Mari merapat, saya lanjutkan kisah perjalanan menjelajah wisata Bengkulu dihari kedua. Untuk yang belum membaca kisah sebelumnya, bisa membacanya terlebih dahulu Jelajah Wisata Bengkulu (Hari Ke-1). Sudah membaca kisah sebelumnya? Baiklah saya lanjutkan kisahnya ya.
Pagi itu, kami, seisi rumah, sudah sibuk bebenah. Saya baru teringat kalau 1 Mei 2018 adalah tanggal merah alias libur nasional dan diperingati sebagai Hari Buruh atau May Day. Karena satu rumah libur, akhirnya kami pergi bersama layaknya piknik keluarga menuju Wisata Hutan Mangrove, Bengkulu.
Saya memasuki mobil dan duduk disebelah Rurin dan Kak Bebi yang memangku Cinta anaknya yang menggemaskan. Ketika melongok kedepan kemudi, ternyata yang nyetir Ibunya Rurin. Oi belajar nyetir mobil oi Rin. Tunjuk diri sendiri. Haha
Diperjalanan kami banyak berhenti untuk mencari berbagai keperluan, termasuk mampir mengambil pesanan Kak Bebi berupa pempek panggang. Ini kali pertama saya mendenganr pempek yang dipanggang. Karena penasaran, akhirnya saya ikut turun mobil dengan Rurin dan melihat proses pembuatan pempek ini.
Pempek Panggang
Jadi, pempek dalam bentuk bulat pipih dipanggang sampai matang. Kemudian salah satu bagian sisi tertentu disobek dan dimasukanlah cuko kental kedalamnya. Kita pun bisa memilih mau pedas atau ga pedas karena ada tambahan sambal buat kamu pencinta pedas. Nah, ketika makan berhati-hatilah jangan sampai tuh cuko beleberan ke baju, saking semangatnya mencoba. Jangan tanya rasanya seperti apa. Enak dan enak banget deh. Kamu harus coba kuliner Bengkulu yang satu ini 🙂
Sambil mencicipi pempek panggang didalam mobil, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi yang pertama yaitu Hutan Mangrove. Melewati jalan yang sedang dibenahi, kami kemudian memasuki perkampungan yang saya sinyalir sebagai perkampungan nelayan. Kami kemudian memarkir mobil dan mulai memasuki kawasan wisata mangrove ini.
Hutan Mangrove Bengkulu
Hutan mangrove ini berada di sekitar Pulau Baai Bengkulu, Kelurahan Sumber Jaya dan memakan waktu perjalanan sekitar 30-45 menit dari pusat kota. Memasuki kawasan wisata Bengkulu yang satu ini, kita akan menemukan banyak kapal nelayan yang bersandar di darmaga. Nah, di darmaga yang cukup bagus ini kita bisa foto-foto dengan latar hutan mangrove.
Jika kamu penasaran untuk berkeliling hutan mangrove, kamu bisa menyewa kapal nelayan yang cukup banyak di sana. Waktu itu kami menyewa satu kapal seharga 80K untuk saya, Rurin, Kak Bebi, dan Cinta. Cukup mahal sih, tapi akan murah kalau kamu sahring dengan beberapa kawan.
Tepat ketika matahari sedang asik-asiknya di atas kepala, kami menyusuri hutan mangrove nan sepi. Kami berpapasan dengan beberapa kapal nelayang yang kendak berlayar, pulang, bahkan sedang memancing. Sepanjang menyusuri hutan mangrove, saya banyak melihat kapal-kapal nelayan sedang bersandar, nelayan-nelayan dipelelangan, dan rumah-rumah di bantaran muara.
