Museum Geologi: Menziarahi Masa Lalu Dalam 45 Menit

“Sambil menunggu waktu berbuka puasa, yuk, pesan taksi bandara di sini. Eh, sorry-sorry salah sekenario. Cut! Ulangi!.” Yang benar adalah… Sambil menunggu waktu berbuka puasa, tersesatlah saya di masa lalu, di Museum Geologi Bandung. Menziarahi kehidupan kala dunia ini terbentuk, kala makhluk hidup mulai bermunculan, hingga berpasrah menghadapi kepunahan. Bahkan, tanpa sadar menyadarkan jika setiap mula pasti ada akhir.

Menjelajahi dunia lewat Bola dunia

Dengan tergesa, saya tiba di Museum Geologi yang dari luar tampak megah dan bersih, rapih, serta terawat. Kepada Bapak Satpam yang tengah berjaga, saya bertanya di mana loket untuk membeli tiket. Kemudian, Ia menunjukkan arah kemana kaki harus melangkah disertai informasi bahwa pukul tiga sore, museum akan tutup.

Saya langsung menengok jam dipergelangan tangan yang saat itu menunjukkan pukul dua lewat lima belas menit. Langkah kaki, saya percepat. Hingga saat di pintu masuk, seorang penjaga berujar, jika loket tiket ada di bagian luar sebelah pojok kiri. Haha, rupanya saya melewatkannya. Bergegas membeli tiket, saya akhirnya bisa masuk Museum Geologi Bandung. I’m happy πŸ™‚

Saya melangkah mengikuti jejak dilantai menuju sebuah ruangan yang membuat takjub. Ruang yang berkisah awal mula jagat raya. Yah, pernah dengan Teori Big Bang kan? Teori Big Bang menyebutkan bahwa alam semesta terjadi karena adanya sebuah ledakan yang dahsyat 13.7 milyar tahun yang lalu.

Ledakan dahsyat macam apa, cari tahu sendiri ya. Takut jadi kuliah nanti. Kalau kuliah ketemu di ruang kelas saja. Intinya ledakan dahsyat yang kemudian berikut-berikutnya ada hidrogen terus ada makhlik hidup deh. Gitu deh pokoknya. Kezel ga? πŸ™‚

Koleksi berbagai bebatuan dalam lemari-lemari kaca

Berbagai bebatuan terpajang rapih dalam lemari-lemari kaca nan bersih. Karena waktu yang berjalan terasa sangat cepat, saya segera beralih keruang-ruang yang lainnya. Jadi, museum yang didirikan 16 Mei 1928 ini sebenarnya ada berapa jenis koleksi? Apa saja informasi yang bisa kita dapat di sana?

Koleksi Museum Geologi Bandung

Koleksi Museum Geologi Bandung ini cukup banyak, yang intinya dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu Batuan, Mineral, dan Fosil.

Berbagai batuan koleksi Museum Geologi

Buat kamu yang cuma tahu batu akik yang kemarin-kemarin booming, coba deh main ke sini. Jenis batuan tuh banyak banget guys. Kuliah satu semester di jurusan Geologi dulu baru paham kayaknya. πŸ™‚

Proses terjadinya pelapukan dan erosi
Informasi berbagai sumber mineral

Di ruangan yang berisi semua kisah tentang mineral, saya melihat berbagi batuan yang cantik-cantik dan berwarna cerah. Rata-rata bebatuan itu digunakan sebagai perhiasan yang dominan digunakan para wanita. Tuh, si Mba juga sampai lama banget mandanginya.

Informasi mengenai minyak dan gas bumi

Selain mineral, lapisan tanah dan bebatuan ini juga menyembunyikan banyak kisah peradaban. Benda-benda yang tergali dari sana, pada akhirnya bercerita bagaimana pendahulu kita.

Yang tersembunyi dibalik lapisan tanah dan batuan

Di ruang terakhir, saya menyaksikan berbagai fosil hewan-hewan mulai dari yang cilik sampai yang super besar seperti Dinosaurus. Bagi pencinta fosil, berbagai fosil juga sebenarnya bisa kamu lihat di Museum Manusia Purba, Sangiran.

Ruang yang berisi berbagai fosil

Jika melihat fosil, saya selalu terbayang bagaimana jika hidup di masa lalu. Bagaimana makhluk-makhluk ini punah. Yah, meskipun pernah belajar, tetap saya membayangkan mereka musnah, kadang bikin ngeri juga. πŸ™

Fosil Dinosaurus super besar

Jika kamu tertarik ke museum ini, simak Info penting berikut.

Informasi Penting!

Jam Operasional:

  • Senin-Kamis 08.00-16.00 WIB
  • Sabtu-Minggu 08.00-14.00 WIB
  • Jumat dan Libur Nasional TUTUP

Tiket: 3K untuk Umum

Alamat: Jl. Diponegoro No.57 Bandung 40122

Telp/Fax: 022-7213822

Website: museum.blg.esdm.go.id

Kalau dilihat akhir-akhir ini saya hanya bisa liburan ke museum, sebenarnya rindu juga untuk berkelan jauh-jauh semakin jauh melintas pulau. Yah, meskipun ujung-ujungnya pasti ada agenda mengunjungi museum juga sih. Tapi intinya saya rindu berkelana berdurasi lama, bukan 45 menit seperti ini.

Nah, karena waktu berkelana yang makin kesini makin sulit, saya harus bersiasat agar bisa libur. Waktu semakin berharga akhir-akhir ini, hingga pilihan transportasi bisa menentukan prestasi. Lama dijalan, bisa membuat waktu liburan semakin berkurang super drastis. Karena itu, buat kamu yang mengejar Rangga di Bandar, yuk, pesan taksi bandara saja. Ga usah pikir panjang lagi, dari pada dia keburu terbang dan kamu nangis dipojokan?

Mari berkelana, bahagia!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *