“Enam puluh empat tahun yang lalu, tempat ini menjadi saksi dari bersatunya beberapa negara Asia dan Afrika untuk tujuan yang sama, yaitu Perdamaian Dunia.”
Hari itu jalan Braga terlihat cukup ramai, kaki ini terus melangkah tak tentu arah. Hingga pada satu persimpangan, terpampang sebuah gedung tua yang cantik di depan mata. Belum puas mengambil foto, mata ini masih terus mencari sudut mana lagi yang kiranya menarik untuk dibidik. “Museum Konferensi Asia Afrika”, sebuah tulisan yang berukuran besar pada sebuah atap gedung menjadi magnet untuk saya kala itu.
“Buka ga nih museum hari minggu?” tanya saya pada seorang kawan
“Coba lihat saja ke pintu masuknya.” jawabnya
Kami melangkahkan kaki menuju pintu masuk yang ternyata terbuka. Terdapat tulisan Open/Buka dibagian daun pintu, kemudian Free Ticket/Gratis dibagian daun pintu lainnya.
“Masuk yuk, bentar saja. Gue belum pernah ke museum ini.” ajak saya
“Gue juga belum pernah kok.”
Kami memasuki sebuah Museum yang juga menjadi tempat bersejarah akan peristiwa penting yang mengubah nasib negara-negara di Asia Afrika.
Tentang Konferensi Asia Afrika
Perang Dunia II memang telah usia, namun perang antar bangsa dan keinginan saling menaklukan satu sama lain masih terus bergulir. Perang Dingin Blok Barat (kapitalis) yang dipimpin Amerika dan Blok Timur (komunis) yang dipimpin Uni Soviet membuat suasana dunia semakin memanas. Penjajahan pun masih terus terjadi dibeberapa negara kawasan Asia dan Afrika.
Konferensi Asia Afrika (KAA) merupakan hasil dari ide yang disampaikan oleh Ali Sastroamidjojo sebagai wakil dari Indonesia pada Konferensi Kolombo. Ide tersebut kemudian digodong dengan beberapa perdana menteri lainnya seperti Jawaharlal Nehru (India), U Nu (Birma), Muhammed Ali (Pakistan), Sir John Kotelawa (Ceylon). Setelah dipertimbangkan cukup lama dan melihat situasi dunia yang memprihatinkan, maka usul tersebut disetujui.
Untuk membahas lebih lanjut usulan tersebut, maka dilakukanlah pertemuan di Bogor, Jawa Barat yang dikenal dengan Konferensi Bogor. Pertemuan ini menjadi bentuk persiapan dari KAA yang akan dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat. Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun digunakan sebagai tempat konferensi tersebut. Hotel Preanger, Hotel Homan, dan penginapan serta bungalow lainnya disiapkan sebagai penginapan selama konferensi ini berlangsung.
Baca Juga: Museum Kota Bandung
KAA dilangsungkan selama satu minggu yaitu 18-24 April 1955 dan dihadiri oleh 29 pimpinan negara. Pada pagi hari, para delegasi berjalan kaki dari Hotel Preanger dan Homan menuju Gedung Merdeka, perjalanan ini dikenal dengan “Langkah Bersejarah/ The Bandung Walks”. Dihari pembukaan, Presiden Soekarno membacakan pidato “Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru”, yang intinya meyuarakan persatuan, memberikan pedoman untuk mencapai keselamatan dan perdamaian dunia.”
Adapun hasil dari pertemuan ini adalah yang kita kenal dengan istilah “Dasasila Bandung” yang berisia sepuluh poin kesepakatan. Inti dari Dasasila Bandung adalah menghormati hak-hak dasar manusia, kedulatan, persamaan suku bangsa dan semua bangsa, tidak intervensi terhadap negara lain, menghormati hak-hak negara lain, tidak mengancam, menjaga perdamaian, kerjasama dan menghormati hukum internasional.
Baca Juga: Menyusuri Braga dan Jalanan Kota Bandung
KAA pada akhirnya menjadi cikal bakal dari Gerakan Non-Blok atau negara ketiga tahun 1961. SEbuah gerakan dari negara-negara yang tidak berpihak pada Blok Timur (Uni Soviet) maupun Blok Barat (Amerika). Konferensi Asia Afrika, menjadi tonggak bersejarah dalam politik luar negeri Indonesia.