Menurut informasi yang saya baca di visitbengkulu.com, luas hutan mangrove ini sekitar 247 hektar dan hampir setengahnya termasuk kawasan Taman Wisata Alam Pantai Panjang-Pulau Baai. Hutan mangrove ini merupakan hasil dari rehabilitasi masyarakat sekitar dan Komunitas Mangrove Bengkulu (KMB). Selain tempat hidup berbagai fauna, mangrove memiliki fungsi ekologi sebagai penahan abrasi. So, jaga hutan mangrove ini dengan tidak membuang sampah sembarangan ya ketika berwisata. Silahkan berfoto sampai puas ditempat ini 🙂
Tower Pemantau Tsunami
Setelah puas berwisata di Hutan Mangrove, kami pulang ke rumah dan mengganti kendaraan. Saya dan Rurin hendak melanjutkan misi berikutnya dengan berkeliling, wisata Kota Bengkulu. Sekitar pukul 3 sore, menghindari terik matahari, kami bergegas meninggalkan rumah menuju alun-alun Kota Bengkulu. Melihat menara yang begitu tinggi, saya meminta Rurin untuk berhenti.
“Rin, ku mau ambil gambar di sini boleh?”
Rurin memarkirkan motornya dan kami mulai foto-foto.
“Ini tuh menaranya baru loh Kak, sebelumnya bukan ini. Yang bangunan tuanya justru dihancurkan diganti ini. Ga tahu kenapa.”
Menara setinggi 43 meter ini berfungsi sebagai pemantau gelombang di laut dan tsunami. Karena Bengkulu sendiri merupakan Provinsi yang berbatasan langsung dengan laut dan memiliki potensi terkena tsunami. Berada tepat di seberang rumah dinas Gubernur Bengkulu, bangunan ini seperti landmark Kota Bengkulu.
Rumah Sir Thomas Stamford Raffles
Di seberang alun-alun, tepatnya di dekat Pasar Jitra, saya menemukan rumah bergaya kolonial ini.
“Itu rumah dinas gubernur Kak. Tapi gubernurnya ga ada di tempat, lagi di KPK.” Rurin menjelaskan
Dan kemudian saya hanya bisa tertawa mendengar informasi tersebut. 🙂
Sama halnya dengan Benteng Fort Marlborough, rumah tua ini merupakan peninggalan Inggris yang masih bisa kita saksikan sampai saat ini. Dahulu kala, rumah ini merupakan kediaman Raffles, yang merupakan Gubernur Jendral Inggris saat itu. Namanya diabadikan sebagai nama bunga yaitu Rafflesia arnoldi, yang merupakan bunga khas Bengkulu. Rumah dengan halaman yang luas ini juga ternyata memiliki beberapa rusa yang menggembala disekitarnya.
Selain itu, pada bagian gerbang, terdapat dua gapura yang berupa Tabut dikedua belah sisinya. Menurut Rurin, Tabut sendiri merupakan seni tradisional dan ritual upacara adat di Bengkulu yang dilaksanakan pada tanggal 1-10 Muharam untuk menghormati kematian Imam Husain (cucu Nabi Muhammad SAW) saat peperangan membela islam. Pada upacara Tabut, terdapat bangunan bersusun menggambarkan sebuah peti kayu yang berisi potongan tubuh dari Imam Husain yang saat meninggal terpotong-potong.
Upacara adat yang begitu panjang ini melibatkan dua alat musik tradisional berupa Dhol dan Tassa. Didahului dengan pengambilan tanah yang mengingatkan asal usul manusia dari tanah, kemudian menjara yang merupakan ajang silaturahmi, kemudian dihari terakhir tabut-tabut yang berjumlah 17 ini diarak ke karbala Bengkulu. Saya tidak bisa menceritakan acara ini dengan begitu detail. Namun jika mendengar cerita mengenai ritual Tabut, ia seperti pengingat untuk selalu ingat asal muasal kita, mengingat perang karbala Sang Imam Husain membela kebenaran, dan tentunya kepatuhan terhadap Allah SWT.
Upacara tabut tersebut sangat ramai dan diminati berbagai kalangan terutama masyarakat Bengkulu dan masyarakat Timur Tengah. Mungkin belum banyak yang tahu kalau ada upacara seperti ini di Bengkulu.
