Bengkulu atau Bencoolen dalam Bahasa Inggris menyimpan banyak kisah di masa lalu. Tempat ini pernah berada dibawah pengaruh Kerajaan Inderapura dan Kesultanan Banten. Kemudian, Bengkulu dikuasai Inggris, beralih dikuasai Belanda, menjadi tempat pembuangan tokoh-tokoh penting Indonesia. Hingga pada 18 November 1968 menjadi provinsi ke-26 dan menjadi pusat penambangan emas dipertengahan abad ke-19 hingga ke-20. Jadi, tak heran jika Bengkulu banyak menyimpan tempat-tempat bersejarah dari lahirnya Bangsa Indonesia. Tempat bersejarah tersebut diantaranya Rumah Pengasingan Bung Karno dan Kediaman Ibu Fatmawati yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Rumah Pengasingan Bung Karno
Rumah Pengasingan Bung Karno adalah rumah yang ditempati oleh Bung Karno dan keluarga saat beliau menjadi tahanan politik. Setelah sebelumnya diasingkan di Ende, Flores (tahun 1934-1938), Bung Karno dipindahkan ke Bengkulu (1938-1942). Berlokasi di Jalan Soekarno Hatta Keluarahan Anggut Atas Kecamatan Gading Cempaka, rumah ini awalnya milik seorang Thionghoa bernama Lion Bwe Seng.
Ditemani istri tercinta Ibu Inggit Ganarsih, Bung Karno menempati Rumah yang memiliki dua bangunan utama berupa rumah inti dan paviliun belakang. Rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu tidak terlalu besar dari segi bangunan, namun memiliki halaman depan dan belakang yang sangat luas. Bagian lantainya pun terbuat dari semen yang halus sehingga terasa dingin dikaki. Dengan jumlah jendela dan bukaan yang cukup banyak, rumah ini memiliki sirkulasi yang sangat baik. Saya pribadi suka dengan tipe rumah seperti ini. 🙂
Didalam ruang kerja Bung Karno, terdapat beberapa rak buku yang terisi penuh, yang mayoritas berbahasa Belanda. Selain itu, terdapat beberapa foto karya arsitektur beliau ketika kurang lebih empat tahun tinggal di Bengkulu, salah satunya yang paling terkenal adalah Masjid Jamik Bengkulu. Jika saya perhatikan bangunan yang didesain oleh Bung Karno, semuanya memiliki tipe atap seperti Rumah Joglo atau Rumah Jawa ya?
Bagian ruang kerja Bung Karno terhubung dengan kamar pribadinya. Didalam kamar terdapat sebuah ranjang besi yang memang digunakan oleh Bung Karno selama tinggal di sana. Terdapat pula lemari pakaian beserta beberapa helai pakaian yang menggantung rapi dan ditutup dengan plastik bening. Pakaian tersebut tak hanya milik Bung Karno, tapi juga Sang Istri Inggit Ganarsih.
Selain itu, terdapat meja hias yang merupakan sumbangan dari Ali Chanafiah yang dirancang oleh Bung Karno. Meja hias tersebut diproduksi oleh Perusahaan Meubel Sukamerindu dan didanai oleh Oei Tjeng Hien.
Diseberang kamar utama terdapat kamar tidur Ratna Djuami dan Sukarti/Kartika. Mereka merupakan anak angkat dari Bung Karno dan Ibu Inggit Ganarsih. Ratna sendiri sebenarnya merupakan keponakan dari Ibu Inggit, sedangkan Sukarti/Kartika merupakan anak sulung dari Atmo Surdirjo. Sukarti/Kartika menjadi anak angkat Bung Karno saat beliau berada di Ende (rosodaras.wordpress.com).
Saat memasuki kamar tersebut, saya mendapati sebuah ranjang besi dan beberapa foto-foto Bung Karno dan keluarga. Selain itu, terdapat foto Ibu Fatmawati yang kala pertama beliau datang ke Bengkulu, belum menjadi istri Bung Karno. Justru di Bengkulu inilah Bung Karno berjumpa dengan Ibu Fatmawati yang membuatnya jatuh hati.
Di ruang tamu, saya mendapati meja dan bangku tamu serta sepeda ontel milik Bung Karno. Sepeda ontel tersebut terpajang dalam sebuah etalase kaca. Biar ga rusak kali ya ditaruh dietalase? Pada bagian langit-langit terdapat lampu hias menggantung dengan motif yang cantik seperti lampu di rumah-rumah joglo. tak lupa foto Bung Karno terpajang dalam bingkai berwarna emas.
Lanjut kebagian belakang rumah, terdapat sejenis paviliun yang disampingnya terdapat sumur yang masih berfungsi. Bagian belakang ini terdiri dari beberapa ruangan pendukung rumah utama, diantaranya kamar pembantu, dapur, dan gudang. Tipikal rumah tempo dulu yang bagian-bagian rumahnya terpisah bangunan dan dihubungkan dengan jalan atau lorong yang kanan kirinya taman. Nah, itu dia isi dari Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu. Mari kita lanjut mengintip isi kediaman Ibu Fatmawati.
