Awal desember lalu, saya terbang ke Lombok seorang diri. Satu harapan yang terbersit, Rinjani ingin saya daki.
Sebelum akhirnya saya memutuskan terbang ke Lombok, saya sibuk mencari-cari siapkah yang akan mendaki Rinjani di akhir tahun di jejaring sosial Backpacker Indonesia. Ternyata ada, saya mencoba menghubungi mereka dan kesepakatan dibuat. Saya akan mendaki Rinjani di bulan kedua belas di tahun 2014 dengan manusia-manusia dari berbagai pulau.
Saya mulai mencari-cari tiket pesawat yang bisa membawa saya ke salah satu pulau di Nusa Tenggara Barat ini. Banyak objek wisata yang ingin saya kunjungi selain Rinjani di sana. Karenanya saya berangkat lebih awal dari teman-teman saya yang lain dan memilih menggunakan pesawat agar waktu yang hanya 12 hari ini saya gunakan dengan maksimal untuk eksplore pulau Lombok.
Setibanya di rumah salah seorang kerabat di Lombok Timur, kabar tak terduga saya terima.
“Rinjani di tutup nuz.”
“Apa kak, yang bener ah, ini temen-temen gue mau naik kesana.”
“Resminya ditutup nuz, karena musim penghujan. Naik Rinjaninya tahun depan aja ya. Agustus lu dateng lagi kesini khusus ke Rinjani. Jangan nekat.”
Sedih mendengarnya. Tapi, karena selama di Lombok saya adalah tanggung jawabnya. Akhirnya saya menuruti perkataannya. Meskipun teman-teman yang lain tetap nekat mendaki Rinjani.
Lombok memang tak hanya Rinjani yang istimewa. Namun, ada pantai-pantai yang indah, desa-desa tradisional, serta gili-gili (pulau-pulau kecil) yang tersohor. Dan saya siap menjelajahinya.
Hari itu tepat 5 Desember 2014, penjelajahan saya dimulai. Bersama kerabat saya berkunjung ke Labuhan Haji. Sebuah pelabuhan haji yang beralih fungsi menjadi darmaga tempat orang-orang bersantai menikmati senja ditemani Rinjani. Ada yang hanya sekedar duduk-duduk atau mereka yang sembari memancing.
Keesokan harinya, saya mulai meninggalkan Lombok Timur menuju Mataram. Taman Narmada menjadi tujuan pertama destinasi hari ini. Taman ini merupakan peninggalan Raja Mataram Lombok, Anak Agung Ngurah Karang Asem, Bali. Tempat ini digunakan sebagai tempat peristirahatan keluarga kerjaan. Ditempat ini terdapat pemandian juga pura.
Puas menjejaki setiap sudut Taman ini, saya beralih meninggalkannya. Untuk kemudian mengunjungi Pura Lingsar, yang kebetulan hari itu sedang melaksanakan acara Pujawali atau Perang Topat. Sebuah perang antar umat beragama yang tinggal disekitar pura tersebut. Alat perang yang digunakan tak lain adalah ketupa. Ya, ketupat yang biasa kita makan kalau lebaran. Pura Lingsar adalah salah satu pura terbesar di Lombok dan disana hidup berdampingan dua umat beragama yaitu Islam dan Hindu. Acara ini dilakukan setahun sekali, dan merupakan salah satu daya tarik wisatawan.
Pada acara ini juga dipersembahkan beberapa tarian khas pulau Lombok seperti Tarian puteri mandalika, presean, dan tarian bala anjani, serta iringan musik dari gendang beleq.
Lombok juga terkenal dengan daerah perkampungan tradisionalnya, seperti Desa Sade, Desa Ende, Desa Segenter, dan Desa Bayan. Kesemua tempat tersebut masih mempertahankan rumah tradisional, tenun tradisional, serta tata cara hidup yang juga tradisional.
Puas menggali informasi mengenai kehidupan tradisional di Pulau Lombok, saya menyebrang ke 3 gili paling fenomenal di sini. Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air. Get lost sendirian di pulau-pulau ini, menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Saya bersepeda di Gili terawangan, kemudian berburu pantai berpasir putih di Gili meno, dan menunggu senja, serta mengejar mentari di Gili air. Pemandangan lautnya menawan. Lombok ga ada matinya.
Hari terakhir di Pulau Lombok, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi Tanjung a’an dan Pantai Kuta. Pantai ini konon menjadi saksi hilangnya sang Puteri Mandalika. Setiap tahunnya disini diadakan acara Bau Nyale. Dimana semua masyarakat memungut cacing-cacing berwarna-warni yang ada ditempat ini, yang diduga sebagai penjelmaan sang puteri.
Lombok memang cantik di setiap sudutnya, hingga di hari terakhirpun di pulau ini (14/12/2014) , saya tak henti berguman “Lombok indah banget pantainya, pengen balik lagi kesini untuk eksplore pantai-pantai yang lainnya, terutama ingin mendaki Rinjani yang konon menjadi gunung tercantik”.
Semoga harapan saya bisa terwujud dengan mendapatkan #TiketGratisAirpaz dari Airpaz.com untuk kembali ke pulau ini. Untuk menebus janji saya pada Rinjani di tahun ini. Ada Banyak maskapai penerbangan yang dapat menjangkau Lombok Praya , misalnya saja Garuda Indonesia, Citilink, Air asia, dan Lion air.
Saya harap penerbangan berikutnya dari Jakarta ke Lombok Praya bisa menggunakan pesawat no satu di Indonesia yaitu Garuda Indonesia. Pesawat ini sangat nyaman, aman, dan tentunya sesuailah dengan tarifnya.
Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba menulis Airpaz blog. Semua foto hasil karya penulis.
Selamat berkelana, bahagia
Nunuz
2 comments
semoga menanggg…
Amiin.. hehe 😉