Saya bertanya “Ini tuh sejenis upacara di Yogyakarta yang pawai bawa gunungan bukan sih?”
“Iya nanti banyak sekali Tabut yang dibuat kemudian diarak. Aku ga tahu yang di Jogja kayak apa kak.” Rurin menjelaskan
“Pantas saja dari kemarin aku tuh lihat banyak bangunan seperti ini baik itu di depan kantor pemerintahan maupun di persimpangan jalan dan gang di Kota Bengkulu.” terang saya
Obrolan Tabut ini cukup panjang, kami teruskan membahas ini pada malam hari, hingga saya berniat untuk bisa kembali ke Bengkulu saat acara ini digelar.
Paroki Santo Yohanes
Melirik ke arah kanan saya menemukan bangunan bercat kuning gading dan cokelat. Saya tidak mendekat, namun saya bisa mengidentifikasi jika bangunan tersebut adalah gereja yang cukup tua di Bengkulu. Di halaman depannya terdapat patung yang cukup besar.
Dilansir dari Liputan6.com, adanya gereja ini tak lepas dari sejarah kedatangan Inggris di Bumi Rafflesia ini (1685). Bengkulu menjadi daerah yang ramai dengan kedatangan Bangsa Eropa, terlebih dengan dibangunnya Fort Marlborough atau Benteng York. Diantara yang berdatangan mereka beragama katolik, bahkan ada diantara mereka adalah pastor dan para misionaris Ordo Theatin. Selengkapnya bisa cari sendiri ya di google 🙂
Tugu Thomas Parr
Motor kami hidupkan kembali dan sedikit melaju menuju Tugu Thomas Parr, yang menjadi tempat wisata sejarah Kota Bengkulu. Tugu bersegi delapan atau oktagonal ini tidak jauh dari Rumah Dinas Gubernur Bengkulu, bisa ditempuh dengan berjalan kaki kurang dari sepuluh menit. Dekat kan?
Kalau saya baca di Wikipedia sih, tugu ini dibangun untuk mengenang Thomas Parr, Residen Inggris yang terbunuh tahun 1807. Karena bentuknya seperti kubah, tugu yang dibangun tahun 1808 ini sering disebut “Kuburan Bulek” oleh warga sekitar. Bangunan yang menjadi Cagar Budaya ini berada tepat di depan Pasar Brokoto dan bersebrangan dengan bangunan tua lainnya berupa Kantor Pos.
Kantor Pos, Kota Bengkulu
Bangunan tua ini merupakan Kantor Pos yang sudah tidak difungsikan untuk saat ini. Bangunan unik ini hanya dibiarkan terbengkalai dengan sebuah mobil yang bertuliskan dijual terparkir dibagian sisinya. Agak kesal dengan mobil yang terparkir itu karena mengurangi keelokan bangunan tua ini. Padahal, bangunan-bangunan tua di Kota Bengkulu sebenarnya bisa dimaksimalkan sebagai wisata kota tua atau wisata sejarah di Bengkulu. Saat ini, Kantor Pos berpindah ke sebelah kanan bangunan ini.
Pasar Brokoto
“Bengkulu ini bangunan tuanya banyak ya Rin. Terus lokasinya deket-deket. Seneng aku berasa di Jogja. Bisa keliling kota sambil jalan kaki liat bangunan tua.”
Jujur, Bengkulu mengingatkan saya pada Jogja yang setiap sudutnya banyak bangunan tua. Lihat saja Pasar Brokoto yang arsitekturnya klasik dan bangunan-bangunan pertokoan disekitanya. Saya senang menjelajah dan berwisata di Bengkulu. No macet pula kan. Lihat jalannya lengang 🙂
“Yuk, sudah sore nih, kita lanjutkan ketujuan berikutnya.” Ajak Rurin
Cina Town/Kampung Cina
Motor kembali melaju, saya baru tersadar jika Tugu Thomas Par itu sangat dekat dengan Benteng Fort Marlborough dan Cina Town. Jadi ini tuh macam komplek aja gitu ya, hanya bersebrangan sama berisian. Keliling Kota Bengkulu ini bisa sambil ngesot kayaknya. Bahagia 🙂
Tugu Pers Bengkulu dan Mess Pemda
Melaju terus kami mendapati Tugu Pers Bengkulu yang di sebarang kanan kirinya terdapat Mess Pemda dan Benteng Fort Marlborough. Tuh deketan kan tempatnya!