Rumah Kediaman Ibu Fatmawati
Rumah bercat cokelat bergaya arsitektur Bengkulu ini berjarak tak jauh dari Rumah Pengasingan Bung Karno. Pantesan aja mereka bisa ketemu kemudian jatuh hati dan berjodoh. Rumah Kediaman Ibu Fatmawati berlokasi di Jalan Fatmawati No. 10 Kota Bengkulu. Saya jadi membayangkan dulu Bung Karno ngapel ke Ibu Fatmawati mengendarai sepeda ontel yang ada di rumahnya kali ya. 🙂
Rumah ini tidak terlalu besar dan hanya memiliki dua kamar karena Ibu Fatmawati merupakan putri tunggal dari pasangan Hassan Din dan Siti Chadijah. Ibu Fatmawati lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923, yang kemudian dipersunting Bung Karno ditahun 1943. Dari pernikahan inilah akhirnya Bung Karno memiliki anak kandung yang bernama Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra (Goholidaybengkulu.com).
Rumah yang tampak sepi ketika saya singgahi ini berbentuk rumah panggung yang didalamnya terdiri dari  satu ruang tamu, dua kamar tidur, dan sedikit ruangan dibagian belakang. Pintu rumah bagian belakang tak dibuka, jadi saya kurang tahu persis apakah ada bangunan lain dibelakang rumah kediaman Ibu Fatmawati ini.
Berbeda dengan rumah pengasingan Bung Karno yang memiliki beberapa pintu masuk, rumah ini hanya memiliki satu pintu masuk dan langsung menuju ruang tamu. Didalam ruang tamu terdapat meja dan kursi ruang tamu, foto-foto Bung Karno dan Ibu Fatmawati, serta cuplikan-cuplikan berita dari media masa lokal. Terdapat satu buah lemari yang didalamnya berisi manequin berbusana kebaya. Informasi mengenai silsilah dari Ibu Fatmawati dan keturunan-keturunannya pun terpajang rapi di rumah ini.
Antara dinding ruang tamu dengan dinding kamar terdapat tulisan tangan dalam ukuran besar yang dibingkai yang berisi surat dan pemikiran tentang wanita. Memasuki kamar utama, terdapat berbagai foto  dalam bingkai coklat yang terpajang dengan sangat rapi. Kemudian, terdapat sebuah mesin jahit tua bewarna merah, katanya mesin ini yang digunakan Ibu Fatmawati untuk menjahit bendera pusaka Indonesia saat beliau di Jakarta.
Saya menengok sebuah kamar didepannya, terdapat sebuah ranjang besi dengan seprai dan kalambu berwarna putih tertata rapih di sana. Rumah ini penuh sekali dengan berbagai informasi penting tentang sejarah dari Bapak dan Ibu negara yang pertama ini, termasuk sejarah yang menyertai hidup mereka. Jadi, kamu tidak akan menyesal jika berkunjung ke tempat ini. 😉
Mari berkelana, bahagia!
8 comments
Saya sebagai warga Bengkulu mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada mbak Nunuz yang sudah menulis dan berbagi info, cerita dan pengalaman nya tentang rumah pengasingan bung Karno dan rumah kediaman Ibu Fatmawati. Semoga semakin banyak orang yang tahu tentang jejak-jejak bung Karno di Bengkulu.
Terima kasih juga apresiasinya Mas. Senang juga melihat bangunan-bangunan bersejarah di Bengkulu terawat dengan baik jadi saya bisa melihat dan belajar dari sana. Agar saya melek sejarah nih 🙂
Ada banyak hal yang justru membuat saya bertanya-tanya dari rumah ini.
Jadi Inggit ikut bersama Bung Karno waktu Bung Karno diasingkan ke Bengkulu dari Bandung? Bagaimana reaksi Bu Inggit ketika Bung Karno sering bergaul dengan Fatmawati yang waktu itu masih gadis?
Apa yang dilakukan Bung Karno selama tinggal di Bengkulu? Apakah statusnya itu sebetulnya sebagai tahanan Belanda? Mengapa penguasa Belanda membiarkannya membaca buku dan terus menulis? Kalau memang kepentingannya sebagai tahanan politik, mestinya Belanda tidak membiarkannya menulis dan membaca. Karena itu malah membuat tahanan jadi pintar..
Woah banyak ya pertanyaan yang bermunculan. 🙂
Saya pun berpikir demikian. Bagaimana Bu Inggit pada masa itu. Terlebih perasaannya sebagi Istri. 🙂
Perihal menulis dan membaca, bisa saja dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Lalu sebagai tahanan politik, mengapa Bung Karno juga bisa melakukan pembangunan?
Sepertinya perlu banyak membaca sejarah untuk tahu hal ini.
Paling menyenangkan mengunjungi museum yang bukan hanya memajang barang bersejarah begitu saja, tapi juga disajikan sedemikian rupa sehingga seakan bisa bercerita 🙂
Yup, bener banget. butuh keterangan-keterangan yang menyertai pajangan.
Berharap juga sih museum punya ruangan interaktif gitu.
Yang menuturkan semua informasi.
Jadi lebih seru buat didatangi.
🙂
Wah rumah pengasingan Bung Karno yang di Bengkulu jauh lebih besar daripada rumah pengasingannya yang di Ende.. Apa disini juga banyak buku-buku peninggalan Bung Karno sebagaimana peninggalan beliau di Ende? Aku masih inget sama lukisan ngaben yang beliau lukis di rumah pengasingan Ende, apakah beliau melakukan aktivitas yang sama (melukis) di Bengkulu?
Wah, saya malah belum pernah ke Ende. Suatu saat harus ke sana nih.
Buku-buku koleksi beliau cukup banyak sih.
Tapi saya tidak lihat buku yang beliau sebagai penulisnya.
Untuk lukisan saya tidak menemukan lukisan di rumah ini.
Hanya ada foto-foto dan sketsa bangunan-bangunan hasil karya beliau selama di Bengkulu. 🙂