Mengunjungi Museum layang-layang mengingatkan saya pada dua hal. Pertama, masa kecil yang menyenangkan karena bisa membuat layang-layang sendiri dan menerbangkannya bersama kawan-kawan di waktu petang. Kedua, bapak saya yang berujar bahwa anak itu seperti layang-layang, dibiarkan terbang namun talinya tetap dipegang. Maksudnya apa? cerna sendiri ya π
Sekalian mencoba MRT di bulan Maret lalu, saya dan sepupu berinisiatif untuk mengunjungi Museum layang-layang. Dengan menggunakan kendaraan online dari Rawamangun, kami hendak menuju Jl. H. Kamang No.38, Pondok Labu, Jakarata Selatan. Tempat di mana museum layang-layang ini berada.
Sesampainya di sana, kami langsung dihadapkan dengan sebuah bangunan yang dipagari batubata mirip Kota Gede di Yogyakarta. Masuk ke area museum, saya melihat beberapa bangunan Kkhas Jawa dengan pendopo-pendopo berbahan utama kayu. Saya merasa sedang tidak ada di Jakarta saat itu. Ditambah lagi udaranya yang lumayan sejuk dan lingkungannya yang asri.
Kami kemudian mendatangi seorang petugas untuk membayar tiket masuk. Untuk harga, kamu akan dikenakan harga berbeda sesuai paket wisata yang akan diambil. Saya mengambil paket yang paling sederhana, sehingga hanya dikenakan biaya 15K/orang. Rinciannya saya taruh diakhir cerita ya. π
Hal yang pertama dilakukan di Museum layang-layang adalah menonton sejarah layang-layang dan tentunya sejarah keberadaan museum ini. Awalnya, museum ini hanyalah sebagai tempat penyimpanan koleksi pribadi dari sang pemilik yang bernama Endang W. Puspoyo. Lebih dari 600 layang-layang tersimpan rapi di museum ini.
Saya memasuki sebuah gedung dan mendapati berbagai macam layang layang dari mulai bentuk, material untuk membuat, asal daerah, dan jenisnya. Ada layang-layang yang dua dimensi dan tiga dimensi. Ada layang-layang untuk sekedar main dan ada untuk kompetisi. Pokoknya, kamu akan sangat menikmati berwisata di museum ini.
Puas berkeliling dan mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata, kami diberi kesempatan untuk membuat layang-layang. Pihak museum telah menyediakan semua peralatan yang dibutuhkan seperti rangka layang-layang, kertas, lem, tali, bahkan krayon untuk mewarnai layang-layang yang dibuat.
Sambil membuat layang-layang, saya menyaksikan beberapa anak-anak bersuka cita. Mereka berlari kesana-kemari mencoba menerbangkan layang-layang ditemani orang tua. Melihat mereka memiliki ruang terbatas untuk menerbangkan layangan, saya membatin, beruntungnya saya yang hidup dikampung yang punya lapangan super besar, hingga bisa leluasa menerbangkan layangan kapan pun saya mau.
Selesai membuat layangan, saya biarkan sepupu saya sesuka hatinya menuliskan sesuatu pada layang-layang. Tahukan apa yang dia tulis?
Tolong bisa dibantu aamiinkan π
Untuk kamu yang ingin berkunjung kesana, catat info penting dibawah ini ya!
Jam Oprasional:
Setiap hari Pukul 09.00-16.00 WIB
Hari Libur Nasional Tutup
Baiklah, sedikit saja yang bisa saya bagi tentang Museum layang-layang ini. So, buat kamu yang lagi mencoba menerbangkan layanganmu. Terus berusaha ya. Karena kadang dibutuhkan angin yang kencang untuk menerbangkannya sebuah karya semakin tinggi. Tapi jangan lupa untuk tetap mengikat talinya di bumi. Hingga tidak lupa diri.
Mari berkelana, bahagia!