Bangunan beratap setengah lingkaran tersebut tampak sepi dan tak ada kehidupan. Berbeda sekali dengan Tugu Pers yang sering digunakan sebagai background foto oleh para pelancong. Tugu yang diresmikan oleh Presiden SBY tahun 2014 ini menjadi daya tarik sendiri untuk para wisatawan, karena bentuknya pun yang cukup unik.
Sepanjang perjalanan menuju Pantai Padang Betuah, saya melintasi pantai-pantai salah satunya Pantai Paderi. Pemandangan dijalanpun tak lepas dari bidikan lensa kamera saya, mulai dari sawah dan orang-orang yang sedang beraktifitas. Roda sepeda motor berputar semakin kencang melintasi jalan yang kian lama kian sepi.
Baca Juga: 7 Tempat Wisata Di Kota Palembang
Kami mengikuti intruksi dari google map digenggaman tangan saya. Melintasi perkebunan kelapa sawit dengan jalan lebar nan sepi sempat membuat nyali ciut.
“Rin, ini jalan gede amat ya?” tanya saya
“Ini jalan lintas Sumatera yang via Muko-muko Kak. Banyaknya mobil gede-gede yang bawa muatan barang kalau ke sini.” jelas Rurin
Setelah melaju cukup lama dan jauh akhirnya kami sampai dilokasi tujuan setelah berbelok kiri mengikuti petunju jalan Danau Gedang yang tertulis cukup besar. Saya baru tersadar kalau kami tengah meninggalkan Kota Bengkulu menuju Bengkulu Tengah.
Pantai Padang Betuah dan Danau Gedang
Setelah membayar uang parkir motor seharga 3K, kami mulai memasuki kawasan hutan kecil dan selamat datang di Pantai Padang Betuah dengan tebing yang indah.
“Wow, keren banget Rin. Asli ini mirip-mirip tebing di Nusa Penida gitu ya. Pantainya bagus banget lagi. Ayo foto-foto!” seru saya
Kami mengambil jarak aman ketika mengambil foto. Tebing-tebing ini tentunya rawan longsor. Kami tak mau celaka ketika sedang berselfie ria.
“Jangan pinggir-pinggir Rin. Horor. Situ aja!” Intruksi saya pada Rurin yang harus mau menjadi model saya selama di Bengkulu
Karena hari mulai semakin petang, kami segera berpindah ke tujuan berikutnya, yaitu Danau Gedang. Kata Rurin, danau ini bersisian langsung dengan pantai. Jadi sebelah kiri danau, sebelah kanan pantai, kemudian kita bisa menikmatinya dari atas bukit. Saya rasa tempat ini merupakan tempat wisata Bengkulu yang super wajib untuk kalian datangi sih.
Ternyata benar, tempat ini indah. Banyak sekali orang berwisata di Danau Gedang dan Pantai Padang Betuah ini. Saya sangat senang bisa sampai ketempat seindah ini. Kami mencoba berfoto bersama dengan bantuan pengunjung lain tentunya. 🙂
Untuk menikmati pemandangan yang lebih menawan lagi, kami menaiki rumah pohon yang cukup membuat lutut bergetar ini. Tapi, bisa berada di atas rumah pohon ini adalah keharusan jika kamu berkunjung ke Danau Gedang dan Pantai Padang Betuah ini. Wisata Bengkulu ternyata ga cuma Pantai Panjang doang ya.
“Rin, pulang yuk. Si mamah kan pesan jangan pulang magrib.”
