Hari terakhir di Bengkulu, tak banyak tempat yang saya singgahi. Saya hanya ingin berkunjung ke Museum Bengkulu sebagai penutup jelajah wisata Bengkulu kali ini. Sebelum saya berkisah, baca dulu cerita sebelumnya di Jelajah Wisata Bengkulu hari ke-1 dan hari ke-2. Jika sudah, mari kita lanjut kisahnya.
Sekitar Pukul 09.30 saya tiba dimuka bangunan bergaya arsitektur khas Bengkulu yang didepannya terdapat tangga dan tepat disamping bangunannya terdapat meriam. Saya mulai meniti anak tangga tersebut untuk bisa melongok ada apa di dalam Museum Negeri Bengkulu ini. Disambut oleh seorang ibu disebuah meja yang tak terlalu besar, kami diminta untuk menaruh barang-barang bawaan dimeja penitipan barang, kemudian membayar tiket masuk seharga 2K/orang.
Sebelum berkeliling museum saya bertanya, apakah waktu hari senin museum ini libur. Ternyata jawabannya tidak, museum ini buka setiap hari. Tahu gitu kan hari pertama di Bengkulu kami ke museum ini dulu. Soalnya yang saya tahu, hari senin rata-rata museum tutup. 🙁 Sebelum berlalu, kami dibekali buku panduan mengenai Museum Negeri Bengkulu yang lumayan tebal. Buku ini pun boleh kami bawa pulang. I’m happy 🙂
Museum Negeri Bengkulu
Museum Negeri Bengkulu berlokasi di Jl. Pembangunan No.08, Gading Cempaka, Kota Bengkulu. Museum ini mulai dibangun tahun 1978 dan mulai difungsikan pada 3 Mei 1980. Diresmikan oleh Drs. GBPH Poeger, awalnya Museum Bengkulu terletak di dekat Benteng Fort Marlborough, namun tahun 1983 pindahlah ke gudung saat ini.
Museum ini terdiri dari empat ruangan di dua lantai yang berbeda. Di ruangan utama terdapat informasi mengenai sejarah Bengkulu dan suku-suku apa saja yang mendiami provinsi ini. Kemudian ruangan ini juga menyimpan koleksi benda-benda bersejarah berupa benda-benda arkeologi, sedangakn di sisi yang terdapat beberapa miniatur rumah adat dan pakaian pengantin khas Bengkulu. Ada satu rumah adat yang menarik perhatian saya, karena bentuknya yang unik. Rumah adat itu milik Suku Engano yang merupakan suku tradisional Bengkulu yang menempati sebuah pulau kecil dengan nama yang sama.
Kami sempat berbincang banyak dengan dua ibu yang kebetulan hari itu sedang bertugas di museum. Ia menjelaskan mengenai pakaian adat pernikahan. Menurutnya, pakaian adat yang dipajang sebenarnya tidak semua mengingat tempat yang terbatas. Ia hanya memilik pakain-pakain yang benar-benar berbeda sangat kontras saja untuk dipajang. So, Rin nanti pakai pakaian adat pernikahan yang mana?
Memasuki ruangan kedua terdapat koleksi Biologi dan berbagai keramik. Lanjut keruangan dibawahnya, terdapat berbagai senjata-senjata yang digunakan dari masa ke masa serta senjata-senjata tradisional masyarakat Bengkulu. Ada adegan yang sedikit membuat saya dan Rurin saling pandang. Kami mencium aroma bunga dan parfum orang tua saat meniti anak tangga turun ke ruangan yang terakhir. 🙁
Di ruangan terakhir yang cukup luas ini, terdapat berbagai koleksi kain tradisional Bengkulu dan berbagai miniatur upacara adat pernikahan, khitanan, dan upacara adat lainnya dari masyarakat Bengkulu. Selain itu ada boneka besar perpasangan yang mirip ondel-ondel Betawi di Jakarta. Melihatnya agak ngeri-ngeri sedap sih.
Usai puas berkeliling museum, kendaraan roda dua kami pacu menyusuri jalanan kota yang lagi-lagi sepi. Saya melihat penjual-penjual durian dipinggir jalan dan memutuskan berhenti dan mencicipinya. Duriannya enak sih, tapi ga bisa makan banyak-banyak takut perut ngegas.
Mesin motor kembali dinyalakan, tujuan kami berikutnya adalah mencari oleh-oleh. Apa ya yang khas dari Bengkulu?
Pantai Panjang
Tapi, lagi-lagi tingkat kreatif Rurin keluar. Ia membelokan motor ke arah Pantai Panjang yang menjadi andalan wisata Bengkulu. Oke, agar sah ya saya ke Bengkulu. Menginjakan kaki di Pantai Panjang yang tersohor di siang hari bukan pilihan yang tepat ya kawan. Tolong jangan ditiru 🙂
Sesuai dengan namanya, pantai ini memiliki garis pantai yang sangat panjang dan air lautnya pun tergolong bersih. Di bagian pinggir-pinggir pantai banyak terdapat gazebo-gazebo dan warung-warung makan, camilan, dan es kelapa muda. Tapi, saya tak berminat dengan es kelapa muda siang ini. Hanya sebentar, kami kemudian pergi mencari minuman segar yang lain.
