Bumi Manusia mengantarkan saya pada Studio Alam Gamplong. Satu kata, Penasaran! Bagaimana rupa lokasi yang menjadi tempat syuting film ini. Miniatur-miniatur perkotaan-perkampungan dan bangunan-bangunan tempo dulu yang begitu hidup dalam layar lebar.
Mobil yang saya tumpangi melaju meninggalkan jantung Kota Jogja, menuju Sleman. Lambat laun bangunan-bangunan yang padat berubah menjadi sawah-sawah yang mulai mengering, desa yang asri, dan suasana yang sunyi. Tak lama lagi, kami akan tiba di Desa Gamplong menurut keterangan Mbah Google Map. Sebuah desa yang mendadak terkenal seiring dengan booming-nya film Bumi Manusia karya Hanung Bramantyo yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Pramoedya Ananta Toer.
Kami memarkir kendaraan di tanah lapang berderet dengan kendaraan-kendaraan lainnya yang sudah terparkir lebih dahulu. Turun dari mobil, saya bergegas menuju loket pembelian tiket. Untuk masuk Studio Alam Gamplong, sebenarnya tidak ada tarif tiket resmi alias seikhlasnya. Namun, jika ingin masuk Rumah Annelies dan keluarga Mellema, salah satu tokoh di Film Bumi Manusia, setiap orang dikenakan biaya 5K. Nah, ada biaya tambahan lagi jika kalian membawa kamera, 10K/kamera.
Rumah Annelies Mellema-Bumi Manusia
Memasuki set Rumah Annelies, saya disambut dengan sepasang foto pemeran utama Annelies dan Minke. Setiap ruangan yang tervisualisasi dalam film masih sama dengan aslinya. Mulai dari teras depan, ruang tamu, dapur, dan kamar tidur. Hiasan-hiasan dindingnya pun masih terpajang baik dan rapih. Ah, saya jadi membayangkan adegan demi adegan dalam film ketika berkeliling rumah ini. Bisa nonton lagi ga sih filmnya.
Di halaman belakang rumah terdapat set untuk gudang, peternakan, dan gerobak-gerobak berisi drum-drum hasil perahan susu. Di halaman depan terdapat gajeboh dan kereta kencana. Ada yang ingat gajeboh tersebut digunakan pada adegan apa di Film Bumi Manusia? Yup, adegan saat Minke berbincang dengan dokter yang menangani Annelies. Mengenai rahasia besar yang Annelies simpan sendirian.
Kemudian, disebelah sisi kiri terdapat gerbang yang menghubungkan rumah ini dengan set lainnya. Makin penasaran saya dengan miniatur-miniatur bangunan beberapa abad yang lalu di sini. Ada apa ya dibalik pagar itu?
Kota Gede: Peninggalan Kerajaan Mataram
Melintasi Zaman Kerajaan hingga Kolonialisme
Meninggalkan Rumah Annelies, kami disajikan perkampungan masyarakat lengkap dengan warung-warung makan, serta pasar khas Jawa. Melangkah lebih jauh terdapat lapangan super besar yang setiap sudutnya menyajikan set yang berbeda-beda. Saya berasa sedang berada pada zaman kerajaan dan zaman kolonialisme dalam satu waktu.
Ada miniatur kerajaan Mataram yang menjadi set film Sultan Agung: The Untold Love Story. Ada miniatur Kota Batavia lengkap dengan jembatan di atas sungainya serta benteng besar dan tinggi. Selain ada perkampungan Jawa, terdapat pula perkampungan bergaya Eropa, Pecinan, serta perkampungan kumuh. Tak lupa alat transportasi kereta yang menjadi andalan dan stasiunnya. Ada rumah kos Minke, toko-toko khas Eropa yang tidak bisa dimasuki Minke karena dia Pribumi.
Berkeliling Studio Alam Gamplong yang memiliki luas 2 hektar ini serasa sedang melintasi zaman. Studio ini bisa menjadi gambaran kondisi arsitektur pada zaman dahulu. Mengingat banyaknya bangunan-bangunan bersejarah yang tergilas zaman kemudian hilang saat ini.
Bangunan-bangunan unik dengan warna-warna yang ciamik membuat saya senang untuk mengambil gambar. Hasilnya jadi cantik :). Kalian juga bisa kok mencoba menaiki kereta yang melintasi beberapa area bangunan. Seru kan?
Beberapa film yang bertemakan sejarah, terutama karya Hanung Bramantyo sepertinya langganan menggunakan studio ini. Studio Gamplong menjadi studio film bercita rasa Indonesia. Makanan kali ah ๐ ๐
Selain Sultan Agung: The Untold Love Story dan Bumi Manusia, baru-baru ini saya disuguhkan studio ini dalam film Ainun & Habibie 3.
Menjadi Lokasi Film Ainun & Habibi 3
Untuk kalian yang juga sudah menonton film Ainun & Habibie 3, pasti sadar dengan lokasi-lokasi ini yang menjadi setting rumah kos Ibu Aninun, perkampungan kumuh tempat dilakukannya bakti sosial, dan beberapa adegan lainnya antara Ainun dan Ahmad. Ternyata lokasi ini tak hanya cantik ketika siang hari, tapi juga malam hari. Jadul-jadul gimana gitu. Suka, Keren! Kalau penasaran, nonton saja deh. Filmnya bagus banget. ๐
Tertarik mengunjunggi Studio Alam Gamplong di Sleman juga? Berikut info penting yang harus kalian tahu!
Lokasi dan Harga Tiket*
- Jam Operasional: Setiap hari, Senin- Jumat 09.00-18.00 WIB, Sabtu dan Minggu 08.00-19.00 WIB
- Harga Tiket Masuk Studio Alam Gamplong: Seikhlasnya
- Harga Tiket Rumah Annelies: 5K/orang
- Harga Tiket Membawa Kamera: 10K/kamera
- Lokasi: Desa Gamplong, sekitar 16 KM dari titik nol Yogyakarta
Mari berkelana, bahagia!
*Harga Tiket Oktober 2019
2 comments
kalau bawa kamera kena tambahan biaya ya mbak. Ngak apa sih karena viewnya bagus ya. Terasa ada di filmnya, konsepnya menarik banget.
Iya Mba. Berasa masuk dalam film. Hehe