Melintasi Pantai Paderi
Dengan melalui jalanan yang sama, kami ditemani matahari yang bersiap kembali keperaduan. Karena hari sedang cerah, warna jingga sesekali saya lihat dibalik pepohonan yang menghiasi Pantai Paderi. Kami tak hendak berhenti di pantai ini. Kami mengejar waktu untuk bisa pulang tepat waktu namun tetap bisa menyaksikan senja di pantai terdekat. Hingga tibalah kami di Pantai Jakat.
Sunset di Pantai Jakat
Kami memarkir kendaraan di pantai paling ramai di Bengkulu, Pantai Jakat namanya. Pantai ini sungguh ramai meskipun menjelang malam, karena merupakan pantai yang bisa digunakan untuk berenang oleh pengunjung. Pantai ini biasa digunakan oleh warga sekitar maupun wisatawan untuk berwisata bareng keluarga.
Tidak semua pantai di Bengkulu bisa digunakan untuk berenang. Nah, Pantai Jakat ini aman untuk digunakan sebagai kolam renang raksasa yang diciptakan semesta. Mari menikmati senja terakhir di tanah yang patah Bencoolen.
Lanjut cerita Jelajah Wisata Bengkulu hari ke-3 di sini ya!
Mari berkelana, bahagia!
15 comments
Bengkulu mungkin tak seterkenal daerah2 lain untuk pariwisaya, tapi ternyata tak kalah indah. Favorit saya dari tempat yang diulas kakak adalah Pantai Padang Betuah dan Danau Gedang
Iya, pamor wisatanya kurang. Padahal tempatnya bagus.
Pantai Padang Betuah fav. saya juga.
Nah, main di Pantai juga kan akhirnya, padahal di tulisan sebelumnya enggan main di pantai.
BTW : ada beberapa tulisan yang typo : sahring, kendak, Komunitas Mangrove Bengkul (KMB), menggambakan, Selngkapnya, berisian?, backgroud, kahirnya, Pantai Zakat?
Yang Gubernur di KPK, kalimatnya juga ambigu
Ini pasti karena terburu-buru mau rilis artikel ya hehehe
Tetap semangat….
Iya akhirnya ke pantai antimainstream. hihi
Padahal udah di cek loh. Tetep aja typo. Mksh masukannya 🙂
Keren kaka satu ini, sehari bisa ke beberapa tempat sekaligus. Aku suka bangunan rumah dinas gubernur sama pantainya keren banget.
Jadi, sampe hari ke berapa nih ceritanya?
Sampai hari ketiga aja kok. Sama nanati nulis khusus tentang Museum Bengkulu 🙂
Waah seru ke bngkulu.. mah ikutt
Mah ikut? maksudnya?
Seri kedua jalan2 di Bengkulu ini juga sama menariknya dengan seri 1. Aku ngiler membayangkan mpek2nya. Mau banget deh ke Bengkulu
Pempeknya enak banget Mba.. nanti kalau ke Bengkulu wajib coba.
seri ke 3 akan segera meluncur nih. 🙂
Pempeknya enak banget Mba.. nanti kalau ke Bengkulu wajib coba.
seri ke 3 akan segera meluncur nih. 🙂
Edisi oleh2..
Wah ini jalan-jalan sehari tapi bisa dapat banyak tempat gitu ya ,Kak.. hehe.. Bengkulu kelihatan kotanya bersih ya, banyak tempat wisata juga.. Semoga suatu saat bisa ke sana.
Yap Mba, seru jalan-jalan di sana. Semoga bisa segera kesana Mba.:)
Untuk Anda yang berwisata bersama keluarga, Anda dapat membawa anak dan keluarga Anda untuk bermain di wahana permainan yang ada di dekat pantai ini. Ada banyak sekali wahana permainan menarik yang dapat Anda nikmati bersama dengan keluarga Anda. Di wahana ini, Anda dan keuarga dapat bermain air sepuasnya tanpa perlu takut bahaya terseret ombak pantai.
Sip.