Tak jauh dari pantai, ada penjual es yang cukup enak dan porsinya ga usah ditanya. Banyak banget! Saya jadi berpikir, porsi makanan di Sumatera tampaknya jauh lebih besar dari Jawa. Bener ga sih?
Pusat Oleh-oleh Bengkulu
Ah, akhirnya sampai juga kami di pusat oleh-oleh. Saya tak hendak membeli banyak oleh-oleh, hanya sekedarnya saja, karena tas saya sudah penuh dengan beberapa oleh-oleh juga dari Padang.
Pusat oleh-oleh Bengkulu terdapat di sepanjang jalan Soekarno Hatta, Kota Bengkulu. Berbagai kerajinan tangan, pakaian, perabot rumah tangga, makanan dan minuman, serta kopi dijual ditempat ini. Beberapa makanan dan minuman yang biasa menjadi oleh-oleh dari Bengkulu yaitu Kue Bay Tat, Lempuk Durian, Perut Punai, Manisan Terong, Sirup Kalamasi, dan Kopi.
Saya hanya membeli beberapa kue khas Bengkulu seperti Kue Bay Tat, Lempuk durian, Kopi, lalu apa lagi ya? lupa. Yang jelas, saya sangat suka dengan rasa Kue Bay Tat. Kuenya enak banget 🙂
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, saya mulai panik karena belum packing dan pesawat saya pukul empat sore. Lalu apa yang Rurin bilang?
“Bandaranya dekat, ga sampai setengah jam juga nyampe. Jangan kaget lihat bandaranya. Soalnya ga kayak bandara.”
“Oke, maksudnya ga kayak bandara, lebih mirip terminal gitu?” saya berguyon
Makam Inggris
Saat dijalan pulang, kami melewati Makam Inggris yang lokasinya ternyata ga jauh dari Paroki Santo Yohanes. Jadi jika kalian baca tulisan sebelumnya menyebutkan kalau lokasi wisata Bengkulu itu dekat-dekat ini buktinya. Makam Inggris ini terdapat dibelakang Paroki Santo Yohanes, namun diseberangnya. Kebayang ga? Kalau ga kebayang nanti dicoba pas liburan ke Bengkulu ya!
Jadi, Bengkulu tuh punya banyak wisata sejarah yang bisa memanjakan kalian pencinta sejarah dan bangunan tua. Terutama yang kepo banget tentang peninggalan Inggris di Indonesia. Bengkulu juga punya wisata pantai Bengkulu yang ciamik dan ga kalah asik dengan tempat lain. Kelebihannya dari berwisata di Bengkulu, kamu bisa puas jalan-jalan kebanyak tempat meski liburan singkat.
***
Sekitar pukul tiga saya tiba di Bandara Fatmawati Bengkulu dan mendapati bandara yang sungguh lebih kecil dari yang saya bayangkan. Masuk untuk check in, hanya mengecek karena saya sudah check in online, kemudian masuk lagi langsung ruang tunggu.
Di dalam bandara saya senyum-senyum mengingat ucapan Rurin. 🙂
Terima kasih untuk jelajah wisata Bengkulu yang menyanangkan. Salam hangat dari Banten untuk Rurin dan keluarga. Peluk kangen untuk Cinta 🙂
Mari berkelana, bahagia!
6 comments
Wah selalu mengunjungi Museum ya mbak? Kayaknya gak pernah ketinggalan nih.
“Kami mencium aroma bunga dan parfum orang tua saat meniti anak tangga turun ke ruangan yang terakhir.”
Kalau saya ada di sana, kayaknya gak gitu ngaruh, soalnya indera penciuman saya gak gitu tajam wkwkwk…
Saya juga sebenernya. Tapi kali itu emang wangi sih. hehe
Untungnya di Benteng Fort Marlborugh aman terkendali.
Tmnku rada-rada sensitif juga soalnya.
“…Saya tak hendak membeli banyak oleh-oleh, hanya sekedarnya saja, karena tas saya sudah penuh dengan beberapa oleh-oleh juga dari Padang.”
Waktu membaca kalimat ini, sudah ada sedikit rasa skeptik dalam benak saya. Eh tapi ternyata, kakak konsisten ya. Belanjaan oleh2 di Bengkulunya nggak banyak. Sekadar, Kue Bay Tat, Lempuk durian, dan Kopi.
Haha. Ga kuat punggung kalau gembolannya ditambah. Plus bokek juga Mba 🙂
wah kak nunuz udah mengembara ke barat, sampe bengkulu nih! Aku suka banget sama pantai panjang, pantai selalu menghadirkan kebahagiaan ya 🙂
Iya nih ka Wulan. Kapan lah ku ini diajak jalan-jalan sama kak Wulan..
Pantainya asik sebenarnya, asal ga didatengin siang hari aja. 🙂 🙂 Pansnya Poooolll