Gedung Concordia atau Gedung Merdeka
Gedung Merdeka atau dahulu bernama Gedung Concordia, yang merupakan sebuah gedung pertemuan “Societeit Concordia” pada tahun 1895. Memiliki luas 7.500 meter persegi, gedung ini berdiri tegak dijalan Asia Afrika Nomor 65 Bandung. Melintasi masa, gedung ini terus direnovasi dan berganti fungsi sesuai kehendak sang penguasa kala itu.
Saat Indonesia telah merdeka, gedung ini menjadi markas pemuda Indonesia menghadapi tentara Jepang. Hingga menjelang KAA, gedung ini diubah nama oleh Presiden Soekarno menjadi Gedung Merdeka (7 April 1955). Gedung ini tentunya menjadi saksi dari berbagai pertemuan yang bersejarah dari masa ke masa.
Museum Konferensi Asia Afrika
Museum Konferensi Asia Afrika hadir dari gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH. LLM, yang kala itu (1978-1988) menjabat sebagai Menteri Luar Negeri RI. Ide itu dikeluarkan saat memperingati 25 tahun Konferensi Asia Afrika. Gagasan tersebut diwujudkan oleh Joop Ave, yang menjabat sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 tahun KAA dengan kerjasama dengan berbagai pihak. Museum KAA kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 24 April 1980.
Memasuki Museum KAA, kami disambut dengan sebuah bola dunia yang cukup besar, kemudian podium di mana Presiden Soekarno memberikan pidato dan beberapa penggagas KAA duduk berderet dibelakangnya. Melangkah lebih ke dalam, terdapat berbagai mesin tik yang digunakan, kursi-kursi yang digunakan, serta piringan hitam dan alat putarnya atau Turntable.
Selain itu, kliping-kliping koran pemberitaan atau suara pers, bahkan suara pidato Presiden Soekarno pun bisa diperdengarkan di museum ini. Banyak sekali informasi yang tersaji di museum ini termasuk beberapa mengenai paham-paham di dunia. Dan beberapa gambaran kondisi di Asia dan Afrika.
Selama berkeliling Museum KAA, kami ditemani pemandu yang menjelaskan setiap gambaran peristiwa yang terjadi kala KAA terlaksana di Kota Bandung ini. Jadi ga terlalu capek harus baca satu persatu, cukup mendengarkan pemandu dan bertanya beberapa jika ingin mengetahui info lebih lanjut.
Setelah puas berkeliling, kami memasuki ruangan theater yang memutar gambaran peristiwa bersejarah ini. Cukup duduk manis dalam ruang gelap, kami disuguhkan video pendek tentang lahirnya kekuatan Bandung. Eits, bukan kekuatan magis atau pencak silat ya. tetapi kekuatan untuk memperjuangkan kemerdekaan dan menciptakan perdamaian dunia tentunya.
Usai menonton, kami bergegas memasuki Gedung Merdeka. Sebuah gedung bersejarah yang cukup luas, dengan kursi-kursi tertata rapi dan bendera berbagai negara terpajang dibagian mimbarnya. Warna merah mendominasi ruangan ini, seolah berusah membakar api semangat orang-orang yang berada didalamnya.
Baca Juga: Wisata Kekinian Kota Bandung
Peristiwa Konferensi Asia Afrika memberi dampak yang cukup besar terutama bagi negara-negara di Asia-Afrika. Konferensi ini berhasil menyalakan bara perjuangan untuk kemerdekaan bagi negara-negara lainnya. Tumbuhnya semangat kerjasama dan solidaritas dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat regional maupun internasional.
“Hanya dengan bersatu, kejayaan akan mampu kita tuju.”
Info Penting
Jam Operasional : Sabtu-Minggu (09.00-16.00), Selasa-Kamis (08.00-16.00), Jumat (14.00-16.00), Senin (Libur)
Harga Tiket: Gratis
Alamat: Jalan Asia Afrika, Braga, Nomor 65, Bandung
Nah, saat ini di Bandung sedang diadakan Festival Konferensi Asia Afrika loh. Buat yang tertarik, yuk barengan ke sana.
Mari berkelana, bahagia!