuk, tinggi banguan dan luas ruanga, serta sirkulasi. Saat ini, beberapa ruangan telah berubah menjadi mushola, tempat wudhu, dan toilet.

Fort Marlborough
Lapangan yang dipenuhi meriam-meriam di Fort Marlborough

Meski terik matahari menjelang sore cukup menyengat, saya tetap antusias untuk menjejakkan kaki dibagian atas dari benteng ini. Saya menaiki tangga menuju salah satu bastion yang ada di sana. Bastion-bastion ini berbentuk segitiga menjorok ke arah luar. Disetiap sudut terdapat bastion yang dilengkapi dengan meriam yang mengarah keempat penjuru.

 Fort Marlborough
Meriam disalah satu bastion Fort Marlborough
Fort Marlborough
Menikmati Arsitektur Fort Marlborough dari atas bangunan Curtine

Dari atas semuanya tampak lebih jelas. Meriam-meriam dipasang menghadap pantai dengan jumlah yang cukup banyak. Dari atas bangunan ini juga saya baru menyadari jika bagian tembok yang berada tepat dihadapan pantai sudah tidak ada. Selain itu, tak jauh dipesisir pantai terdapat bangunan seperti pintu masuk ke sebuah ruangan. Konon, benteng ini memang dilengkapi dengan ruang bawah tanah menuju banguan dipesisir pantai tersebut. Jadi sejenis tempat untuk escape.

Fort Marlborough
Bergaya diatas Bastion (sudut Benteng Marlborough)

Benteng Marlborough adalah salah satu cagar budaya yang menurut saya terawat. Lokasinya bersih dan bebas dari sampah dan vandalisme. Bangunan-bangunannya pun tergolong utuh dan dalam kondisi yang baik. So, bagi kamu yang tertarik untuk berkunjung ke Fort Marlborugh, catat info penting ini!

Info Penting!

  • Alamat: Jl. Benteng, Kebun Keling, Tlk.Segara. Kota Bengkulu (dekat dengan  China Town)
  • Jam oprasional: Setiap hari, Pukul 08.00-17.00 WIB
  • Tiket: 5K/orang (Dewasa), 3K/orang (Anak-anak)

Mari berkelana, bahagia!

36 comments

  1. Wah ternyata jadi ikut seleksi ASN juga, semoga mendapatkan yang terbaik. Mau kerja sebagai ASN atau di swasta, yang penting tetap bisa berkarya.

    Saat saya ke benteng Marlborough ini, saya malah belum sempat masuk ke ruangan di bagian dalam benteng ini, karena waktu itu hari sudah sore, gak cukup waktu untuk eksplore. Ternyata cukup menarik juga di dalamnya.

    Sedikit masukan, tulisannya banyak typo-nya mbak., contohnya saja ini Thomas Satmford Raffles.

    1. Iya ikutan Mas Ris. Ikut ngeramein. Yuhu, Negeri atau Swasta yang penting terus berkarya 🙂
      Balik lagi Mas Ris ke sana. Sekalian eksplore yang lain.

      Hehe iya nih banyak typo. Tapi udah dibenerin kok. Makasih masukannya mas Ris.

  2. Pengin ke Bengkulu belum kesampaian juga hiks.
    Suami pernah kerja di sana selama 5 tahun sebelum menikah dengan saya. Jadi dia punya cerita dan foto-foto Fort Malborough ini.
    Pengin ngajakin anak-anak karena sejarah, budaya dan alam Bengkulu benar-benar menggoda untuk didatangi..
    Btw, terima kasih ceritanya tentang Fort Malborough ini ya Mbak

    1. Harus banget sih Mba kesana. Seru untuk bisa mengenal sejarah panjang negeri ini.
      sama-sama Mba, senang bisa berbagi cerita 🙂

  3. Wah..
    Lengkap kap kap banget informasinya mbak
    Anyway saya juga pernah menghabiskan masa kecil di bengkulu tapi belum pernah jalan² ke tempat wisatanya. Semoga suatu hari bisa kesana lagi dan ke benteng ini..

    1. Iya Mas Deny, tulisannya edisi lengkap karena sekalian saya belajar. hihi
      Saya pun pengen balik lagi ke Bengkulu. Masih banyak yang pengen di eksplore. terutama Enggano 😉

  4. Negara yang dijajah Inggris lebih maju ya .. daripada dijajah Belanda 3, Abad.. Arsitektur bangunannya khas banget. Materialnya pasti yang terbaik, makanya sampai sekarang masih bangus, g kebanyakan dikorupsi

    1. Iya ya kenapa bangunan tempo dulu lebih awet meskipun udah beratus tahun. hihi
      Negara jajahan Inggris kan jadi persemakmuran bukan? iya juga sih ya mereka lebih maju sekarang 😉

  5. Hai Mbak Nuz,
    Terimakasih ya atas tulisan sebelumnya mengenai Bengkulu.
    Kemarin-kemarin kalau saya ke sana, hanya untuk urusan tertentu lalu pulang/ diusahakan PP satu hari. Pas baca tulisan mbak, saya jadi penasaran.. Jadilah awal November ini saya ke Bengkulu dan menyempatkan diri untuk ke beberapa destinasi menarik di Bengkulu, termasuk ke Fort Marlborough. Btw, terimakasih untuk detail informasinya di tulisan ini karena saya singgah sebentar saja di Fort Marlborough.

  6. Ini destinasi yang aku mau,, kemaren diajakin temen tapi malah lagi gak bisa karena kerjaan lagi numpuk..
    Itu bentengnya ada yang ngebersihin ya? tempatnya kok bersih gitu

    1. Iya, sepertinya di sana ada petugasnya kak. Soalnya toilet dan musholanya juga bersih dan ada bapk-bapak yang menungguinya. 🙂

  7. Baca ini, serasa belajar sejarah dengan cara berbeda, “mengunjungi benteng”.

    Dan baru tahu juga, kalau Bengkulu dijuluki sebagai Bumi Rafflesia meskipun sering dengar tentang Rafflesia Arnoldi

    1. Saya anaknya visual. Jadi lebih gampang belajar dari apa yang saya lihat.
      Dibikin penasaran dulu baru deh nyari tahu detailnya 🙂
      Saya pun tahu bunga Rafflesia tapi baru sadar pas ke Bengkulu
      banyak bunga ini jadi hiasan entah di rumah atau sudut kota. 🙂
      Awalnya tahu Bengkulu cuma Rejang Lebong.

    1. Iya Mba. walaupun agak-agak dingin ya tuh di lorong-lorong.
      Tapi karena kondisinya sudah terang jadi oke lah buat lama-lama di sana.
      Iya bangunan tua tuh jadi saksi yang berbicara kalau memang peristiwa tersebut ada 🙂

  8. Wah Kak, dari foto Fort Marlborough ini terlihat tertata dan bersih ya. Isi ruang pamerannya juga sepertinya menarik sekali untuk diulik. Hmm sepertinya kalau suatu saat ke Bengkulu, saya harus ke sini nih.

    Btw, good luck tes ASNnya!

  9. Saya suka bgt situs2 sejarah begini. Semacam berkelana ke masa silam gitu. Tapi blm pernah ke Bengkulu sih, JD blm lihat benteng yg namanya mirip merk rokok ini?.

    1. Tenang aja aku pun baru sadar pas udah sampai ke Bengkulu kok. Liat dimana-mana replika Bunga Rafflesia jd hiasan di rumah dan kantor-kantor. 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *